Lukas 12: 22
Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa
yang hendak kamu makan, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang
hendak kamu pakai.
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 94; Lukas 15; Daniel 5-6
Di masa yang singkat dalam hidup kita, karena tuntutan
pekerjaan suamiku, aku dan dia sering berpindah-pindah tempat tinggal dan kamu biasa sering tinggal di sebuah apartemen berperabot.
Kami tinggal tetap selama 18 bulan. Kamu belajar dengan cepat kalau terlalu banyak harta bisa jadi beban.
Apartemen ini punya semua fasilitas dasar yang kami butuhkan.
Kami hanya harus bertanya pada diri sendiri apakah kami bisa menyesuaikan diri dengan gaya hidup nomaden kami.
Aku juga seorang imigran. Waktu aku pindah ke Amerika, aku
harus meninggalkan hal-hal yang tidak hanya melekat padaku tapi juga terintegrasi dari siapa identitasku.
Aku berduka karena kehilangan barang-barang berhargaku, tapi
kemudian aku menyadari kalau itu hanyalah barang-barang saja. Toh aku bisa melakukan banyak hal tanpa barang-barang itu.
Persiapan
Seperti mengepak, membongkar, memindahkan, dan membereskan semuanya
memberikan aku kesempatan untuk meninjau kembali cara pandangku tentang harta dan
prioritas. Mengingat kalau aku adalah seorang pengungsi di dunia ini (1 Petrus 2:
11) dan warga Kerajaan Surga (Filipi 3: 20), aku bertanya pada diriku sendiri bagaimana seharusnya sikapku soal kekayaan duniawi dan materialisme.
Kita hidup di dunia ini bersifat sementara. Saat kita mati, kita
pindah ke tempat yang lebih baik. Kita bergerak bersama Tuhan, di kediaman-Nya di
surga, selamanya. Barang-barang yang kita punya di dunia tidak bisa kita bawa bersama kita (1 Timotius 6: 7). Jadi, kenapa kita harus repot-repot?
Kita memang harus repot. Melakukan perencanaan dengan kerja keras,
waktu, uang dan energi untuk memperoleh barang yang kita inginkan. Entah itu
mobil yang bagus. Merenovasi rumah. Atau IPad yang baru. Semua hal ini penting
buat kita. Identitas kita berada dalam lingkaran sebatas apa yang kita punya
saja. Kita berpikir apa yang kita milikilah yang membuat kita penting dan berharga.
Kita berharap kekayaan kita akan membantu kita melewati masa-masa
sulit, memenangkan teman dan status kita dan memberikan jaminan atas masa depan kita.
Dan semakin banyak yang kita punya, semakin banyak yang kita
inginkan. Kalau kita tidak berhati-hati, pikiran dan hati kita akan berubah menjadi
serakah. Akibatnya, gaya hidup kita akan berubah dan membuat kita tidak dikenali sebagai orang Kristen.
Kita bisa menjadi begitu terperangkap dalam mengisi dompet
duniawi kita sehingga kita kehilangan identitas dan tujuan sejati kita di dunia.
Sebagai anak-anak Tuhan, kita punya standar hidup yang lebih tinggi
dan lebih baik dari itu. Alkitab memerintahkan kita untuk tidak kuatir soal apapun juga, baik itu soal makanan, minum atau pakaian (Matius 6: 25).
Bapa Surgawi kita tahu apa yang kita butuhkan dan Dia mampu
menyediakannya (Lukas 12: 22-26). Jadi, taruhlah kepercayaan dan harapan kita pada-Nya, bukan pada harta duniawi kita.
Yesus tidak menentang uang dan kekayaan. Tapi Dia mendesak kita
untuk jujur memeriksa hati kita dan melihat siapa atau apa yang paling kita
sukai dan hargai (Lukas 12: 34). Kalau kita mencintai hal-hal duniawi, kita akan
menghabiskan hidup kita dengan sia-sia untuk mengejarnya. Cinta akan uang membuat kita menjadi orang Kristen yang tidak berbuah dan tidak pernah puas.
Tapi kalau hati kita tertuju pada Yesus, kita akan terdorong
untuk mencari kerajaan-Nya. Sebagai warga kerajaan Surgawi, kita dipanggil
untuk melakukan segala upaya untuk menyimpan harta di surga, harta yang tidak
akan pernah sirna dan akan tetap abadi (Matius 6: 33). Kita menjadi kaya dalam
kekayaan surgawi saat kita berbuat baik, saat kita murah hati dan berbagi
dengan orang lain (1 Timotius 6: 18-19) dan saat kita mengasihi dengan pengorbanan, melayani orang lain dan memuridkan.
Pengalamaku sebagai imigran mengajarkan aku untuk tidak terikat
kuat pada hal-hal duniawi, tidak membiarkan harta bendaku mendefinisikanku, dan
tidak mencari-cari penghargaan yang signifikan dan hidup yang aman dari hal
duniawi itu. Aku mau memupuk hatiku untuk mengasihi Tuhan di atas dari segalanya. Hanya dia yang layak atas kasih sayang dan pengabdianku.
Kefanaan dan kerapuhan dunia ini mengingatkan aku untuk bergantung
pada Tuhan atas semua kebutuhan hidupku sesuai dengan kekayaan kemuliaan-Nya.
Aku mau bepergian dengan terang Tuhan selama aku hidup di dunia ini. Aku mau mengejar hal-hal yang penting bagi Tuhan, supaya aku menjadi kaya setibanya di surga. Apakah kamu mau bergabung denganku?
Hak cipta Mabel Ninan, digunakan dengan ijin Cbn.com.
Live Chat
Phone / SMS
0811 9914 240
0817 0300 5566
Whatsapp
0822 1500 2424