Natal Penuh Damai
Kalangan Sendiri

Natal Penuh Damai

Inta Official Writer
      2518

Yohanes 3:16

"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."

Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 27; Lukas 3; Ayub 34-35

Dalam headline tertulis: Seorang Ibu Muda Meninggal.. 12 Orang Ditangkap dalam Serangan Teroris.. Kota Hancur Oleh Ledakan Minyak... Ada Orang Yang Dituduh Dalam Sebuah Ujaran Kebencian...

Sebaliknya, di hari Natal ini, kita akan mendapatkan sebuah pesan damai. Setiap pesan yang tertulis di dalam Alkitab adalah damai.

Kata damai, digunakan oleh banyak pasal, kecuali ada dalam satu kitab dalam Perjanjian Baru. Tampaknya para malaikat benar ketika mereka menyatakan, "Kemuliaan bagi Allah di tempat maha tinggi, damai di bumi, dan kebaikan bagi seluruh manusia!"

Pernyataan tersebut mengaci kepada keinginan Allah untuk hubungan kita dengan Allah yang harmonis. Damai menggambarkan sebuah keramahan, kebebasan dari serangan, ketertiban, dan rasa istirahat dan kepuasan. Namun, terlepas dari makna dan tujuannya, banyak orang yang tidak punya kedamaian ini dalam hidupnya.

Banyak orang yang melihat pemandangan dan mendengar suara Natal, dan dalam keputusasaan, mereka berkata, "Nggak ada lagi damai di bumi." Bukan hanya hari ini, tetapi hal ini sudah terjadi selama berabad-abad.

Orang-orang memperjuangkan gagasan perdamaian di bumi ini. Selama Perang Saudara di Amerika, Henry W. Longfellow menulis lirik, "Aku mendengar lonceng pada hari Natal." Dengan sebuah keterusterangan yang tulus, ia menulis, "Karena kebencian itu kuat, dan mengolok-olok lagi, kedamaian di bumi, niat baik bagi manusia." Kejujuran dari lirik tersebut benar-benar menusuk hatiku.

Kita tahu kalau headline berita di atas mengerikan. Realitas kita nggak jauh dari kebencian antar manusia, yang kadang kejadiannya nggak jauh dari kita. Kadang, kita sulit untuk berkata apa kepada mereka yang bertahan di musim ini tanpa ada orang yang mereka cintai untuk pertama kalinya. Namun, terlepas dari semua ini, masih ada pesan yang berdering di udara: "Damai di Bumi."

Alkitab sudah sangat jelas:

Kolose 1:19-20

"Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia, dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus."

Inilah tujuan Tuhan datang.

Efesus 2:14 (yang diartikan dalam pengertian sendiri)

"Karena Dialah damai sejahtera kita (ikatan persatuan dan harmoni kita), yang telah mempersatukan kedua pihak (orang Yahudi dan orang non yahudi) dan yang telah merubuhkan (dan menghapus) tembok pemisah, yaitu perseteruan,"

Tujuan Tuhan itu pasti.

Yohanes 14:27

"Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu."

Kata-kata Tuhan penuh dorongan

Efesus 4:1,3

"Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu....Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera:"

Pesannya selalu sama.

Namun, meski satu abad telah berlalu sejak Henry W. Longfellow berjuang menulis lirik untuk lagunya yang sekarang terkenal, kami mengerti setiap kata. Seperti yang terjadi sepanjang tahun ini, hatinya terluka oleh keputusasaan, kebencian, dan kengerian perang yang dilihat matanya setiap hari, Terlepas dari hal-hal ini, ada sesuatu yang tak terlihat yang menyinggung tulisannya..

"And the bells are ringing... Peace On Earth...

Like a choir, they're singing... Peace On Earth...

In my heart, I hear them... Peace On Earth..."

Seolah para malaikat yang bertemu dengan para gembala itu masih bernyanyi, kita tahu pasti kalau pesan mereka itu masih terngiang selama berabad-abad. Longfellow benar. Tragedi terus menerus memborbardir pintu rumah kita. Namun, ada gema yang selalu bergaung di udara. Jika kita mendengarkan dengan hati kita, dan tidak menilai dengan mata atau pikiran kita, kita pasti bisa mendengarkannya juga.

"Kemudian membunyikan bel lebih keras dan dalam, Tuhan tidak mati juga tidak tidur ... Damai di bumi, Damai di bumi ... Yang salah akan gagal, yang menang, dengan Damai di Bumi, niat baik untuk manusia." arti dari I Heard the Bells on Christmas Day oleh Henry W. Longfellow

Dengan penuh kasih, Tuhan melihat kondisi bumi dan membuat ketentuan untuk perubahan.

Yohanes 3:16

"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."

Dengan kata lain, damai. Meski setiap berita ada kerugian dan ada perdamaian yang tidak bisa kita wujudkan, kita harus ingat kalau damai itu mungkin terjadi di dalam Yesus.

2 Tesalonika 3:16

“Dan Ia, Tuhan damai sejahtera, kiranya mengaruniakan damai sejahtera-Nya terus-menerus, dalam segala hal, kepada kamu. Tuhan menyertai kamu sekalian.”

Hak Cipta © Daphne Delay, digunakan dengan izin.

 

 

 

Ikuti Kami