Ketakjuban Mendahului Iman
Kalangan Sendiri

Ketakjuban Mendahului Iman

Lori Official Writer
      5037
Mazmur 99: 9

Tinggikanlah Tuhan, Allah kita, dan sujudlah menyembah di hadapan gunung-Nya yang kudus! Sebab kuduslah Tuhan, Alla kita!

 

Bacaan Alkitab Setahun: [kitab]Mazmu110[/kitab]; [kitab]IPetr2[/kitab]; [kitab]Yehez29:1-16[/kitab]

Abraham Joshua Heschel, mistikus, filsuf dan reformis Yudaisme abad ke-21, berkali-kali menulis bahwa ‘ketakjuban mendahului iman’. Kalimat pendek ini mengingatkan kebiasaan orang modern, canggih dan otomatis masih mau bergumul dalam iman. Apa yang membuat kita takjub akan keindahan dan keajaiban Allah?

Alam adalah karunia yang diciptakan Allah untuk dinikmati. Oleh karena itu, sebagian dari kita pasti sangat suka keluar rumah di pagi hari dan mulai berlari-lari di sekitarnya. Merasakan udara dingin, angin, pepohonan, atau bahkan salju. Jika keindahan demikian tidak pernah ada, bagaimana mungkin seseorang bisa tertarik melangkah dari dalam kamar tidur setiap paginya?

Sebagian dari kita juga mungkin suka berlari melintasi pohon-pohon yang tinggi dan menyaksikan musim-musim yang berubah di luar sana. Melihat burung hantu dan binatang lain yang melintas, mendengar gemericik anak sungai atau merasakan salju turun di wajah, tentu akan menimbulkan ketakjuban yang tiada duanya. Saat itulah kita teringat akan Allah yang Mahatinggi, yang menciptakan alam yang indah, barisan pegunungan nan hijau dan bahkan menghadirkan kita di tengah-tengahnya. Saat kita menyadari semua yang ada di sekitar kita adalah karya Tuhan, kita tentu akan merasa takjub dan mengakui bahwa Allah Maha Besar atas alam ciptaan-Nya.

Allah Mahatinggi yang dituliskan dalam Mazmur 99 mengingatkan kita untuk kembali meninggikan nama-Nya. Sebab Allah adalah pemilik surga dan bumi beserta segala isinya. Allah Mahatinggi adalah satu-satunya Allah yang menjalankan hukum dan kebenaran secara adil.

Saat berlari melintasi alam adalah sebuah bentuk penghiburan yang besar bagi kita karena diingatkan bahwa kita adalah ciptaan yang seharusnya merendahkan diri dihadapan Tuhan. Saat kita mungkin menengadah ke arah gunung-gunung atau puncak-puncak pohon untuk merasakan pancaran matahari pagi, kita bersyukur kepada Allah. Kita mungkin tidak menyembah-Nya di ‘bukit-Nya yang kudus’ seperti nyanyian Mazmur, tetapi kita menyembah Allah dalam katedral alam yang agung setiap hari. Sebab Allah selalu hadir di setiap sudut alam yang Dia ciptakan.

 

Melalui keindahan alam kita menyadari bahwa Allah berkuasa atas surga dan bumi


Apakah artikel ini memberkati Anda? Jangan simpan untuk diri Anda sendiri. Ada banyak orang di luar sana yang belum mengenal Kasih yang Sejati. Mari berbagi dengan orang lain, agar lebih banyak orang yang akan diberkati oleh artikel-artikel di Jawaban.com seperti Anda. Caranya? Klik DI SINI.

Ikuti Kami