Waktu pertama
kali hati kita tergerak membantu atau nolongin orang, apa sih yang jadi motif
kita? Apa kita hanya didorong rasa kemanusiaan? Atau karena ‘belas kasihan’
yang kita punya? Atau pernah nggak kita nolongin orang tapi karena punya motif lain?
“Berbahagialah orang yang murah hatinya karena mereka akan beroleh kemurahan” (Matius 5: 7)
Ayat di
atas mengingatkan kita tentang kotbah Yesus yang disampaikan dari atas bukit. Dia
menyampaikan soal peran orang percaya sebagai ‘garam dan terang’ bagi dunia,
salah satunya adalah menjadi pribadi yang bermurah hati. Dia ingin kita berbuat
baik karena kita ingin meniru teladan-Nya dan bukan supaya kita mendapatkan sesuatu dari kebaikan yang kita lakukan.
Kalau bisa jujur,
kita mungkin tak selalu mengulurkan tangan ke orang lain dengan tulus. Ada kalanya
kita punya motif lain yang mampu memenuhi keinginan kita. Memang, dalam bentuk motif
apapun itu, tindakan kita tetap disebut kebaikan di mata orang yang kita tolong. Tapi jenis kebaikan itu bukanlah kebaikan yang diharapkan oleh Yesus.
Di Markus 9:
35 dituliskan bahwa kalau kita mau jadi yang terdahulu maka biarlah kita mau jadi
yang terakhir. Ini artinya bahwa Dia mau kita model yang benar sebagai pelayan bagi
semua orang. Itu artinya bahwa kita nggak perlu cari-cari alasan atau motif untuk mau bermurah hati menolong atau membantu orang lain.
Jadi, ada 4 alasan keliru yang bisa kita pakai untuk berbuat baik bagi orang lain:
#1 Berbuat baik karena merasa dipuaskan
Ada orang
yang suka menolong orang lain karena dia akan merasa senang atau puas kalau sudah
berbuat kebaikan ke orang lain. Mereka menikmati perasaan itu karena merasa bisa
jadi jawaban bagi orang lain. Mereka biasa berbagi barang-barang yang kurang dibutuhkan, menyumbangkan sedikit uang atau membantu nenek tua menyebrangi jalan.
Nggak ada yang
salah memang dengan tindakan ini. Tapi saat kita melakukan kebaikan ini hanya supaya
kita merasa dipuaskan atas kebaikan kita, maka itu bukanlah kebaikan yang diinginkan
Yesus. Karena Yesus mau kita berbuat baik sekalipun kita berkekurangan. Kebaikan semacam inilah yang dilakukan oleh janda sarfat kepada nabi Eli.
#2 Berbuat baik supaya dilihat orang
Kebaikan semacam
ini digambarkan seperti seseorang yang sengaja baik ke orang lain di depan orang-orang
terdekatnya. Orang semacam ini punya motivasi supaya orang lain menilainya baik.
Tapi sayangnya saat tak seorang pun yang melihat, dia justru tak tergerak untuk berbuat baik ke orang lain.
Di Matius 6:
1, Yesus mengatakan supaya kita berhati-hati memaerkan kewajiban agama kita di
hadapan orang lain supaya dilihat. Dan kita sadar kalau kita juga punya karakter
alami untuk mengesankan orang lain. Dengan embel-embel supaya kita dinilai baik
dan murah hati. Sayangnya, saat kita memakai alasan ini untuk berbuat baik ke
orang lain, maka kita nggak benar-benar orang yang baik. Kita justru menipu diri kita sendiri dan orang lain.
#3 Berbuat baik supaya dapat balasan
Kita juga kadang
kala berbuat baik dengan alasan yang egois yaitu supaya kita mendapat imbalan atau
pahala yang setimpal dengan kebaikan kita. Kita merohanikan firman Tuhan yang berkata
kalau ‘Apa yang kita tabur itulah yang kita tuai’. Karena alasan inilah kita mau
menolong orang lain dan berharap suatu hari nanti kita juga akan mendapat balasan
yang sama. Kebaikan semacam ini tentu saja bukan untuk kebaikan orang lain melainkan untuk kebaikan kita sendiri.
#4 Berbuat baik untuk pencitraan diri
Sebagai orang
Kristen, kita dikenal adalah orang-orang yang penuh kasih. Dengan identitas ini
kita akhirnya memaksakan diri berbuat baik supaya orang lain menyadari sesuatu yang
berbeda di diri kita. Hal ini bisa kita lihat dari ada banyak lembaga yang sengaja
menggelar aksi bersih-bersih, aksi gotong royong atau amal hanya supaya lembaganya dikenal sebagai lembaga yang peduli kemanusiaan.
Masalahnya adalah
ketika kita terus menerus berbuat baik dengan alasan-alasan di atas, maka kita hanyalah
orang-orang berusaha untuk memenuhi keinginan kita saja. Apalagi kalau berbuat baik hanya karena kita adalah orang baik (Lukas 6: 32).
Tindakan kebaikan
semacam ini tentu amat jauh berbeda dengan kebaikan yang Yesus tawarkan. Bermurah
hati dan suka berbuat baik kepada orang lain harusnya muncul dan digerakkan oleh
‘belas kasihan’ dari Tuhan sendiri dan bukan karena adanya motif-motif terselubung di dalam hati kita.
Tuhan mau
kita melakukan kebaikan bukan untuk mencari pujian atau balasan dari manusia
tapi untuk menunjukkan kasih kita kepada Yesus.
“…….sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan
untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah
melakukannya untuk Aku.” (Matius 25: 40)
Samaritan
Samaritan purse