Kalau pernikahan
adalah rancangan Tuhan yang indah. Kita mungkin pernah bertanya, ‘Terus kenapa ada
orang yang memilih kawin lari?’ Emangnya standar pernikahan Kristen yang diinginkan Tuhan gimana sih?
Sebelum menjawab
pertanyaan ini, yuk balik lagi belajar soal tujuan pernikahan itu sendiri. Seperti yang kita tahu, pernikahan adalah kasih karunia Tuhan bagi semua orang.
Karena itulah
dalam kekristenan, pernikahan itu dipandang sakral dan suci. Itu sebabnya upacaranya
pun dibuat legal dan publikatif. Artinya, disetujui oleh beberapa pihak dan diketahui setidaknya oleh orang-orang terdekat dari kedua belah pihak.
Di 1
Korintus 7: 1 dituliskan, “tetapi
mengingat bahaya percabulan, baiklah setiap laki-laki mempunyai isterinya
sendiri dan setiap perempuan mempunyai suaminya sendiri.” Bagi dua pasang anak
muda yang sedang pacaran akan lebih baik segera menikah untuk menghindari godaan
percabulan. Sayangnya, justru ayat inilah yang banyak dilanggar oleh pasangan muda.
Saat mereka jatuh dalam dosa ketidakkudusan, saat itulah mereka terdesak harus
segera memutuskan menikah, baik dengan restu maupun tanpa restu orang tua salah satu pihak.
Ada banyak pasangan
yang tak mendapat restu orang tua akhirnya mengambil pilihan sendiri untuk kawin
lari. Kawin lari dalam hal ini diartikan sebagai tindakan untuk menikah tanpa publikasi formal maupun sepengetahuan orang tua salah satu atau kedua belah pihak.
Kalau dipikir-pikir
langkah ini tentu saja sudah bertentangan dengan definisi dari pernikahan yang dijelaskan di atas bukan?
Bukan hanya
sekadar tahu kalau kawin lari itu melanggar kehendak Tuhan, tapi pasangan yang
hendak menikah juga harus paham betul kalau memilih menikah resmi dengan restu kedua orang tua punya beberapa manfaat ini:
1. Pernikahan berpengaruh besar mengubah status publik
Siapa bilang
kalau pernikahan itu hanyalah sebuah acara yang bersifat pribadi? Pernikahan itu
merupakan satu momen besar yang harus dirayakan bukan Cuma oleh dua orang, tapi
juga oleh seluruh keluarga kedua belah pihak. Karena setelah pernikahan, keduanya akan resmi mengemban status yang baru secara publik.
Selain itu,
pernikahan juga mengubah status hukum, nama, urusan keuangan dan hubungan antar
keluarga. Status pernikahan juga mengubah tempatmu di masyarakata dan membuat kalian dikenal bukan hanya sekadar berpacaran tapi sebagai suami dan istri.
Sementara kawin
lari hanya akan membuat kecurigaan yang besar di tengah masyarakat. Karena hal itu dilakukan secara diam-diam dan tidak transparan.
2. Sebuah pernikahan harus didukung dengan adanya saksi
Dalam setiap pernikahan dibutuhkan beberapa orang yang bisa jadi saksi mata tentang bagaimana dua orang resmi mengikat komitmen bersama menjadi suami istri. Para saksi ini juga bukan orang-orang asing yang baru dikenal, melainkan orang-orang terdekat yang juga ikut serta merayakan hari kebahagiaan ini bersama. Merekalah yang akan jadi saksi tentang bagaimana sepasang suami istri mengucapkan janji dihadapan Tuhan.
Baca Juga :
Menikah Setelah Pasangan Meninggal Dunia, Boleh Gak Sih Menurut Alkitab?
Menikah Lagi Setelah 50 Tahun Bercerai, Petik Pelajaran Pernikahan dari Kisah Pasangan Ini
3. Pernikahan itu bersifat alkitabiah
Sebuah pernikahan
bukan hanya sebatas resminya seorang wanita menjadi istri dari laki-laki yang
dicintainya. Tapi pernikahan adalah cerminan dari hubungan antara Yesus Kristus
dengan gerejaNya (kita). Adalah baik kalau Allah sendiri dilibatkan dalam momen
ini. Dalam Wahyu 19 disebutkan perjamuan kawin adalah momen sukacita terbesar. Kalau
pernikahan kita adalah cerminan dari realitas surgawi, maka kita harus mengikutinya. Kita harus merayakannya dengan penuh sukacita dan dihadiri oleh ratusan tamu.
“Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba.” (Wahyu 19: 9)
Terlepas dari
kenyataan kalau kawin lari hanya akan membuat keluarga dan teman-teman terdekat
tersakiti dan tak dihormati, kawin lari juga merupakan hal yang melanggar kesakralan
pernikahan dimata Tuhan. Tentu saja untuk menikah kita tak perlu harus menggelar
pesta megah, mahal dan besar. Tapi hal yang tak bisa hilang dari sebuah
pernikahan adalah para saksi, para tamu dan komunitas.
Kalau kamu mungkin
berasal dari latar belakang pernikahan ini, tak salah kalau kalian memperbaharui
janji pernikahan itu di depan orang-orang terdekat. Hal ini sama sekali bukan sesuatu
yang dilarang. Tapi Tuhan pasti akan terlebih senang kalau kalian tahu benar bahwa
pernikahan itu bukanlah sebuah ceremony belaka. Melainkan cerminan dari ikatan hubungan
yang intim antara Yesus dan juga gerejaNya.