Setelah menempuh
empat jam perjalanan pesawat dari Seattle menuju Meksiko, Sara Metz mulai merasakan
kecemasan, kondisi ini tak seperti perasaan umum yang dialami seseorang sebelum
hari pernikahannya. Karena wanita berusia 37 tahun itu memang akan menggelar pernikahan di Playa del Carmen, Meksiko dalam waktu dekat.
Di dalam pesawat,
dia mulai memutar film Unbroken. Pikirnya, mungkin film ini bisa membuatnya mendingan.
Setelah itu dia lalu beralih memutar film Disney. Sayangnya, upaya itu tak berhasil mengusir perasaan cemas aneh yang dialaminya.
Dia
akhirnya beranjak dan pergi ke toilet kecil, dia mencoba meredakan perasaan terbakar
di bagian rahang, dada atas dan lengan kirinya (yang seperti kita tahu ini
adalah tanda umum peringatan serangan jantung yang semakin diperparah dengan kondisinya dia berada di ketinggian 30.000 kaki).
Judie Haviland,
sang ibu yangwaktu itu duduk di bagian depan Sara mulai merasa ada sesuatu yang
aneh dengan putrinya. Mantan asisten medis ini tahu persis bahwa sebelumnya Sara dalam kondisi sehat. Tapi saat itu, diayakin putri dalam kondisi darurat.
Judie segera
meminta pertolongan di dalam pesawat. Dia lalu bertanya kepada seorang pramugari
“Apakah ada dokter di pesawat ini?” Jawab sang pramugari, “Di sana ada seorang dokter jantung.”
Dengan menggunakan peralatan yang sering dibawa oleh maskapai penerbangan AS, sang dokter segera memeriksa tekanan darah dan nadi Sara lalu memberinya aspirin dan beberapa nitrogliserin.
Baca Juga :
5 Pencegahan Serangan Jantung di Usia Muda. Ingat Hidupmu Itu Berharga
Serangan Jantung Akibat Jeroan dan Gorengan? Ini Penjelasannya
Sementara dalam
kondisi itu, pesawat baru mulai menyeberangi Teluk Meksiko. Pilot pesawat mulai
menimbang-nimbang untuk mencoba menolong Sara antara berbalik atau melanjutkan perjalanan
ke Meksiko. Waktu pramugari meminta persetujuannya, Sara menjawab, “Aku mau kamu
mendarat secepat mungkin. Aku khawatir mereka berpikir kalau aku adalah pengantin
bodoh yang gugup dengan kaki yang dingin, tapi aku pikir aku akan mati dalam kondisi seperti ini di pesawat,” katanya.
Sang pilot
akhirnya mengikuti keinginan Sara dan mendarat di Bandar Udara Internasional Louis
Armstrong New Orleans. Selepas mendarat, Sara segera dilarikan ke rumah sakit.
Di sanalah dokter mendapati bahwa wanita itu terkena serangan jantung. Dia bahkan diduga tak akan bisa bertahan hidup kalau saja pesawat itu tak berhenti.
Mengenal Serangan Jantung Sara
Jenis serangan
jantung yang dialami Sara diketahui terjadi karena adanya penyumbatan arteri descending
anterior kiri, yaitu arteri utama di bagian depan jantung. Serangan jantung ini
disebut juga dengan istilah serangan jatung ‘widowmaker’. Gejalanya persis sama
dengan serangan jantung lainnya yaitu nyeri dada, sesak napas, nyeri tubuh bagian atas lengan, leher dan rahang yang disertai dengan mual.
“Suamiku yang
malang mengira kalau dia bahkan akan jadi duda dan kami saat itu bahkan belum menikah,” katanya.
Dokter pun mencoba
membersihkan sumbatan di pembuluh darahnya dengan prosedur angioplasty dan jantung
Sara diketahui sempat berhenti sebanyak dua kali. Butuh tindakan lanjutan dengan
alat kejut listrik defibrillator untuk mengembalikan detak jantungnya lagi. Dua
hari setelah operasi, dokter sudah memperbolehkan Sara pulang dan melanjutkan perjalanan ke Meksiko. Jadi dia berangkat mengejar jadwal pernikahan yang sudah dia tentukan.
Akhirnya,
pernikahan Sara pun tetap berlangsung sesuai dengan jadwal yang ditentukan.
Walaupun dia merasa belum begitu pulih total. “Aku merasa mual, sesak napas dan
sangat pusing. Kami membatalkan bulan madu kami karena aku hanya ingin pulang,” jelasnya.
Serangan jantung yang dialami Sara tak berhenti sampai di situ. Kondisi itu kembali berlanjut saat dia kembali ke Seattle. Dia hampir pingsan saat keluar dari kamar mandi. Suaminya Hoffman akhirnya melarikannya ke rumah sakit. Dokter kembali mendiagnosa Sara mengalami penyakit gagal jantung kongestif ringan yang terjadi di sekitar jantungnya.
Serangan Jantung Sara Bersifat Genetik
Rupanya serangan
jantung yang dialami Sara berasal dari riwayat penyakit keluarganya. Ayahnya diketahui
mengalami serangan jantung di usia 36 tahun. Sama halnya dengan sang kakek yang menderita penyakit jantung di usia 40 tahun.
“Aku pikir gaya
hidup sehatku bisa mencegah risiko penyakit genetika ini. Tapi sama sekali tidak,” terangnya.
Sara pun mulai
rajin berolahraga dan tampak lebih sehat dari sebelumnya. Dari hasil tes, kondisi jantungnya pun sudah membaik.
“Sayangnya,
dalam kasus Sara, ada komponen genetik pada penyakit jantungnya. Yang
dialaminya adalah pelajaran penting supaya tidak mengabaikan tanda-tanda peringatan
serangan jantung dan segera mencari perawatan medis kalau kamu mengira kamu mengalaminya,” terang Dr. Tim Dewhurst, seorang ahli jantung.
Serangan jantung
adalah pembunuh nomor satu di dunia. Hampir semua penderita penyakit ini tak pernah
sadar akan gejalanya. Sehingga kondisinya jadi semakin buruk. Banyak yang tak terselamatkan lantaran pencegahannya terlambat.
Nah, mari belajar
dari kasus yang dialami Sara. Jangan sampai momen penting yang sedang kamu rencanakan
dalam waktu dekat ini justru terhambat hanya karena kita gak sadar sedang menderita
penyakit tertentu.