Belajar Toleransi Dari Apa Yang Kamu Makan, Apakah Kamu Jadi Berkat Atau Batu Sandungan
Kalangan Sendiri

Belajar Toleransi Dari Apa Yang Kamu Makan, Apakah Kamu Jadi Berkat Atau Batu Sandungan

Puji Astuti Official Writer
      3730

1 Korintus 8:13

"Karena itu apabila makanan menjadi batu sandungan bagi saudaraku, aku untuk selama-lamanya tidak akan mau makan daging lagi, supaya aku jangan menjadi batu sandungan bagi saudaraku.

Bacaan Alkitab Setahun Mazmur 64; Markus 14; Hosea 8-10

Saya suka binatang. Saya sangat menyukai beberapa hewan, karenanya saya memakannya. Maaf, tapi itulah faktanya. Saya merasa kitab suci memberi manusia kebebasan untuk menjadikan binatang untuk makanan. Bahkan, saya, seperti banyak dari kamu, memiliki pandangan teologis yang saya yakini didukung oleh penafsiran kitab suci yang jelas yang membenarkan saya makan atau menahan diri dari makan makanan tertentu. Lebih jauh lagi, sebagai orang Amerika yang hidup dalam kemerdekaan dan tanah air dari para pemberani, saya merasa saya berhak mendapatkan kebebasan pribadi tertentu. Ketika seseorang mengisyaratkan akan mengambil apa yang saya rasakan adalah kebebasan saya, ada bagian dari diri saya yang ingin memperjuangkan hak saya, membuktikan kebenaran pandangan saya.

Tetapi tahukah kamu bahwa hanya karena saya memiliki pengetahuan bahwa sesuatu boleh  untuk saya lakukan, saya dapat menghancurkan saudara-saudara saya  yang Kristus juga mati bagi mereka? Makanan hanyalah satu contoh, kamu bisa menyebutkan hal lainnya: menonton film tertentu, mengenakan jenis pakaian tertentu, menggunakan kata tertentu ketika berbicara, atau hal-hal lain yang tak terhitung jumlahnya — terutama ketika menyangkut hubungan lintas budaya. Kita bahkan dapat mencabik-cabik orang lain dengan cara kita menangani  firman Tuhan.

Paulus menggunakan contoh tentang bagaimana memakan makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala (yang tidak berarti apa-apa, karena kita melayani Allah yang hidup) dapat melukai orang percaya yang  hati nuraninya  yang lebih lemah yang dulu pernah menyembah berhala. Dengan melakukan hal itu, firman Tuhan mengatakan orang yang makan tidak hanya berdosa terhadap saudara seimannya, tetapi melawan Kristus sendiri. (Lihat 1 Korintus 8:12.)

Mengapa ada dorongan dalam diri saya untuk melatih dan membuktikan hak-hak saya dengan mengorbankan saudara-saudara seiman saya? Paulus sebenarnya menjawab pertanyaan itu di awal pasal ini : Pengetahuan yang demikian membuat orang menjadi sombong, tetapi kasih membangun. (1 Korintus 8: 1b). Tidak ada yang salah dengan pengetahuan, tetapi jika pengetahuan itu tidak diterapkan dalam cara yang penuh kasih yang membangun (memberkati) tubuh Kristus, saya tidak menghargai orang lain. Saya tidak melayani.

"Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." Markus 10:45 (ESV)

Jika Anak Allah saja mengesampingkan hak-Nya untuk datang dan melayani kita (Filipi 2:7), tentunya saya dapat menyingkirkan apa yang saya rasakan sebagai hak istimewa saya untuk melayani saudara seiman. Bahkan, saya percaya kita bisa sampai pada titik di mana kita senang mengesampingkan hak istimewa kita demi orang lain. Itu adalah cara untuk mengasihi seperti Kristus mengasihi, itu adalah cara untuk menjadi lebih lagi serupa dengan gambaran Anak Allah. Jika kita dilahirkan kembali, Kristus telah membebaskan kita. Dan karena kita telah bebas maka kita memiliki kemerdekaan untuk menahan diri dari melakukan hal-hal tertentu atau tunduk pada aturan dan prinsip tertentu, karena kita tahu pembenaran kita berasal dari Kristus saja.

"Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih." Galatia 5:13

"Makanan tidak membawa kita lebih dekat kepada Allah. Kita tidak rugi apa-apa, kalau tidak kita makan dan kita tidak untung apa-apa, kalau kita makan."

Tetapi jagalah, supaya kebebasanmu ini jangan menjadi batu sandungan bagi mereka yang lemah. Karena apabila orang melihat engkau yang mempunyai "pengetahuan", sedang duduk makan di dalam kuil berhala, bukankah orang yang lemah hati nuraninya itu dikuatkan untuk makan daging persembahan berhala? Dengan jalan demikian orang yang lemah, yaitu saudaramu, yang untuknya Kristus telah mati, menjadi binasa karena "pengetahuan" mu.

Jika engkau secara demikian berdosa terhadap saudara-saudaramu dan melukai hati nurani mereka yang lemah, engkau pada hakekatnya berdosa terhadap Kristus. Karena itu apabila makanan menjadi batu sandungan bagi saudaraku, aku untuk selama-lamanya tidak akan mau makan daging lagi, supaya aku jangan menjadi batu sandungan bagi saudaraku. 1 Korintus 8: 8-13

Hak Cipta © 2016 Jonathan Santiago. Digunakan dengan izin.

Ikuti Kami