Di balik rutinitas seorang ibu rumah tangga di Pati, Jawa Tengah, tersimpan kisah perjuangan luar biasa dari Dwi Susanti, atau yang biasa dipanggil Ibu Santi.
Di usianya yang ke-33 tahun, ia tak hanya mengurus rumah dan dua anak, tapi juga berjualan sayur dari rumah untuk menopang ekonomi keluarga.
Sementara itu, sang suami merantau ke Sumatera, meninggalkan Ibu Santi mengasuh dua anaknya sendirian.
Tugas sebagai orangtua tunggal bukanlah perkara mudah. Apalagi, kedua anaknya punya karakter yang sangat bertolak belakang. Si bungsu yang berusia 8 tahun sangat penurut dan mudah diarahkan.
BACA JUGA: “Dulu Saya Sering Mencubit Anak, Tapi Saya Belajar Jadi Orang Tua yang Lebih Baik” – Edyta
Berbanding terbalik dengan sang kakak, anak perempuan yang kini berusia 13 tahun dan memasuki masa remaja. Ia aktif, keras kepala, dan cenderung meledak-ledak saat emosi.
Perbedaan ini membuat Ibu Santi kerap kehilangan kesabaran. Ia mudah tersulut emosi dan sering membentak anak sulungnya.
Tak disangka, sikap keras itu justru dibalas dengan perlawanan yang sama dari sang anak. Konflik demi konflik pun makin sering terjadi di rumah mereka.
Namun titik balik kehidupan keluarga ini terjadi ketika Ibu Santi mengikuti The Parenting Project (TPP) yang diadakan di gerejanya.
Di sinilah untuk pertama kalinya ia belajar bahwa menjadi orangtua bukan sekadar soal mendidik dan menasihati, tapi juga menjadi teladan.
“Kalau saya marah, saya diam. Karena kalau semakin saya keras, dia semakin berontak,” ungkap Ibu Santi.
Melalui modul Menjadi Teladan yang Baik, ia menyadari bahwa anak-anak merekam dan meniru perilaku orangtuanya.
BACA JUGA: “Hati Saya Tersentuh Saat Sadar Selama Ini Belum Jadi Teladan untuk Anak” – Kisah Ibu Dian
Jika ia membentak, anak pun akan membalas dengan suara tinggi. Jika ia mengasihi, anak pun akan belajar merespons dengan kasih.
Tak hanya itu, modul Tangki Emosi Anak juga membuka mata Ibu Santi tentang cara mengasihi anak sesuai kebutuhan emosional mereka.
Anak bungsunya ternyata sangat membutuhkan sentuhan fisik seperti pelukan, ciuman, dan kedekatan. Sementara anak sulungnya lebih senang jika diberi hadiah kecil atau pujian yang tulus.
“Sekarang hubungan kami sudah jauh lebih baik,” ujar Ibu Santi bersyukur.
Bahkan sang kakak yang dulunya keras, kini mulai menunjukkan kasih sayang seperti sang adik dengan memeluk dan mencium ibunya. Ia pun mulai berubah. Semua itu terjadi karena sang ibu terlebih dulu berubah.
Melihat perubahan anak sulungnya, Santi menyadari bahwa teladan tidak hanya diberikan oleh orangtua, tetapi juga lingkungan dan orang-orang yang dekat dengannya.
BACA JUGA: Trauma karena Ayah Pemabuk & Penjudi, Pak Bibit Yang Cuek Berubah Jadi Ayah yang Hadir
Di akhir kesaksiannya, Santi mengungkapkan dengan penuh syukur, “Saya bersyukur, dari The Parenting Project ini banyak yang saya dapatkan. Banyak pelajaran yang saya pelajari. Terima kasih.”
Mau mengalami perubahan seperti Ibu Santi? Kamu bisa ikuti The Parenting Project dan belajar menjadi orangtua yang hadir dan penuh kasih. Kunjungi: https://theparentingproject.id
Puji Tuhan, melalui The Parenting Project, satu keluarga mengalami pemulihan yang luar biasa. Terimakasih Mitra CBN atas dukungan Anda untuk pelayanan ini dan mengerjakan amanat agung besama CBN.
Apabila Anda juga ingin mendukung pelayanan The Parenting Project, bisa mendaftarkan diri Anda sebagai Mitra CBN. Klik tombol di bawah untuk daftar:
Sumber : Jawaban.com