Setelah terjadi insiden pembakaran kitab suci umat Muslim di Swedia yang dilakukan oleh seorang imigran Kristen asal Irak, protes global pun mengikuti kejadian tersebut. Di Pakistan, masyarakat turun ke jalan dalam aksi protes yang berlangsung pada hari Jumat (08/07/2023), yang juga bertepatan dengan adanya debat di parlemen tentang kasus pembakaran kitab suci. Akibatnya, umat Kristen di Pakistan hidup dalam ketakutan dan menghadapi ancaman terhadap keselamatan mereka.
Namun, The Center for Legal Aid, Assistance and Settlement (CLAAS) memberikan bantuan hukum dan praktis kepada orang-orang Kristen yang menjadi korban perlakuan tidak adil di Pakistan. Aksi protes ini meningkatkan ancaman terhadap seluruh komunitas Kristen dan gereja di negara tersebut.
CLAAS juga menyatakan bahwa insiden pembakaran kitab suci di Swedia memicu kelompok ekstremis terlarang Lashkar-e-Jhangvi (LeJ) untuk melakukan serangan balasan terhadap umat Kristen Pakistan, termasuk serangan bom bunuh diri dan serangan lainnya.
Baca Juga : Begini Pernyataan Pemimpin Gereja Terkait Insiden Pembakaran Kitab Suci di Swedia
Nasir Saeed, Direktur CLAAS-UK, mendesak pemerintah Pakistan untuk melindungi masyarakat Kristen. Ia juga meminta kepada seluruh masyarakat di seluruh dunia untuk meningkatkan langkah-langkah keamanan demi keselamatan umat Kristen dan para pemimpin di Pakistan, karena situasi yang mendesak.
"Sangat penting bagi pemerintah Pakistan untuk segera mengambil tindakan guna memastikan keamanan dan perlindungan bagi komunitas Kristen, tempat tinggal mereka, dan tempat ibadah mereka," ungkapnya.
Saeed menambahkan bahwa sudah menjadi asumsi umum masyarakat yang memahami tentang orang Kristen di Pakistan selalu terikat dengan Barat. Sehingga asumsi yang telah tertanam ini membuat mereka rentan setiap kali insiden sejenis ini terjadi kembali di negara-negara Barat. Tak hanya itu, Saeed mengajak seluruh gereja di dunia untuk menaikkan doa bagi keselamatan umat Kristen di Pakistan.
Sumber : christiantoday.com