Edyta Lestavanny, seorang ibu rumah tangga berusia 31 tahun dari Surakarta, Solo, menjalani kesehariannya dengan penuh perjuangan.
Selain mengurus rumah dan dua anak perempuan yang berusia 7 dan 6 tahun, ia juga berjualan untuk membantu ekonomi keluarga.
Tapi bukan pekerjaan yang paling melelahkan baginya, melainkan dinamika mengasuh anak, terutama anak sulungnya.
Berbeda dengan sang adik yang penurut dan mau mendengarkan saat diberi nasihat, anak pertamanya sangat aktif dan seringkali sulit mendengarkan nasihat.
Di tengah rasa kelelahan dan frustrasinya, Edyta mengakui bahwa ia pernah mencubit anaknya sebagai bentuk disiplin. "Kadang saya lepas kendali dan mecubitnya. Tapi setelah melakukan itu, pastinya kita ada penyesalan," ungkapnya.
Namun, titik balik keluarganya terjadi ketika Edyta terpilih menjadi peserta The Parenting Project (TPP) dari Pusat Pengembangan Anak (PPA) tempat anaknya terdaftar.
BACA JUGA: Ternyata Tuhan Ada dan Menolong Saya dengan Menyatakan Mukjizat-Nya
Di sinilah ia untuk pertama kalinya belajar bahwa menjadi orang tua bukan hanya soal menasihati dan membuat aturan, melainkan juga bagaimana memahami dan mengasihi anak sesuai kebutuhan mereka.
Dari 11 modul yang ia jalani, satu yang paling mengubah hidupnya adalah modul “Tangki Emosi.”
Modul ini membukakan matanya tentang pentingnya mengenali kebutuhan emosional anak, dan bahwa tiap anak punya karakter serta cara pendekatan yang berbeda.
“Tangki emosi ini memang masalah dalam keluarga saya, khususnya saya dan suami,” ujarnya. Ia belajar bahwa respons orang tua bisa sangat memengaruhi perilaku anak.
Sejak saat itu, Edyta dan suaminya mulai berkomitmen untuk tidak lagi menggunakan kekerasan dalam mendidik anak. Ia bahkan membuat janji kepada dirinya sendiri untuk tidak mencubit anaknya lagi.
Jika pun ia tanpa sengaja mencubit anaknya, Edyta kini tidak ragu meminta maaf kepada anaknya. Yang luar biasa dari perubahan sikap ini, anaknya pun mulai belajar mengakui kesalahan dan minta maaf, sesuatu yang sebelumnya tak pernah terjadi.
Kini, mereka lebih sering membangun komunikasi yang lebih dekat dan hangat seperti seorang sahabat, bukan hanya sebagai orang tua.
Meski awalnya sulit, perubahan itu perlahan membawa damai dalam keluarga mereka. Edyta menyadari, kasih dan empati adalah fondasi utama dalam membesarkan anak-anak.
BACA JUGA: Pemulihan Keluarga Dimulai dari Orangtua yang Mau Dibentuk – Venny Mayasari
Edyta menyampaikan rasa syukur dan terima kasihnya, “Saya mengucapakan terima kasih untuk kehadiran modul The Parenting Project ini dan saya sangat bersyukur. Melalui modul tangki emosi, saya akan terus belajar menjadi orang tua yang lebih baik dalam membimbing anak-anak saya. Terima kasih CBN.”
Jika Anda ingin mengetahui lebih jauh tentang The Parenting Project dan bagaimana program ini dapat membantu Anda menjadi orang tua yang lebih sabar dan penuh kasih, silakan kunjungi website resminya: https://theparentingproject.id/
Di sana, Anda akan menemukan informasi lengkap mengenai modul-modul pelatihan, cara pendaftaran, serta kisah-kisah inspiratif lainnya.
Mari mulai langkah baru dalam perjalanan mengasuh anak dengan hati yang penuh pengertian bersama The Parenting Project.
Anda juga bisa memberikan dukungan Anda terhadap pelayanan ini dengan menjadi Mitra CBN. Daftarkan diri Anda sekarang, klik tombol di bawah ini:
Sumber : Jawaban.com