Mengasihi, Mengampuni dan Bertumbuh Bersama
Kalangan Sendiri

Mengasihi, Mengampuni dan Bertumbuh Bersama

Lori Official Writer
      353

Shalom saudara yang dikasih Tuhan. Jumpa kembali dengan saya Maria Kaesmetan. Terima kasih selalu menantikan Daily Devotional melalui website ini. Saya percaya bahwa setiap kita selalu diberkati melalui Firman Tuhan yang kita pelajari. Hari ini topik kita sangat menantang karena ini bicara tentang hubungan kita dengan pasangan. Mari belajar melalui ayat renungan berikut.

 

Ayat Renungan: Efesus 6: 26-27 “Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis.”

 

Hari ini kita akan membahas ayat di atas dari konteks hubungan dengan orang yang paling dekat dengan kita, khususnya untuk setiap kita yang sudah menikah. Siapa lagi kalau bukan pasangan kita – suami ataupun istri. Pastinya kita hidup bersama dengan dia setiap hari. Mungkin sudah ada yang baru menjalani satu tahun pernikahan, lima tahun, sepuluh tahun, dua puluh tahun atau yang sudah seperti saya sudah memasuki 40 tahun pernikahan. 

Berapapun lama pun kita sudah menjalaninya, bukan berarti kita tidak pernah menghadapi masalah. Ada kalanya akan muncul salah paham karena sebagai suami dan istri, kita itu dirancang Tuhan berbeda baik secara fisik maupun karakter. Apalagi ditambahkan dengan latar belakang keluarga dan budaya yang berbeda, gesekan pun akan jauh lebih besar - bisa saja itu tentang pendapat, pandangan hidup maupun nilai-nilai kita yang jauh berbeda. 

Namun saat kita mulai berkonflik dengan pasangan karena beberapa masalah ini, mungkin beberapa diantara kita bisa menjadi sangat sakit hati dan terluka sampai-sampai kita menjadi sulit untuk mengampuni. Contohnya kita sebagai istri seringnya merasa mau menang sendiri, mau disayang dan perlu dilindungi, sehingga kita tidak mau mengaku salah. Sebaliknya kita selalu menyalahkan dia: “Kamu harus mengerti aku dong. Kamu harusnya begini, harusnya begitu.” Sedangkan seorang suami kadang-kadang mempertahankan pridenya – menjadi sombong karena merasa bahwa dia seorang pemimpin. Sehingga enggan untuk meminta maaf kalau salah. 

Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita untuk memiliki kerendahan hati meminta maaf. Suami dipanggil untuk mengasihi istri, dan istri untuk tunduk kepada suami. Inilah prinsip Kerajaan Allah yang menumbuhkan toleransi dan saling menerima dalam rumah tangga.

Tapi bagaimana jika keduanya memilih mempertahankan ego? Efesus 4:26-27 berkata, “Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa; janganlah matahari terbenam sebelum padam amarahmu.” Artinya, marah itu wajar, tetapi jangan biarkan amarah berlarut hingga menutup ruang bagi pasangan untuk berubah.

Mari belajar memberi kesempatan kepada pasangan untuk berproses dan menjadi lebih baik. Saat kita menabur pengertian dan kesabaran, pasangan pun akan belajar melakukan hal yang sama. Sebab kita pun tidak luput dari kesalahan.

Sebagai pasangan, mari terus memberi ruang untuk bertumbuh, sambil belajar memperbaiki diri dan menerima satu sama lain apa adanya.

 

Action Praktis:

Hari ini dan seterusnya, mari kita belajar untuk tidak menyimpan dendam terhadap pasangan. Mazmur 103 mengingatkan bahwa Tuhan tidak menuntut, tidak mendendam, dan tidak menghitung kesalahan kita. Jika Tuhan Yesus bisa mengampuni kita, mari kita juga meneladani-Nya dengan hati yang mengampuni.

Tuhan Yesus memberkati!

Ikuti Kami