"Manusia itu memberi nama kepada segala ternak, kepada burung-burung di udara dan kepada segala binatang hutan, tetapi baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia." (Kejadian 2:20)
Sepadan itu berarti seimbang, karena itu pertimbangkanlah kesesuaian (kompabilitas) antara diri Anda dan pasangan Anda. Allah menghendaki setiap orang Kristen mendapatkan pasangan yang seimbang dan sesuai di dalam kehidupannya.
Kesesuaian adalah kunci untuk sebuah hubungan yang kuat. Kesesuaian tidak berarti sama persis, tetapi kesesuaian berarti berbeda namun bisa saling melengkapi dan menerima. Kesesuaian ini meliputi bidang-bidang: ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, kerohanian, kemampuan rasio, dan kematangan sikap hidup. Semakin sedikit kesesuaian yang ada, semakin sulit untuk membangun relasi yang kuat dan mantap. Oleh karena itu, sebelum hubungan bergerak terlalu jauh, perhatikanlah masalah kesesuaian ini. Ingatlah, pernikahan hanyalah pengalaman sekali seumur hidup.
Relasi yang kuat terjadi jika ada komunikasi yang intens, yang erat, komunikasi dua arah, berbagai informasi, saran, tanggapan, kesan, dan pesan. Komunikasi semacam ini jelas tidak bisa dibangun di antara pasangan jika misalnya yang satu hanya lulus SMA sedang yang lain lulus doktor. Mereka akan baik-baik saja di tahun-tahun pertama pernikahan, namun waktu akan membuat mereka sampai pada tahap kesadaran, bahwa pasangannya "tidak bisa diajak berbicara" kalau bicara "nggak nyambung".
Sepadan bukan hanya berarti seiman, tetapi juga selevel, seimbang, serupa, hampir sama dalam hal tingkat kerohanian. Walaupun satu agama, satu gereja, satu aliran, jika tingkat kerohanian berbeda, juga akan merupakan kendala dalam membangun hubungan, bahkan akan banyak sumber pertengkaran, ketika harus memberikan prioritas waktu, uang, dan perhatian. Jika yang satu sangat rohani dan taat membayar perpuluhan dan yang satunya tidak, dan hal semacam itu tidak pernah dibicarakan selama pacaran (karena hanya terfokus pada bagaimana bermesraan), maka akan tiba saatnya hal itu akan menjadi sumber pertengkaran.
Baca Juga: Pasangan Tidak Seiman : Kuk Yang Tidak Sepadan
Karena itu carilah pasangan hidup yang sebanyak mungkin persamaannya, dan terus kembangkan, bangun persamaan itu selama pacaran. Bahas hal-hal penting dalam hidup ini selama pacaran. Bahas cita-cita, nilai uang, konsep hidup, tujuan hidup, bagaimana nantinya pola keuangan rumah tangga dengan saling bertanya dan bercerita bagaimana orang tua masing-masing mengelola uang mereka dan berikan tanggapan pribadi mengenai pola semacam itu dan bagaimana cita-cita Anda. Bangun "kesepadanan" dalam hal kerohanian yang akan menjadi fondasi yang sangat kuat dalam pernikahan Anda. "kesepadanan" juga tidak turun dari langit tetapi bisa dibangun, namun tetap memerlukan dasar-dasar kesepadanan yang kuat.
Saya sendiri menikah dengan teman hidup yang sangat banyak perbedaannya. Saya suku Jawa dan istri saya Cina, saya berkulit coklat dan dia putih, saya dari latar belakang ekonomi jauh di bawah garis kemiskinan dan dia menengah, saya dididik dalam keluarga dengan norma, etika, dan kebersihan yang longgar sedang dia sebaliknya. Namun ada hal yang sangat kuat, yang menjadikan kami yakin dan sekarang setelah 13 tahun menikah, kami merasakan bahwa kami sepadan, karena selain perbedaan-perbedaan itu, kami mempunyai persamaan yang kuat seperti, sama-sama sarjana lulusan IPB, sehingga kami bisa menjadi teman dalam bertukar pikiran secara baik.
Kami sama-sama memiliki tujuan dan nlai-nilai hidup yang berakar kuat berdasarkan Firman Allah karena sama-sama mengikuti "pemuridan" yang radikal selama beberapa tahun semasa kami kuliah dan pelayanan di kampus dan di persekutuan. Kami sama-sama guru sekolah minggu dan mencintai Yesus secara sungguh-sungguh, sama-sama warga Kerajaan Sorga, sama-sama hamba Allah.
Sepadan memang bukan berarti sama, tetapi sebanyak mungkin persamaannya. Teman hidup, adalah pasangan yang saling melengkapi. Pernikahan bukan untuk menjadi sama, tetapi untuk menjadi satu, untuk saling melengkapi. Setelah Anda menemukan orang yang banyak persamaannya atau sepadan, maka saya percaya begitu pacaran berjalan 2 tahun atau setahun setelah menikah, Anda akan segera menemukan bahwa Anda berdua banyak sekali berbeda. Jangan bertengkar dan mengambil kesimpulan bahwa Anda telah salah pilih, salah jodoh, tidak sepadan, dan berniat mencari gantinya, tetapi bangunlah kesepadanan dan luruskan konsep-konsep pernikahan, menikah berarti melengkapi.
Baca Juga: Menjadi Penolong yang Sepadan
Menikah bukan untuk menjadi sama, tetapi menjadi satu. Mengapa untuk menjadi satu dan bukannya menjadi sama? Karena pria dan wanita memang berbeda. Ada sesuatu yang diambil dari pria dan tidak ada lagi dalam dirinya, tetapi menjadi ada dalam diri wanita. Menikah mempersatukan pria dan wanita kembali untuk saling melengkapi. Fungsi saling melengkapi akan berjalan dengan baik, jika pasangan tersebut sepadan, seimbang, atau se-level.
"Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu. Lalu berkatalah manusia itu: "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki." (Kejadian 2:21-23).
Kamu diberkati dengan artikel-artikel kami? Mari dukung kami untuk terus menghasilkan konten-konten terbaik di website ini dengan menjadi mitra Jawaban.com.
Buat kamu yang tergerak untuk bergabung yuk.
Sumber : Love Sex Dating – Ir. Jarot Wijanarko