Kala Diri Dikhianati
Kalangan Sendiri

Kala Diri Dikhianati

Lestari99 Official Writer
      3504
Mazmur 55:13-16
Kalau musuhku yang mencela aku, aku masih dapat menanggungnya; kalau pembenciku yang membesarkan diri terhadap aku, aku masih dapat menyembunyikan diri terhadap dia. Tetapi engkau orang yang dekat dengan aku, temanku dan orang kepercayaanku; kami yang bersama-sama bergaul dengan baik, dan masuk rumah Allah di tengah-tengah keramaian. Biarlah maut menyergap mereka, biarlah mereka turun hidup-hidup ke dalam dunia orang mati! Sebab kejahatan ada di kediaman mereka, ya dalam batin mereka.

Bacaan Alkitab Setahun : Mazmur 13; Matius 13; 2 Raja-Raja 11-12

Dari semua pengalaman hidup, dikhianati oleh seorang yang kita percaya merupakan salah satu yang paling sulit untuk dihadapi. Dikhianati seorang yang kita percaya itu sungguh menhancurkan. Pengkhianatan menghasilkan perasaan tidak berharga karena mempercayai seorang yang tidak dapat dipercaya. Pengkhianatan juga menimbulkan kemarahan dan depresi, membangkitkan pertanyaan mengenai penilaian kita, karena ia mengenal kita begitu dekat sehingga pengkhianatan semacam ini memiliki potensi besar untuk menghasilkan kerusakan lebih lanjut.

Yeremia mengalami hal ini ketika ia berkhotbah mengenai penghakiman Allah, ia pun semakin merasa terisolasi sampai teman-teman dekatnya berbalik melawan dia dan mencari kejatuhannya (Yer. 20:10). Demikian juga yang digambarkan pemazmur akan persahabatan yang dimilikinya. Bahkan mereka melayani bersama di rumah Tuhan. Namun sahabatnya telah bergabung dengan musuhnya. Dari para musuhnya ia dapat bersembunyi, namun bagaimana ia dapat menghadapi pengkhianatan?

Pemazmur yang dikhianati ini berpaling kepada Allah namun ia mengutuki mereka untuk turun hidup-hidup ke dalam dunia orang mati (Sheol). Dalam pemikiran Israel kuno, sheol adalah kubur, yang dikelilingi oleh hantu dan bayangan dari orang mati. Namun dalam pemikiran itu juga terkandung pemahaman akan penghukuman untuk kejahatan yang ada di kediaman mereka dan di dalam batin mereka (ayat 16). Begitu juga dengan Yeremia, ia berdoa agar musuh-musuhnya “tidak akan berhasil” dan menjadi “suatu noda yang selama-lamanya tidak terlupakan” (Yer. 20:11).

Dapatkah kita meresponi pengkhianatan dengan lebih baik, bahkan saat dikhianati oleh orang yang paling kita kasihi dan percaya? Mungkin kita tidak bisa melepaskan diri dari emosi negatif yang kita miliki, tetapi kita dapat menanamkan dalam-dalam di hati bahwa membalas dendam adalah suatu hal yang kontraproduktif. Kata “pengampunan” dalam bahasa Yunani Perjanjian Baru berarti “melepaskan” – tidak selalu harus memiliki perubahan emosi. Jika kita dapat melepaskan pengalaman semacam itu, kita pun bisa bergerak maju melampaui pengkhianatan yang kita alami.

Tolonglah kami ya Tuhan, untuk melepaskan luka yang kami alami di sepanjang perjalanan hidup kami. Amin.

Ikuti Kami