4 Cara Yesus Jangkau Orang yang Terhilang Lewat Pertemuan Dengan Perempuan Samaria
Sumber: Pinterest.com

Kata Alkitab / 23 March 2022

Kalangan Sendiri

4 Cara Yesus Jangkau Orang yang Terhilang Lewat Pertemuan Dengan Perempuan Samaria

Lori Official Writer
5072

Sikhar, sebuah kota kecil yang sepi dan berdebu. Pada dasarnya sebuah daerah yang luas untuk dilintasi, tetapi hanya sebuah titik yak kasatmata di atas peta.

Sikhar bisa menjadi tempat persinggahan dalam perjalanan orang ke kota lain, tetapi kebanyakan orang tak pernah melakukannya.

Orang Yahudi menghindari Sikhar seperti menghindari wabah, karena kota itu terletak di Samaria dan wilayah itu tentu dipenuhi orang Samaria. Mereka disebut ‘orang luar’, para ‘keturunan campuran’, tidak sepeuhnya orang Yahudi dan tidak sepenuhnya orang non-Yahudi, tetapi sangat dibenci oleh kedua belah pihak. 

Sikhar adalah tempat yang tepat bagi seorang Samaria untuk bersembunyi dan menghindari dunia luar.

Hingga kemudian Yesus datang. Yesus bisa saja tidak singgah melalui Sikhar. Dia bisa saja menunda waktu istirahat-Nya. Tetapi Yesus tampaknya memiliki sebuah misi yang melibatkan Sikhar dan salah satu warganya.

 

Baca Juga: Bangun Pemuridan Digital, Yuk Menjangkau Dengan Cara Kreatif Ini…

 

Siapa sangka itu adalah sejarah baru bagi kota Sikhar. Karena saat itu Yesus benar-benar sengaja menjangkau perempuan Samaria di sebuah sumur ketika Dia membutuhkan air saat sedang beristirahat. Sementara, dalam budaya Yahudi, haram hukumnya ketika seorang pria berbicara secara langsung dengan seorang perempuan, apalagi jika dia memiliki reputasi yang buruk di tengah masyarakat.

Ketika Yesus menghampiri perempuan itu, dia pasti terkejut dan bertanya-tanya apakah orang itu benar-benar mengajaknya bicara. Namun Yesus lebih memikirkan jiwa perempuan tersebut daripada reputasi-Nya. Yesus melakukan apa yang tak pernah dilakukan orang lain demi menjangkau seseorang yang dikucilkan masyarakat.

Tahukah Anda apa yang Yesus lakukan? Dia berbicara kepada perempuan itu dengan penuh kasih. Dia menatap matanya dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menggugah hatinya. Yesus bersikap hangat, tulus dan meyakinkan. Lalu Dia mengarahkan perempuan itu kepada sesuatu yang memuaskan dahaganya, yang seakan tak pernah terpuaskan sekali untuk selamanya.

Yesus berkata kepadanya, “Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya.” (Yohanes 4: 13-14).

Kaum beragama membenci Sikhar karena Sikhar dipenuhi orang-orang yang mementingkan dirinya sendiri. Orang Sikhar menjalani hidup demi kenikmatan mereka sendiri, dengan mencari makna dan kepuasan hidup di tempat-tempat yang hampa. Mereka beranjak dari satu pengalaman ke pengalaman yang lain, dari jalan buntu ke jalan buntu lainnya. Tetapi semua itu pada akhirnya sia-sia. Merekalah konsumen yang sesungguhnya untuk misi penjangkauan. Jika kita bandingkan kota Sikhar dengan kehidupan kita sehari-hari, kita bisa melihat bahwa mereka seperti seorang pria bertato yang penyendiri dan sehari-harinya hanya duduk di kedai kopi, wanita tunawisma yang selalu kelihatan mabuk tetapi kerap meminta-minta di lampu merah lalu lintas atau pria berbadan kekar yang menindas orang-orang lemah.

 

Baca Juga: Perspektif yang Benar Mengenai Amanat Agung

 

Hidup mereka berantakan. Tetapi apakah ada diantara kita yang tergugah untuk menunjukkan bahwa Tuhan memiliki tujuan yang indah atas hidup mereka? Maukah kita dengan sengaja melakukan misi penjangkauan seperti yang Yesus lakukan di kota Sikhar?

 

BACA HALAMAN BERIKUTNYA --->

Ketika kita melihat mereka sebagai orang-orang yang perlu dihindari dan dijauhi dan bukan orang yang perlu didekati. Ketika kita merasa bangga dengan hidup kita yang benar, maka kita telah gagal menjadi seorang pengikut Kristus.

Kita memang selalu diberikan pilihan dalam hidup: memilih untuk melibatkan diri dalam kehidupan sulit orang lain atau mengabaikan orang-orang tersebut.

Yesus juga bisa memilih salah satunya. Dia bisa saja tidak menghiraukan perempuan Samaria itu. Orang akan memaklumi hal tersebut. Dia bisa saja masa bodo. Tetapi Yesus memilih mengesampingkan kenyamanan diri-Nya sehingga perempuan itu bisa merasakan kasih dan penerimaan dari Dia.

 

Baca Juga: Mengejar Misi, Membawa Perubahan

 

Kita menghadapi pilihan yang sama dalam hidup kita sehari-hari. Baik dengan rekan kerja yang sulit bekerja sama dengan kita atau tetangga yang sepertinya selalu bersikap ketus, kita bisa memilih untuk mengasihi atau menolak mereka.

Kita bisa mengizinkan rencana kita yang berharga menentukan prioritas kita atau sebaliknya kita bisa melepaskan kenyamanan kita demi kebebasan hidup orang-orang yang kita temui.

Dari kisah pertemuan Yesus dengan perempuan Samaria di sumur ini kita bisa belajar 4 cara Yesus menjangkau orang yang terhilang:

1. Yesus memiliki misi.

Percakapan dengan perempuan Samaria itu bukanlah tidak disengaja. Yesus tahu benar apa yang Dia lakukan dan Dia memiliki misi atau maksud yang jelas.

Yesus melihat seorang perempuan yang menderita, dan tahu bahwa Dia bisa dipulihkan. Tanpa mempedulikan reputasi-Nya, Yesus mulai menjalin relasi. Yesus meluangkan sebagian waktu-Nya yang padat dan mengesampingkan orang banyak yang menunggu-Nya demi menjangkau satu jiwa ini.

Kita bisa menyebut pertemuan tersebut fokus dari rencana Tuhan. 

Jadi apakah kita sengaja mencari orang-orang seperti itu supaya mereka mengenal kasih Tuhan? Apakah interaksi kita ditandai dengan maksud yang disengaja atau justru kita berjalan tanpa arah dan tujuan?

 

2. Yesus mementingkan hubungan.

Yesus tidak menganggap perempuan Samaria itu sebagai proyek. 

Perempuan itu adalah manusia biasa yang memiliki masa lalu, luka hati dan kebutuhan yang nyata. Yesus meluangkan waktu untuk mengenal perempuan itu sekaligus kisah hidupnya. 

 

Baca Juga: Pergilah! Keluar Dari Dalam Gerejamu

 

Dia tidak terburu-buru. Dia tidak memaksa perempuan itu untuk mengikuti arah pembicaraan-Nya. Dia tidak serta-merta mengucapkan pidato standar dengan frasa-frasa penginjilan yang dihafalkan. Yesus memilih untuk berbicara saja dengan perempuan yang tertolak dan terlupakan itu.

Dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, Yesus berusaha menjalin hubungan dengannya.

Apakah kita memandang pertemuan dengan seseorang sebagai kewajiban atau kesempatan untuk penjangkauan? Saat memberitakan injil, apakah itu demi kesuksesan pribadi atau demi menolong orang tersebut untuk mengalami kehidupan yang lebih baik?

 

 

BACA HALAMAN BERIKUTNYA --->

3. Yesus menyingkapkan cara pandang yang keliru dari perempuan itu.

Setelah mengawali dengan berbicara tentang dahaga fisik dan dilanjutkan dengan dahaga emosi dan rohani, pelan-pelan Yesus mulai masuk kepada hal-hal yang selama ini diandalkan perempuan itu. Dia mencoba untuk menyampaikan bahwa identitas perempuan itu sesungguhnya lebih baik dari yang dia tahu. Yesus membukakan matanya bahwa apa yang dia pikir bisa memberikan kepuasan dan kebahagiaan hanyalah hal yang sementara.

Apakah kita bisa dengan lembut dan tegas menolong orang menyadari kerusakan yang terjadi dalam hidupnya? Ketika kita melakukannya, apakah mereka merasa bahwa kita adalah sahabat bagi mereka? Apakah kita cukup peka dengan keadaan orang-orang di sekitar kita untuk mengenali cara pandang mereka yang keliru?

 

4. Yesus memulihkan perempuan itu dengan kebenaran firman.

Yesus tidak meninggalkan perempuan itu seperti yang dilakukan orang-orang yang tinggal di kota Sikhar. Dia tidak membiarkan perempuan itu terus menerus mencari, merasa hampa dan hidup dalam kehancuran.

 

Baca Juga: Menjadi Tubuh Kristus di Tengah Dunia, Ketahui Misimu!

 

Yesus menunjukkan kepada perempuan itu sebuah realitas lain yang membuktikan bahwa semua hal dia cari untuk memuaskan hidupnya bisa dia dapatkan di dalam air hidup yang sejati yaitu Yesus sendiri.

Yesus tidak akan memanfaatkan hal itu. Bahkan sebaliknya, Yesus ingin memberkatinya. Yesuslah orang pertama yang mengenali perempuan itu tidak berdasarkan perbuatan-perbuatannya, melainkan berdasarkan karya-Nya.

Saat kita menawarkan pengharapan kepada orang lain, apakah kita hanya mendorong mereka untuk berusaha lebih baik? Mencoba lebih keras? Menjadi lebih rohani? Atau sebaliknya, kita benar-benar mengingatkan mereka bahwa sesungguhnya hati manusia takkan pernah cukup baik untuk diselamatkan? Apakah kita mengarahkan mereka kepada pengharapan kekal yang hanya bisa didapatkan melalui Yesus?

Di masa-masa akhir ini, kita berharap gereja bisa menyadari pentingnya memaksimalkan penjangkauan. Karena tujuan akhir kita adalah menjalankan amanat agung yaitu “pergi, jadikan semua bangsa murid dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarkan mereka untuk melakukan segala sesuatu yang telah diperintahkan Tuhan.” (Matius 28: 19-20).

 

Anda diberkati dengan konten-konten kami? Mari dukung kami untuk terus memberkati lebih banyak orang melalui konten-konten terbaik di website ini.

Yuk Bergabung Jadi Mitra CBN Indonesia

 

 

Sumber : Buku Panduan ODB | Jawaban.com
Halaman :
Tampilkan per Halaman

Ikuti Kami