Jika Alam Semesta Saja Memuji Tuhan, Bukankah Kita Harus Lebih Dari Itu?
Kalangan Sendiri

Jika Alam Semesta Saja Memuji Tuhan, Bukankah Kita Harus Lebih Dari Itu?

Puji Astuti Official Writer
      4225

Mazmur 98:7-9

Biarlah gemuruh laut serta isinya, dunia serta yang diam di dalamnya!

Biarlah sungai-sungai bertepuk tangan, dan gunung-gunung bersorak-sorai bersama-sama di hadapan TUHAN, sebab Ia datang untuk menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa-bangsa dengan kebenaran.

Bacaan Alkitab Setahun Mazmur 142; Yohanes 2; 2 Samuel 11-12

Kamu hampir dapat mendengarnya di udara. Seperti suara instrumen senar yang disetel dengan baik pada malam pembukaan, demikian juga simfoni alam ketika dia menemukan nada dan menyiapkan pujiannya. Dia memperhatikan dengan seksama ketika Maestro Surgawi mengangkat tongkatnya, tegak dan siap untuk melantunkan kembali melodi lembut musim semi  ketika dia melakukan debutnya yang gemilang!

Beberapa minggu yang lalu saya mengenang saat saya duduk di atas pohon oak besar yang jatuh di tengah-tengah hutan. Rasanya seperti rumah bagi saya. Sebagai anak tomboi yang masih muda, kamu selalu bisa menemukan saya berkelana di antara pohon-pohon pinus yang tinggi atau membungkuk di diantara ngarai yang menetes, memandangi kecebong kecil, dan ikan kecil yang bergerak cepat saat mereka menghindari desakan tongkat saya. Saya menyukai hutan.

Ibu dan nenek saya dapat menjadi saksi cinta saya akan alam, ketika saya berjalan melewati pintu dapur dengan bekas-bekasnya masih melekat pada saya dalam bentuk daun poison ivy, chiggers, gigitan nyamuk, dan kutu. Kakak-kakak saya akan menertawakan saya ketika saya duduk untuk makan malam ada bercak dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan bintik-bintik merah muda yang indah karena lotion kalamin.

Sesering mungkin, saya mengunjungi kembali teman lama saya, hutan. Lokasi favorit saya biasanya jauh dari suara-suara mengganggu kota terdekat. Setiap kali saya di sana, seolah-olah saya berada di surga ketujuh, sepenuhnya terpikat oleh suara-suara daun dan binatang. Dengan begitu banyak hal yang harus kuperhatikan, aku diam-diam menyaksikan tupai-tupai yang bermain-main di antara pohon-pohon Lonicera. Aku dikejutkan oleh desakan sejumlah burung hitam yang tiba-tiba keluar dengan tergesa-gesa dari atas daun rimbun seperti mahkota dari pohon tua besar Elm.

Saya diingatkan bahwa hidup ini lebih dari sekadar proses bernafas atau memompa jantung. Ini melibatkan rasa keberadaan. Yang ditanamkan di dalam setiap makhluk hidup adalah identitas individu yang bertujuan untuk apa ia diciptakan, cetak biru total dari bentuk kehidupannya.

Ketika burung robin lahir, tidak ada yang harus mengatakan apa yang seharusnya ia lakukan. Ia sepenuhnya sadar akan kenyataan bahwa dirinya adalah seekor burung robin. Tidak seorang pun harus mengajarkannya untuk berperilaku seperti burung robin, atau bagaimana memakan cacing atau terbang dari cabang ke cabang, karena perilakunya tercetak dalam KEHIDUPAN-nya.

Yang benar adalah, semua ciptaan adalah seperti sebuah simfoni besar bermain bersama dalam suatu orkestra, dan di suatu tempat, tidak terlihat oleh mata telanjang, adalah MASTER CONDUCTOR memberi perintah dan kohesi untuk seluruh bagian.

Coba pikirkan sejenak! Segala sesuatu yang memiliki HIDUP sepenuhnya bergantung pada Allah yang menciptakannya, tidak hanya untuk keberadaannya tetapi untuk bentuknya, identitasnya, dan nasibnya.

Sambil duduk di hutan, kebetulan aku melihat ke bawah pada sepetak kecil bunga lavender yang mengintip di antara semak-semak. Saya mulai berpikir tentang beberapa bunga lain yang dibicarakan oleh Yesus dalam Injil Matius ketika Dia berkata:

Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu.

Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya?

Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai?

Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. ~ Matius 6: 28-32

Sungguh sebuah janji yang indah! Tuhan yang menciptakan kamu, saya dan setiap makhluk hidup, telah menjamin kita bahwa kita tidak perlu khawatir. Semuanya telah disediakan, di dalam dan di luar. Seperti bunga bakung di ladang, yang harus kita lakukan hanyalah menjadi diri kita sendiri.

Hak Cipta © Missey Butler. Digunakan dengan izin.

Ikuti Kami