Kota Hebron
atau yang disebut juga Hebrew adalah salah satu tempat bersejarah, kaya dan
pusat perdagangan di tepian Barat, atau sekitar 30 kilometer di selatan Yerusalem.
Kota ini
juga merupakan pemukiman dari sejumlah tokoh besar Alkitab. Kota ini juga ramai
di kunjungi karena di sanalah dimakamkan Abraham dan istrinya Sara serta keturunannya
Ishak dan istrinya Ribka serta Yakub dan istrinya Lea. Jejak sejarah kota ini membuatnya jadi salah satu kota suci di Yerusalem.
Selain itu,
kota ini jadi saksi ketika Allah membuat perjanjian bahwa Abraham akan menjadi bapa bagi bangsa-bangsa. Karena itulah kata Hebron diartikan sebagai ‘tempat ikatan pertemanan’.
Saat Musa pertama kali mengirim Kaleb dan sebelas pengintai lainnya ke Tanah Perjanjian untuk memperluas wilayah bangsa Israel, Hebron dihuni oleh para raksasa berukuran besar. Ukurannya bahkan lebih dari sembilan kaki, salah satunya adalah raksasa Goliat yang berhasil dibunuh oleh Daud hanya dengan sebuah ketapel.
Ketika 12 pengintai
itu kembali dan menyampaikan laporan kepada Musa, sepuluh diantaranya mengaku ketakutan.
“Kita tidak dapat maju menyerang bangsa
itu, karena mereka lebih kuat dari pada kita.” (Bilangan 13: 31). Berbeda dengan
apa yang disampaikan Kaleb yang dengan keberanian meminta untuk mengambil alih kota
itu. “Tidak! Kita akan maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya!” (Bilangan 13: 30)
Saat kesepuluh
pengintai menyerah, Kaleb memilih untuk menyerang. Tapi perjuangan untuk bisa memasuki
tanah itu harus menghabiskan selama empat puluh lima tahun lamanya. Meskipun
harus terombang-ambing di tengah padang gurun selama bertahun-tahun, tapi
keyakinan Kaleb untuk menguasai tanah Hebron tak pernah surut. Dia terus menjaga
hidupnya bertumbuh secara rohani, fisik, mental dan emosional sehingga dia tetap bisa meyakini janji Tuhan atas bangsanya.
Selama empat
dekade, tak sekalipun Kaleb melupakan janji itu. Dia memandang ke masa depan dengan penuh harapan dan keberanian.
Saat itu usia
Kaleb sudah 85 tahun. Dia bisa saja berkata kalau perjuangannya sudah selesai selama
berkelana di padang gurun bersama keluarga, anak-anak dan cucu-cucunya. Saat itu
harusnya Kaleb sudah pensiun dari segala urusan soal bangsanya. Tapi dia tak memilih
hal itu. Dia sama sekali masih penasaran dengan janji Tuhan atas bangsanya. Dia
mau menyaksikan sendiri tergenapinya janji Tuhan atas bangsanya. Kaleb adalah pribadi
yang tahu persis darimana sumber pertolongan itu. Alih-alih harus istirahat, dia justru memilih bertempur dengan para raksasa itu dan akhirnya memperoleh kemenangan.
Sebagaimana
telah diperintahkan Tuhan, Yosua pun menghadiahkan Kaleb satu kota di Yehuda, Kiryat Arba yaitu Hebron. Kaleb pun menguasai kota itu.
“Tetapi kepada Kaleb bin Yefune diberikan Yosua
sebagian di tengah-tengah bani Yehuda itu, yakni Kiryat-Arba, seperti yang
dititahkan TUHAN kepadanya; Arba ialah bapa Enak. Itulah Hebron.Tetapi kepada
Kaleb bin Yefune diberikan Yosua sebagian di tengah-tengah bani Yehuda itu,
yakni Kiryat-Arba, seperti yang dititahkan TUHAN kepadanya; Arba ialah bapa Enak. Itulah Hebron.” (Yosua 15: 13-14)
Kaleb menyaksikan
bagaimana Allah sendiri telah menyerahkan tiga kota-kota yang ditinggali
raksasa itu ke dalam tangannya. Masa kemenangan itu justru baru dialaminya setelah
menunggu sampai usianya 85 tahun. Allah telah memperkuat Kaleb dan membentuknya
menjadi seorang pejuang dan tetap beriman selama masa-masa penantian itu. Setelah
dia siap, Allah pun mengijinkan dia untuk mengalahkan para raksasa dan mengambil
alih kota-kota itu. Selama perjuangannya, dia percaya bahwa setiap pertempuran adalah milik Allah.
Pernahkah kita
berada dalam posisi seperti Kaleb, yang meyakini bahwa Tuhan akan melakukan
sesuatu yang lebih besar dalam hidupmu? Meskipun kamu merasa sudah melakukan hal-hal
besar dalam hidupmu, tapi kamu tetap saja meyakini bahwa ada hal yang lebih
besar yang Tuhan sedang persiapkan untuk hidupmu. Kita tentu saja harus melakukan
langkah serupa seperti Kaleb. Kita harus mau diproses oleh Tuhan, mau dibentuk menjadi
lebih matang, lebih berpengalaman dan lebih dewasa. Sehingga saat kita sudah siap,
Tuhan bisa memakai kita untuk menaklukkan musuh-musuh kita dan mengambil alih Hebron yang sudah dijanjikanNya.
Apakah ini adalah
waktu bagimu untuk mengambil alih Hebron mu? Apakah ini adalah waktu bagimu untuk
melakukan hal yang lebih besar? Lakukanlah jika kamu sudah siap (Amsal 15: 24).
Mari membiarkan
Tuhan bekerja lebih banyak dalam dan melalui hidup kita. Jangan mudah puas dengan
segala pencapaian yang kamu dapat saat ini, entah itu karir, keluarga atau kebaikan-kebaikan
yang kamu lakukan. Tak satupun dari kita selesai dari tugas selama kita masih
hidup. Karena masa pesiun kita hanya akan terjadi saat kita menghembuskan napas
untuk yang terakhir kalinya.