Ketika Tuhan Membuka Pintu
Kalangan Sendiri

Ketika Tuhan Membuka Pintu

Lestari99 Official Writer
      2561
Mazmur 119:32
Aku akan mengikuti petunjuk perintah-perintah-Mu, sebab Engkau melapangkan hatiku.

Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 2; Matius 2; 1 Raja-Raja 19-20

Bagaimana jika hari ini, di tengah segala kenyamanan, Anda memberikan kesempatan untuk sebuah petualangan iman bersama dengan Dia? Apakah Anda siap? Siap untuk mengenakan sepatu Anda dan melangkah melalui pintu yang terbuka untuk mengikuti-Nya?

Mengapa kita seringkali menghindari pintu yang terbuka, menghindar dari kemungkinan untuk mengalami petualangan baru di dalam iman? Mengapa kita melewati kesempatan demi kesempatan, meskipun kita merasa dorongan dan tarikan di dalam hati kita untuk meresponi kesempatan itu? Apa yang menghalangi kita?

Banyak di antara kita yang terlalu terbebani dan dikusutkan oleh masa lalu untuk melangkah kepada tujuan Allah di hari ini. Betapa menyedihkannya situasi ini. Kita kehilangan ‘hari ini’ karena ‘kemarin’. Hidup terus mengalir, dan usia terus bertambah sementara kita tetap terperosok di dalam keraguan dan ketakutan.

Pernahkah Anda bertemu dengan mereka yang lebih tua dan saat ini secara fisik tidak lagi mampu bekerja maupun bepergian, dan hanya bisa melihat kembali kehidupan mereka di dalam penyesalan? Ini bukanlah kisah bahagia. Mungkin ada yang berkata, “Bertahun-tahun yang lalu saya berkesempatan untuk melayani Tuhan di luar negeri – dan jauh di lubuk hati, saya benar-benar ingin pergi. Tapi saya memiliki pekerjaan yang baik dan karier yang sedang menanjak. Jadi saya menundanya. Lalu kesempatan itu lewat dan tak pernah kembali lagi.”

Atau seorang wanita tua berkata, “Saya dan suami tidak dapat memiliki anak. Ia ingin mengadopsi seorang bayi perempuan dari Cina, tapi saya takut dan terus mengulur-ulur waktu untuk mengambil keputusan sampai kami akhirnya tidak pernah melakukannya. Saat ini suami saya telah tiada, dan saya di sini sendirian dengan tidak ada satupun yang saya miliki. Sangatlah menyenangkan jika seandainya saya memiliki seorang anak perempuan.”

Hidup ini terlalu singkat untuk disesali! Hidup terlalu berharga untuk berpaling dari janji dan kesempatan untuk melayani Raja segala raja. Itulah yang kita inginkan, untuk berlari di dalam kehendak-Nya dan sejalan dengan tujuan yang ditetapkan-Nya bagi kita. Dengan hati yang terang dan mata yang bercahaya, harapan akan senantiasa ada di dalam hati kita.

Namun kita tidak dapat berlari dengan membawa tas besar di punggung atau tali kusut yang melingkari kaki kita. Semua hal itu hanya menjauhkan kita dari petualangan bersama dengan Tuhan. Terbukalah saat Tuhan memanggil, bahkan di tengah segala kenyamanan.

Tanggalkan segala ketakutan dan mulailah melangkah di dalam petualangan iman bersama-Nya. Yakinlah, bukan tanpa alasan pintu itu terbuka bagi Anda.

Ikuti Kami