Filipi 4: 4
Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi
kukatakan: Bersukacitalah!
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 23; Matius 23; Yesaya 3-4
Duduk, sebagai tamu kehormatan, di atas tunggul di bawah
naungan pohon akasia raksasa adalah pengalaman yang paling mengecilkan hati dan mengharukan dalam hidupku.
Kami sedang berada di Zimbabwe menghadiri sebuah gereja di
desa duku Ndebele. Sebanyak 25 orang yang hadir mengenakan pakaian modern terbaik
mereka dan duduk di tanah, tak peduli gereja itu tak punya atap, lantai, podium, bangku empuk atau grup pujian dan penyembahan.
Mereka memberitahu kamu kalau mereka sangat menghargai pria
yang mengijinkan mereka beribadah di bawah pohon berdaun lebat yang tumbuh di sebelah rumahnya yang hanya memiliki satu kamar dari dinding jerami.
Mereka semua tampak malu-malu saat bertemu dengan orang
Amerika. Pendeta suku mereka lalu berdoa untuk menyambut kedatangan rombongan kami. Dia lalu menyampaikan khotbah yang membangkitkan semangat.
Saat ibadah dimulai, jemaat yang kebanyakan wanita segera berdiri,
setidaknya mereka yang masih sehat secara fisik. Sepatu adalah komoditas langka
di sana karena berbagai penyakit kaki dan kelainan yang banyak dialami masyarakat di sana.
Tapi sesuatu yang berbeda terjadi di depan mata kami. Mereka yang
sebelumnya malu-malu akhirnya tersenyum dengan ekspresif. Mereka mulai
bernyanyi dan menari untuk Tuhan. Gerakan mereka benar-benar penuh semangat yang
menunjukkan emosi dan energi mereka untuk memuji Tuhan. Tak lama kemudian, sebagian
dari kelompok kami mulai menari, bernyanyi dan tertawa bersama. Saat itu, aku merasakan bahwa Roh Kudus menyatukan kami dalam ibadah tersebut.
Kami menunjukkan sukacita seperti yang dituliskan dalam Filipi
4: 4, “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!”
Mereka tidak menyampaikan doa-doa meminta berkat, seperti berikanlah
kami kesehatan, kekayaan dan kebahagiaan. Tapi mereka menyampaikan soal kasih
mereka kepada Yesus dan ucapan syukur yang mendalam atas apa yang sudah mereka terima.
Mereka menunjukkan gambaran kehidupan yang dituliskan dalam Mazmur 22: 3, “….Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel.”
Aku mungkin lebih kaya dan punya lebih sedikit beban hidup
dari mereka. Tapi mereka memiliki banyak hal yang tak aku miliki. Mereka memiliki
iman, harapan dan kasih yang murni satu sama lain. Tidak ada beban yang tampak
terlalu berat sebagai alasan bagi mereka untuk kehilangan sukacita. Taka da penghalang
yang terlalu besar untuk mengurangi persekutuan mereka. Mereka hanya fokus kepada Tuhan, bukan kepada keadaan di sekitar mereka.
Aku memetik pelajaran penting hari itu bahwa mereka sudah
terbiasa membuang semua perasaan cemas mereka dan membebaskan diri untuk menyembah Tuhan sepenuh hati. Sementara aku masih sangat sulit melakukannya.
“Serahkanlah
kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah.” (Mazmur 55: 22)
Mari memeriksa diri kita. Apakah kita pernah menyembah Tuhan dengan sepenuh hati? Apakah beban hidup kita justru kadang mencuri sukacita kita? Apa yang ingin kamu lakukan untuk mengalami sukacita sepenuhnya dalam Tuhan?
Hak cipta Diane Markins, digunakan dengan ijin Cbn.com
Live Chat
Phone / SMS
0811 9914 240
0817 0300 5566
Whatsapp
0822 1500 2424