Henny
Kristianus adalah founder dari Yayasan Tangan Pengharapan, sebuah lembaga
sosial yang berdiri untuk membantu dan membiayai pendidikan 4000 anak-anak dan
kaum termarjinal di 50 daerah di tanah air. Bersama sang suami Yoanes
Kristianus, mereka terus bergerilia mengulurkan tangan bagi anak-anak miskin yang tidak bisa mengecap dunia pendidikan formal di tanah air.
Perjalanan pelayanan
pasangan ini terbilang sangat panjang dan penuh pengorbanan. Pasalnya, mereka harus
meninggalkan negeri Kanguru, Australia tempat mereka kuliah, bekerja dan menikah serta hidup dengan segala kemapanan dan memutuskan untuk kembali ke tanah air.
Pada 26
Januari 2006 adalah pendaratan mereka yang pertama kali di tanah air setelah
sekian lama tak pernah pulang. Henny dan Yoanes bahkan saat itu sudah memiliki dua
anak kembar yang masih berusia empat bulan. Yoanes yang kala itu juga memiliki banyak pekerjaan di Australia segera kembali setelah mengantarkan sang istri dan anak-anaknya.
Tapi selama
dua bulan tinggal di Indonesia, suara hati Henny justru menyuruhnya untuk tak kembali ke Australia. Dan dengan segala pertimbangan yang ada, sang suami pun setuju.
Setahun menetap
di Bandung, pasangan ini ditawari pekerjaan dari salah seorang pengusaha yang mereka
kenal di Australia. Dari penghasilan sang suami, 30% nya kemudian mereka
alokasikan untuk memberikan makanan gratis bagi anak-anak kurang mampu. Selain
itu, Henny juga mencoba menghidupi panggilan yang didapatkannya dengan memberikan pengajaran bahasa Inggris gratis kepada anak-anak di Bandung.
Setelah itu,
mereka pindah ke Jakarta dan mendirikan Yayasan Tangan Pengharapan. Di Jakarta Henny
mendirikan 8 feeding center, memberikan
makanan dan pendidikan gratis kepada 1.028 anak. Saat itu, Henny juga bekerja sebagai
Country Director di pelayanan televisi
Joyce Meyer Ministry. Selama enam tahun bekerja, Henny memutuskan untuk resign karena saat itu dirinya harus berkeliling ke berbagai daerah di pedalaman tanah air.
“Setelah
enam tahun, saya memutuskan untuk resign. Karena saya harus kepedalaman itu tiap
bulan karena begitu banyak daerah yang kami mentor. Dan memang dari Joyce Meyer
sendiri, sudah memberikan warning mereka
tidak bisa support terus kami harus find a way out (jalan keluar, red) untuk
support. Sehingga pelayanan kami ini tidak bergantung terus dari mereka. Itu Oktober 2013,” terang Henny saat diwawancarai oleh tim JC Channel.
Nah, saat
itulah Henny dan Yoanes benar-benar hampir menyerah karena dana yang mereka
butuhkan untuk menolong anak-anak di Yayasan Tangan Pengharapan berhenti total dari sokongan Joyce Meyer Ministry.
“Uang
direkening itu sisa 12 juta. Bayangin setiap bulan kita masih ngasih makan waktu
itu 3000 anak dan gaji guru di seluruh Indonesia. Dan betul-betul saya down banget. Saya ingat waktu itu saya
masuk ke kamar mandi dan saya Cuma bilang sama Tuhan begini, “Tuhan kalau Tuhan
yang memanggil saya ke Indonesia untuk menolong anak-anak di bangsa ini, saya
percaya Tuhan yang kasih mereka makan dan bukan saya. Pelayanan ini bukan punya
saya, pelayanan ini punya Tuhan dan kalau uangnya nggak cukup dan uangnya nggak ada lagi saya pulang aja ke Australi,” ungkapnya.
Di situlah titik
terendah yang dialami Henny selama masa pelayanannya menolong anak-anak di
tanah air. Tapi entah bagaimana, Tuhan membuka jalan dengan cara yang luar biasa.
“Saya menghidupi
kemustahilan tiap hari, setiap bulan. Sekarang ada 4000-an anak di 50 titik di
seluruh Indonesia yang setiap bulan bisa membutuhkan biaya satu buah mobil Lexus,” jelasnya.
Yayasan Tangan
Pengharapan adalah pelayanan yang sama-sama dibangun oleh Henny dan Yoanes Kristianus.
Melalui pelayanan ini, mereka paham betul visi Tuhan melalui hidup mereka. Kendati tidak berdarah asli Indonesia, tapi
keduanya merasa benar-benar harus berkontribusi untuk kemajuan bangsa, yaitu dengan
menolong anak-anak putus sekolah yang hidup di tengah garis kemiskinan. Karena itulah mereka bermimpi untuk menyekolahkan sebanyak-banyaknya anak-anak pedalaman sampai pada akhir hayal, ketika Tuhan memanggil pulang.
“Saya juga punya
pemikiran, mumpung kita masih produktif, mumpung kita masih bisa, kami nggak
ada jemu-jemunya untuk menolong sebanyak mungkin orang terutama buat Indonesia.
Saya percaya ketika kita menolong Indonesia, maka Tuhan bukan sekedar memberkati
kita tapi Tuhan akan memperbesar kapasitas kita menjadi berkat atas
bangsa-bangsa,” ungkap Yoanes.
Untuk menyaksikan
wawancara selengkapnya bersama Henny dan Yoanes Kristianus, kalian bisa klik video
di bagian gambar artikel atau bisa klik DI SINI.