Ditengah Pelarian, Penerbangan, Dan Doa Yang Panjang, Doaku Tuhan Dengar!
Kalangan Sendiri

Ditengah Pelarian, Penerbangan, Dan Doa Yang Panjang, Doaku Tuhan Dengar!

Inta Official Writer
      2535

Mazmur 24:4

"Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuandan yang tidak bersumpah palsu.”

Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 54; Markus 4; Yesaya 61-62

Pipi saya basah karena air mata di meja loket sebelum check in di Bandara. Nenek saya yang berusia 96 tahun sedang sekarat. Sementara untuk bisa sampai ke kota kelahiran saya, saya butuh waktu 30 jam dari Selandia Baru. Saya sendiri tidak yakin kalau bisa bertemu dengan nenek sebelum dirinya meninggal.

Selama di perjalanan, tidak henti-hentinya bibir saya berdoa, meminta kepada Tuhan untuk tidak mengambil nyawanya sekarang, setidaknya sampai saya bisa bertemu dengannya untuk memberi kekuatan dan memberkatinya.

Mazmur 28:7

TUHAN adalah kekuatanku dan perisaiku; kepada-Nya hatiku percaya. Aku tertolong sebab itu beria-ria hatiku, dan dengan nyanyianku aku bersyukur kepada-Nya.

Saat saya transit di Los Angeles, saya perlu menunggu selama 45 menit untuk mengumpulkan barang-barang, bea cukai, visa, dan keamanan lainnya.

Dengan air mata yang masih terus mengalir, saya memperkirakan kalau dengan antrean yang ada sekarang ini, akan memakan waktu setidaknya satu jam untuk mengurusi semua itu. Waktu itu tidak akan cukup untuk mengikuti penerbangan selanjutnya.

Lagi-lagi, saya berdoa. Tidak lama kemudian, seorang petugas melangkah di depan saya dan membuka jalan lain. Dalam waktu lima menit saja, saya bisa membereskan urusan bea cukai dan pergi menuju pintu keluar.

Seorang petugas mendatangi saya dan bertanya kemana tujuan saya. Kemudian, saya mengatakan kalau waktu penerbangan saya hanya tinggal beberapa menit lagi. Ia langsung berkata, "Lurus terus, saat di luar, langsung belok kanan. Cepat lari!"

Saya pikir petugas ini tidak mengerti maksud saya. Namun, saya tetap mengikuti petunjuknya. Air mata dan keringat rasanya sudah bercampur menjadi satu. Saya lari dengan seluruh barang bawaan saya dan langsung mendatangi konter.

Saya lari secepat mungkin dan berdoa. Saat pemeriksaan masuk menuju pesawat, seorang perempuan di depan saya berkata kepada petugas, "Saya adalah member!"

Saya langsung melihat kalau antrian member jauh lebih sedikit. Saya pikir, lho kan saya juga member. Kemudian, saya menyodorkan kartu member tersebut. Petugas itu langsung berkata, "segera pindah pada antrean khusus member." Saya bisa pergi menuju pesawat dalam hitungan menit.

Jarak dari gate ke pesawat itu tidak dekat. Saya kembali berlari. Ketika saya tiba, saya adalah orang terakhir yang menaiki pesawat tersebut. Tepat 2 menit sebelum pesawat lepas landas.

Pada tengah malam, saya tiba di kota kelahiran saya. Disana, sudah ada kolega yang menjemput saya dari bandara. Saya langsung pergi ke rumah sakit dimana Nenek dirawat. Rasanya sungguh lega, saya nggak bisa berhenti bersyukur kepada Tuhan.

Sepanjang malam itu, saya memegangi tangan Nenek. Dia hanya tertidur beberapa menit, kemudian bangun untuk melihat saya. Terkadang, dia akan menyentuh hidung atau pipi saya.

Besoknya, saya membacakan nenek Alkitab sepanjang hari. Pasien yang ada disebelahnya mengatakan kalau ia tersentuh dengan bacaan Alkitab yang ditujukan untuk Nenek pada hari itu.

Saat saya sedang menyisir rambut Nenek, ia terkekeh. Saya menyadari kalau suara Nenek itu sangat khas, dan tidak tahu kenapa, pada detik itu, saya tidak bisa mengerti apa yang ia katakan. Jadi, saya memintanya untuk mengulangi apa yang ia katakan. Satu kata yang sangat jelas di telinga saya: Yesus.

Tidak lama setelah itu, Nenek meninggalkan kami semua dan pergi ke tangan Yesus dengan damai sejahtera. Dia adalah anak terakhir dari delapan bersaudara.

Saya tenggelam dalam pelukan suami yang menyusul kemudian. Meskipun Nenek sudah tiada, bagian dalam dirinya akan selalu berada dalam hati dan kenangan kami semua. Bersukurlah untuk setiap penyertaan Tuhan yang selalu ada dalam setiap langkah perjalanan kita. 

Hak Cipta © 2019 Marlene S. Briggs, digunakan dengan izin.

 

Ikuti Kami