Jangan Sakiti Hati Anak Adalah Tanggung Jawab Kita
Kalangan Sendiri

Jangan Sakiti Hati Anak Adalah Tanggung Jawab Kita

Naomi Irmadiana Contributor
      2142

Kolose 3:21

Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.

 

Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 54; Kisah Para Rasul 26; Imamat 18-19

Kerohanian seseorang tidak hanya diukur dari hubungan pribadi vertikal dengan Allah, tidak juga diukur dari kehebatan pelayanan seseorang ketika di gereja. Tetapi kerohanian sejati terlihat dari kehidupan sehari-hari khususnya ketika bersama dengan keluarga. Di dalam keluarga tidak ada ruang untuk pencitraan, kemunafikan. Semua harus terlihat transparan!

Biasanya tanggung jawab orangtua kepada anak dimulai dengan kata “didiklah” atau “nasehatilah” tetapi bagian yang kita baca sangat unik, yaitu “jangan sakiti anakmu” dan dilanjutkan dengan tujuan “supaya jangan tawar hatinya”. Ayat yang ditulis Paulus ini lahir dari keprihatinannya kepada anak-anak saat itu, yang penderitaannya jauh lebih besar dibanding seorang budak. Seorang ayah bisa bebas menentukan anak yang lahir dibiarkan hidup atau tidak. Seorang ayah bebas menjual anaknya sebagai budak. Menjadi anak pada saat itu benar-benar dalam kekuasaan penuh ayah.

Dalam konteks seperti inilah ayah dinasehatkan untuk tidak menyakiti hati anak-anaknya. Arti dari kata “sakit hati” di sini adalah tidak mengaduk-aduk hati seseorang atau memprovokasi hati seseorang baik itu dalam kemarahan atau kepahitan.

Hari ini siapapun kita, mungkin sebagai guru sekolah minggu, guru di sekolah, atau orangtua. Mari menyadari tanggung jawab kita, bahwa jangan sampai karena diri kita sendiri, anak-anak menjadi sulit untuk percaya kepada Tuhan atau mengasihi Tuhan karena “sakit hati” yang kita timbulkan atas anak. Karena seharusnya kita adalah gambaran Allah yang ada di dunia, penuh kasih dan kelembutan sekaligus adil.

Ikuti Kami