ChatGPT Sudah Mulai Gantikan Peran Pendeta, Haruskah Kita Mulai Waspada?
Sumber: viva.co.id

News / 11 August 2023

Kalangan Sendiri

ChatGPT Sudah Mulai Gantikan Peran Pendeta, Haruskah Kita Mulai Waspada?

Bella Tiurma Official Writer
1196

Siapa yang tak mengenal ChatGPT? Salah satu layanan chatbot yag dikembangkan oleh OpenAI dan saat ini telah digunakan oleh beberapa tempat ibadah. Sudah lebih dari 300 umat Kristiani yang telah mengalami otomatisasi interaksi melalui CHatGPT, yang mampu membantu dalam berbagai aspek pelayanan. 

Salah satunya Gereja St. Paul di Bavarian, Furth, Jerman, melaksanakan ibadah menggunakan layanan berbasis kecerdasan buatan, ChatGPT. Selama 40 menit gereja menyajikan khotbah yang dihasilkan melalui teks buatan oleh ChatGPT. 

Pada ibadah tersebut khotbah disampaikan melalui sebuah avatar yang muncul di layar televisi yang ditempatkan di atas altar, menggantikan penampilan fisik dari seorang pendeta yang biasanya bertugas menyampaikan khotbah. 

Dalam ibadah  tersebut, sebuah chatbot yang dipersonalisasi dalam bentuk avatar pria yang berjenggot mengatakan “Teman-teman terkasih, saya merasa sangat terhomat untuk berdiri di sini dan memberikan khotbah kepada Anda sebagai kecerdasan buatan AI pertama dalam konversi umat Protestan Jerman tahun ini,” 

 

Baca Juga : 3 Tsunami yang Akan Melanda Dunia, Gereja-gereja Perlu Waspada!

 

Pelayanan ini merupakan bagian dari acara “German Evangelical Church Congress”, sebuah konvensi umat Protestan Jerman yang diadakan setiap dua tahun. Ibadah tersebut mencakup elemen doa dan musik. 

Pencetus hal ini berasal dari Jonas Simmerlein, seorang teolog dan filsuf dari Universitas Wina. Terkhusus pada tahun ini, Simmerlein mengungkapkan bahwa hampir seluruh pelayanan sudah diotomatisasi oleh mesin sebesar 98%. 

Namun, 2% pekerjaan sisanya masih memerlukan peran manusia. Karena ChatGPT tidak mampu beroperasi sendiri. Simmerlein masih tetap memberikan arahan dalam setiap tahap pembuatan khotbah. 

Ia memberikan panduan kepada ChatGPT mengenai topik yang difokuskan pada upaya meninggalkan masa lalu, mengatasi ketakutan akan kematian, dan berpegang teguh pada iman.

 

Baca Juga : Apakah Kemuncul ChatGPT Berpotensi Menggantikan Keberadaan Manusia?

 

Tanggapan dari jemaat pun diberikan terhadap penggunaan ChatGPT dalam menyampaikan khotbah di gereja bervariasi. Salah satunya seorang jemaat, Heiderose Schmidt (54 tahun), mengkritik bahwa avatar tersebut berbicara terlalu cepat dan kurang memiliki ekspresi emosi. Ia juga menambahkan bahwa sangat terasa tidak ada semangat dan jiwa. 

Namun, Simmerlein dengan tegas mengklarifikasi bahwa tujuan dari penggunaan ChatGPT bukanlah menggantikan peran pendeta. Tetapi ia ingin menggunakan kecerdasan buatan sebagai alat yang mendukung pendeta dalam menjalankan tugas mereka. 

Simmerlein menjelaskan bahwa kecerdasan buatan bisa memberikan ide-ide tentang topik pembahasan pada pelayanan berikutnya. Hal ini dapat membantu pendeta memiliki lebih banyak waktu dan energi untuk memberikan bimbingan spiritual secara personal kepada umat.

Sumber : viva.co.id
Halaman :
1

Ikuti Kami