Setelah Jepang, kini giliran Korea Selatan yang mengalami krisis jumlah penduduk. Rendahnya angka kelahiran membuat Korea Selatan mengalami “krisis generasi muda”. Hal ini terbukti dengan banyaknya sekolah yang terpaksa harus tutup karena kurangnya jumlah murid.
Seperti yang dialami oleh salah satu sekolah di kota kecil Daejeon, Chung-Il High School. Sekolah yang berjarak 140 kilometer dari Seoul itu kini menjadi bangunan terbengkalai setelah ditutup pada tahun 2005 lalu setelah meluluskan angkatan terakhirnya pada tahun 2004.
Selama 60 tahun terakhir, Korea Selatan mengalami penurunan tingkat kelahiran, dan saat ini Korea Selatan memiliki tingkat kelahiran terendah secara global.
Alasan utamanya adalah generasi milenial menilai beban hidup yang besar serta sulitnya mendapatkan hunian dengan harga yang terjangkau membuat mereka enggan memulai hubungan berkeluarga.
Keadaan ini dikenal dengan istilah child-free, istilah yang merujuk pada orang atau pasangan yang memilih untuk tidak memiliki anak, atau tempat dan situasi tanpa anak. Alasannya pun beragam, seperti pertimbangan mengenai keadaan fisik yang tidak memadai, kondisi keuangan, pekerjaan yang mengharuskan berpindah-pindah, lingkungan yang tidak mendukung, dan lain-lain.
Ketika angka kelahiran lebih rendah daripada angka kematian, beban kelompok usia produktif untuk menopang mereka yang tidak produktif lagi semakin besar.
BACA JUGA: Childfree Jadi Keputusan Banyak Pasangan Muda, Apa Sih Pandangan Alkitab Soal Hal Ini?
Efeknya mungkin tidak akan terasa sekarang, namun dalam 15-20 tahun lagi mereka akan mengalami krisis sumber daya manusia yang tentunya akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Jumlah penduduk yang optimal sangat penting bagi kemajuan bangsa. Sebaliknya, jika jumlah penduduk semakin menurun, akan berdampak bagi laju ekonomi negara.
Maka dari itu, pemerintah Korea Selatan berusaha untuk membujuk warganya untuk memiliki anak dan menjalankan program insentif dengan memberikan uang tunai senilai 2 juta won atau setara dengan Rp 23 juta untuk setiap pasangan yang mau memiliki bayi.
Mengutip dari insider, setiap orang tua yang mendaftarkan kelahiran anaknya per 1 Januari 2022 dapat menukarkan voucher uang tunai secara online dan di pusat komunitas lokal. Namun voucher tersebut akan berakhir paling lambat pada tahun 2022.
Insentif tersebut hanya merupakan salah satu beberapa subsidi persalinan yang diluncurkan oleh permerintah Korea Selatan dalam beberapa bulan terakhir.
BACA JUGA: Paus Fransiskus Sebut Pasangan yang Pilihan Tak Punya Anak Itu ‘Egois’
Sumber : berbagai sumber