Bagaimana Menikmati Harta Benda
Kalangan Sendiri

Bagaimana Menikmati Harta Benda

Puji Astuti Official Writer
      7439
Show English Version

Pengkhotbah 5:18
Setiap orang yang dikaruniai Allah kekayaan dan harta benda dan kuasa untuk menikmatinya, untuk menerima bahagiannya, dan untuk bersukacita dalam jerih payahnya--juga itupun karunia Allah.

Bacaan Alkitab Setahun Mazmur 77; Ibrani 11; Yeremia 3-4

Dalam bukunya Daring To Draw Near (Berani Mendekat), Dr. John White menulis bahwa beberapa tahun sebelumnya Allah telah memberinya kesanggupan untuk memiliki sebuah rumah indah dengan banyak harta benda yang mewah. Ia mengaku bahwa memiliki rumah tersebut membuat perasaannya naik-turun secara drastis.

Ketika ia mengingatkan dirinya bahwa semua itu merupakan pemberian dari tangan Allah yang penuh kasih, ia merasa sangat bersukacita dan penuh syukur. Namun ketika ia mulai membandingkan rumahnya dengan milik teman-temannya, ia berbangga diri karena memiliki rumah seindah itu dan sukacitanya pun lenyap. Akhirnya rumah itu dirasakannya sebagai beban. Yang dapat dilihatnya hanyalah banyaknya pagar tanaman dan pepohonan yang harus dirawat dan berbagai perawatan rumah yang tiada habisnya. White berkata, “Sementara kesombongan mengaburkan pandanganku dan membebani hatiku, rasa syukur mencerahkan penglihatanku dan meringankan bebanku.”

Penulis kitab Pengkhotbah melihat kehadiran Allah dalam setiap kenikmatan yang diperolehnya dari harta benda. Kekuatan untuk menikmati hasil jerih payah kita, bahkan kekuatan untuk menerima dan bersukacita di dalamnya, berasal dari Allah (5:17-18).

Seluruh hidup kita, dari lahir hingga ajal, adalah anugerah Allah yang tiada hentinya diberikan kepada kita. Kita tidak layak menerima apa pun. Dia tak berutang apa pun kepada kita, namun Dia memberikan segalanya untuk kita. Jika kita mengingat ini, kita tidak perlu merasa telah bersikap egois atau merasa bersalah. Berkat harta benda apa pun yang kita miliki adalah karunia Allah kita yang Maha Pemurah.

Allah yang telah memberi kita begitu banyak juga mengaruniai kita hati yang penuh syukur. —Herbert

Ikuti Kami