Natal, Waktu untuk Kembali Pulang ke Rumah
Kalangan Sendiri

Natal, Waktu untuk Kembali Pulang ke Rumah

Lori Official Writer
      88

Ayat Renungan: Roma 8:14–15 - “Sebab semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. Kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: ‘Ya Abba, ya Bapa!’”

 

Natal selalu membawa hati kita kembali pada satu kerinduan yang sama: pulang ke rumah. Di tengah kesibukan, perjalanan hidup, dan jarak yang memisahkan, rumah menjadi tempat yang dirindukan—tempat kita diterima apa adanya, tempat kasih dirasakan tanpa syarat, dan tempat perayaan Natal terasa paling bermakna.

Namun, Natal mengingatkan kita pada satu kebenaran yang jauh lebih dalam. Yesus sendiri memilih untuk meninggalkan “rumah”-Nya. Ia meninggalkan kemuliaan surga dan datang ke dunia yang gelap oleh dosa. Ia rela hadir di tengah dunia yang rusak dan datang untuk menyelamatkan ciptaan-Nya yang terhilang (Yohanes 1: 14).

Dosa telah membuat manusia terpisah dari Allah, jauh dari rumah sejati kita. Tetapi Allah tidak tinggal diam. Dalam kasih-Nya, Yesus datang mencari kita, menanggung dosa kita, bahkan rela menukar nyawa-Nya demi keselamatan setiap umat manusia. Semua itu Ia lakukan untuk menjamin supaya kita bisa kembali pulang bersama-sama dengan Dia ke rumah kekekalan. 

Melalui pengorbanan Kristus, kita tidak lagi hidup sebagai orang asing atau hamba yang ketakutan. Kita diangkat menjadi anak-anak Allah. Oleh Roh Kudus, kita diberi keberanian untuk memanggil Allah dengan sebutan yang intim dan penuh kasih: “Abba, Bapa”—seperti seorang anak yang berlari pulang dan memanggil ayahnya dengan penuh kepercayaan.

Jadi, Natal bukanlah sekadar perayaan kelahiran Yesus. Natal adalah perayaan kepulangan—kepulangan kita ke dalam pelukan Bapa. Dan seperti halnya rumah di dunia ini menjadi tempat kita berkumpul dan merayakan Natal bersama keluarga, demikian pula Allah adalah rumah sejati kita, tempat kita diterima, dikasihi, dan dipulihkan.

Saya berdoa, semoga musim Natal tahun ini, di dalam situasi apapun yang kita sedang hadapi, selalu membersitkan sebuah makna yang mendalam di hati kita bahwa sejauh apapun kita melangkah, selalu ada rumah untuk pulang yaitu rumah yang hangat dan penuh kasih di dalam Kristus.

 

Momen Refleksi:

1. Di minggu Natal ini, mari menanyakan satu pertanyaannya ini secara mendalam di hati Anda: Apa tempat yang paling kurindu untuk selalu kembali?

2. Apakah Anda masih menganggap rumah di dunia dan rumah rohani, selalu menjadi tempat yang penuh dengan kasih, penerimaan, dan sukacita Natal?

Mari renungkan dua pertanyaan di atas dan ambil waktu untuk merefleksi bagaimana Anda bisa merasakan sukacita Natal yang penuh di tahun ini.

Ikuti Kami