Hari Anak Nasional (HAN) jadi satu momen bagi orangtua dan
lembaga gereja untuk mengevaluasi kembali kondisi pertumbuhan generasi anak saat ini.
Menilik beberapa tahun belakangan, kita patut bersyukur karena
gereja-gereja menganggap bahwa pelayanan anak itu sangat penting. Apalagi saat menyadari
bahwa sejumlah kota di Indonesia, yang dikenal sebagai kantong-kantong Kristen yang
potensial, kini jadi target penghijauan. Sebut saja diantaranya Papua, Manado dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Sayangnya, kesadaran gereja akan pelayanan anak tidak berbanding
lurus dengan upaya yang dilakukan. Dalam hal ini gereja tampaknya tak berdaya untuk mencegah proses penghijauan yang berkembang begitu cepat.
Kondisi inilah yang menurut sosok pelayan anak Meidy Harimisa
harus disikapi lembaga gereja dengan serius. Dia menuturkan bahwa penghijauan terjadi karena gereja belum mengutamakan pelayanan anak.
“Menurut saya gereja sadar (dengan penghijauan
kantong-kantong Kristen). Tapi gak buat apa-apa. Gak usah bicara soal kita
mengirimkan orang misi atau para tenaga-tenaga untuk melayani anak-anak di daerah-daerah.
Meidy menilai, kendala utama yang dihadapi gereja adalah tidak
adanya kesatuan antar gereja-gereja di Indonesia dalam menyikapi tantangan besar
yang dihadapi generasi anak saat ini. Karena gereja cenderung fokus pada kepentingannya sendiri.
“Di part (bagian) ini, gereja gak kompak.
Gereja masih terlalu fokus ke bendera masing-masing. Itu sebenarnya jadi celah
untuk saudara-saudara (seberang) kita menghijauan daerah-daerah lain di
Indonesia, secara khususnya di Papua, NTT termasuk di Manado,” ucap Meidy dalam
wawancara bersama Jawaban.com, Selasa (23/7).
Untuk menyelamatkan generasi anak, menurutnya, gereja harus lebih
dulu bersatu. Dengan adanya kesatuan, gereja kemudian bisa bersama-sama fokus
untuk pelayanan misi dan penjangkauan anak-anak di berbagai daerah. Salah
satunya dengan mengalokasikan dana khusus untuk berbagai pelayanan anak ke daerah-daerah.
“Alokasikan dana untuk misi penjangkauan anak-anak di daerah-daerah. Minimal,
hal yang paling sederhana itu, karena saya sering (pergi ke daerah) bencana,
trauma healing dan segala macam, jarang sekali dapat budget dari gereja. Karena
gereja udah punya alokasi dana tertentu di setiap awal tahun. Jadi kalau
ditanya gereja sadar, iya gereja sadar (dengan kasus penghijauan ini) tapi gereja gak buat apa-apa,” ucapnya.
Itu sebabnya, gereja harus mulai mengalokasikan dana yang lebih besar untuk pelayanan keluar (eksternal) dibandingkan dengan pelayanan dalam gereja (internal).
Ket: Meidy Harimisa melayani anak-anak di daerah pedalaman
Sosok pria asal Manado ini mengaku masih prihatin karena sampai
saat ini anak masih mendapat perlakuan diskriminatif, baik dari orangtua, lingkungan
masyarakat dan bahkan gereja. Sudah waktunya semua pihak menyadari bahwa anak juga berhak diperlakukan dengan setara.
“Anak berhak mendapatkan perlakuan yang adil dari orangtua, dari gereja, dari guru-guru. Anak berhak bermain. Anak gak boleh dikasarin. Gak boleh dimarahin tapi diarahin. Anak harus diberi kesempatan untuk dia berpendapat. Anak harus menjadi anak-anak yang sesungguhnya,” tuturnya.
Baca Juga:
Jangan Anggap Sepele, Ini Manfaat Anak Mulai Ikut Komsel Gereja Sejak Kecil!
3 Bahayanya Anak Terlalu Bergantung Sama Orangtua…
Sementara di lingkungan gereja, dia berharap supaya gereja memenuhi
hak anak dalam mendapatkan pelayanan ibadah yang sama seperti pelayanan ibadah
umum. Karena anak juga memiliki hak untuk mendapat fasilitas ibadah yang sama. “Kalau
(ibadah) umum kasih full musik, anakpun harus dikasih full musik. Kalau (ibadah)
umum dikasih penyanyi terbaik, anakpun harus dapat penyanyi yang terbaik untuk mimpin
pujian. Kalau dewasa dapat firman Tuhan yang bagus, anak pun berhak dapat firman
Tuhan yang pembicaranya bagus. Anak harus jadi diri anak apa adanya,” tandasnya.
Dengan peringatan Hari Anak Nasional yang digelar Selasa, 23 Juli 2019 ini, dia berharap orangtua dan lembaga gereja bisa memberikan pelayanan terbaik kepada anak.
Sumber : Jawaban.com