Inilah 4 Hal yang Tuhan Katakan Kepada Para Lajang Di Usia 30-an

Single / 15 September 2023

Kalangan Sendiri

Inilah 4 Hal yang Tuhan Katakan Kepada Para Lajang Di Usia 30-an

Aprita L Ekanaru Official Writer
2397

Masa lajang di usia 30-an seringkali dipandang sebagai momen yang krusial dalam perjalanan kehidupan seseorang. Hal ini bisa membawa manfaat dan tantangan yang signifikan. Seperti banyak aspek dalam kehidupan, menjadi lajang di usia ini dapat memicu perdebatan pro dan kontra. Namun, penting untuk memahami bahwa perspektif yang kita pilih dapat sangat memengaruhi hasil perjalanan pertumbuhan pribadi, keberhasilan dalam berbagai bidang kehidupan, dan pada akhirnya, menemukan cinta yang sejati.

 

BACA JUGA: Apakah Hidupmu Kesepian Karena Belum Punya Pasangan?

 

Sekitar 35% dari anggota gereja dewasa di Inggris masih menjalani masa lajang, sehingga topik tentang kelajangan memiliki relevansi yang besar bagi banyak individu dalam konteks gereja. Setiap orang memiliki pengalaman yang berbeda dalam hal ini, yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti usia, status pernikahan sebelumnya, dan pengalaman hidup masing-masing. Kelajangan di usia 20-an tentu saja berbeda dengan kelajangan di usia 30-an, 40-an, atau bahkan 70-an. Ada yang belum pernah menikah, ada yang telah bercerai, ada janda, ada duda, dan ada juga yang telah menikah namun hidup terpisah dari pasangan mereka. Semua kondisi ini membawa perspektif dan pengalaman yang berbeda.

Namun, penting untuk mencermati pandangan agama dalam hal ini. Apa yang dikatakan oleh Alkitab tentang kelajangan?

1. Kelajangan adalah Anugerah dari Tuhan

Dalam masyarakat kita yang seringkali terstruktur berdasarkan pasangan, seringkali kita menganggap bahwa menjadi dewasa berarti memiliki pasangan hidup. Pandangan ini dapat mengakibatkan tekanan sosial yang signifikan pada individu yang belum menikah dalam jangka waktu tertentu. Namun, pandangan Alkitab mengenai kelajangan sangat berbeda. Alkitab memandang kelajangan sebagai "pemberian" (1 Korintus 7:7) dan "baik bagi mereka yang diberi" (Matius 19:11).

Seorang individu yang lajang memiliki kebebasan untuk sepenuhnya mengabdikan diri kepada pekerjaan Tuhan tanpa adanya pembagian perhatian dengan pasangan atau keluarga. Hal ini memungkinkan mereka untuk fokus pada pelayanan kepada Tuhan, membantu sesama, mengelola keuangan gereja, atau memimpin pelajaran Alkitab. Banyak aktivitas dalam kehidupan gereja sangat bergantung pada individu yang belum menikah. Beberapa dengan sengaja memilih untuk tetap lajang agar dapat sepenuhnya mengabdikan diri pada pekerjaan Kristen. Ini adalah anugerah yang tidak boleh diabaikan, dan kita sebaiknya memanfaatkannya sebaik mungkin selama kita masih berada dalam kondisi ini.

 

BACA JUGA: Apa yang Tuhan Harapkan bagi Seorang yang Belum Menikah untuk Membangun Hubungan DenganNya

 

2. Menjadi Lajang itu Tidak Selalu Mudah

Meskipun kelajangan memiliki manfaatnya, tidak dapat diabaikan bahwa menjadi lajang juga memiliki tantangan tersendiri. Ketika Allah melihat bahwa Adam sendirian di Taman Eden, Dia berkata, "Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan seorang penolong yang cocok baginya" (Kejadian 2:18). Sejak itu, pernikahan telah menjadi norma dalam pandangan masyarakat. Namun, ini juga berarti bahwa individu yang lajang seringkali merasa kesepian dan menghadapi godaan seksual.

 

BACA HALAMAN SELANJUTNYA -->

Kesepian dan godaan seksual adalah dua perjuangan umum yang sering dihadapi oleh individu yang lajang. Semakin besar rasa kesepian, semakin besar pula potensi untuk terjerumus dalam fantasai seksual dan dosa. Oleh karena itu, penting untuk mencari dukungan dan bantuan dalam menghadapi tantangan ini. Kita harus aktif dalam menjaga hubungan dekat dengan teman dan keluarga untuk memenuhi kebutuhan akan keintiman. Selain itu, kita harus berdisiplin diri untuk menjauhi percabulan dan menjaga kekudusan dalam kehidupan kita (1 Korintus 6:18). Dalam hal ini, memiliki teman dekat yang bertanggung jawab juga bisa membantu.

3. Kelajangan Tidak Bersifat Permanen

Penting untuk diingat bahwa kelajangan bukanlah kondisi yang bersifat permanen. Banyak individu yang saat ini masih lajang kemungkinan akan menikah di masa depan, sementara yang lain mungkin akan tetap lajang seumur hidup. Dalam pandangan Kristen, pernikahan manusia mencerminkan pernikahan yang Tuhan inginkan bersama umat-Nya selamanya. Ini adalah gambaran tentang hubungan kekal kita dengan Yesus Kristus.

Alkitab berbicara tentang Yesus sebagai mempelai laki-laki yang akan datang kembali untuk mengambil mempelai perempuannya, yaitu gereja, untuk bersama-sama dalam kebahagiaan yang sempurna. Pada saat itu, semua rasa sakit akan hilang, termasuk rasa sakit akibat kesulitan pernikahan atau kelajangan. Tuhan akan menghapus segala air mata dan kita akan bersukacita dalam pernikahan suci yang kekal dengan Kristus.

Sebagai individu yang lajang di usia 30-an, kita harus menjalani perjalanan ini dengan penuh harapan, memanfaatkan anugerah kelajangan untuk mengabdi kepada Tuhan, dan tetap menjaga kekudusan dalam hidup kita. Semua ini merupakan bagian dari rencana Tuhan yang indah untuk kita semua.

Sumber : www.thegospelcoalition.org
Halaman :
Tampilkan per Halaman

Ikuti Kami