Saat Kabut Menutupi Mata Hatimu, Hal Ini Akan Menyelamatkan Hidupmu
Kalangan Sendiri

Saat Kabut Menutupi Mata Hatimu, Hal Ini Akan Menyelamatkan Hidupmu

Naomii Simbolon Official Writer
      5002

Amsal 3:5

“Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.”

 

Bacaan Setahun: Mazmur 111; 1 Petrus 3; Yehezkiel 26-27

 Beberapa waktu lalu, aku membaca sebuah renungan mengenai “percaya kepada Tuhan ditengah kabut.”

Penulis menceritakan bahwa sangat sulit untuk berjalan menyusuri jalan pegunungan yang tertutup kabut dan mempercayai bahwa Tuhan akan membawanya pulang dengan selamat.

Aku belum pernah menyusuri jalan pegunungan yang berkabut sebelumnya. Namun baru-baru ini, aku menciptakan kabut bagi diriku sendiri.

Nggak ada yang berubah. Kabut sama sekali nggak mengaburkan pandanganku. Hanya memang aku melepaskan pandanganku terhadap apa yang Tuhan bisa lakukan dalam hidupku dan membiarkan keraguan serta ketakutan menguasai diriku. Aku menjadi musuh untuk diriku sendiri dan berperang dengan pikiranku.

Untuk beberapa lama, aku membiarkan kabut itu semakin menebal dan terus berputar mengelilingi sekitarku. Menelan harapan dan imanku hingga menarikku ke tempat gelap dimana keputusasaan memenuhi hatiku.

Ya, kita pasti pernah mengalami hari-hari menuju kepada keputusasaan baik itu dalam sebuah doa, penantian hingga proses. Kita sering sekali mengikis kepercayaan diri kita kepada Tuhan dengan membawa kelemahan serta pemikiran kita yang salah sehingga pandangan kita kepada Tuhan menjadi berpaling dan kitapun membiarkan ketakutan, kekhawatiran mengelilingi kita.

Ketahuilah bahwa kabut akan muncul saat pandangan kita beralih dari Tuhan.

Kejadian ini adalah hal yang paling menyedihkan. Seperti dimana kita merasa kehilangan namun nggak tahu arah kemana dan nggak menemukan jalan yang jelas.

Ada banyak kemungkinan mengapa kita putus asa. Berikut mungkin diantaranya:

  • Karena nggak sabar sebab terlalu lama menunggu janji Tuhan
  • Kita merasa permintaan kita terlalu besar atau terlalu sulit dan memilih menyerah
  • Sama sekali nggak melihat ada tanda-tanda perubahan dalam situasi sulit yang sedang dihadapi, akibatnya kita putus asa dan frustasi hebat.
  • Tugas kamu terasa sulit untuk diselesaikan dan rasanya ingin menyerah

Yap! Kita semua akan mengalami keputusasaan saat berhadapan dengan tipe-tipe skenario diatas. Tapi akankah kita membiarkan keputusasaan mengatur hidup kita atau malah menaruh iman percaya kita kepada Tuhan untuk mengerjakan hal-hal yang nggak bisa kita pahami? Apakah kita akan mengingat kembali bahwa Dia pernah menyelesaikan hal sulit dimasa lampau dalam hidupmu?

Ketika aku menyadari bahwa semua hal negatif yang aku alami merupakan hasil tindakanku sendiri dan alasanku untuk putus asa karena didasarkan perasaan serta emosiku, kabutpun mulai tersingkir dan pemikiranku terang dan menang.

Akupun mampu berdiri kembali dengan iman percaya dan membiarkan matahari menerobos kabut tersebut.

Ketika kabut yang aku buat terangkat, aku merasakan harapan dan kepercayaan yang baru lagi, segar kembali dan aku benar-benar merasakan gelombang-gelombang energi baru di dalam tubuh, hati dan jiwaku.

Semangat untuk terus berdiam di kaki Tuhan memulihkanku, dan menyambut kesetiaanNya kepadaku.

Oleh karena kuasaNya mengatasi kelemahanku, kini aku merasa kuat dan utuh. Langit menjadi biru bersih lagi, matahari bersinar tanpa ada kabut sedikitpun.

Yesaya 40:31: “Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.”

Ikuti Kami