Penyebaran virus corona yang semakin massive di Indonesia
memaksa pemerintah mengambil langkah penerapan belajar dari rumah bagi anak sekolah.
Hampir seluruh sekolahpun diliburkan dari aktivitas belajar
mengajar sejak pertengahan bulan Maret 2020 lalu. Hari ini, tepatnya anak
sekolah sudah sebulan lebih harus belajar di rumah secara online dengan menggunakan video konferensi.
Tapi siapa sangka, selama proses belajar mengajar online ini banyak
orangtua yang justru mengeluh. Bahkan keluhan salah satu orangtua kepada salah
satu guru anaknya sempat viral di dunia maya pada 2 April lalu. Di dalam pesan
keluhan yang disampaikan via Whatsapp itu, sang ibu menyampaikan betapa beratnya
pekerjaan orangtua saat mendampingi anak belajar di rumah. Belum lagi proses
belajar itu harus dilakukan dengan memakai computer. Sehingga orangtua yang punya anak yang masih duduk di bangku SD harus selalu mendampingi.
Bukan hanya menyita waktu, tapi sang ibu juga komplain dengan banyaknya tugas yang diberikan oleh guru.
"Saya sudah mau banting laptop saya ini. Lama-lama saya minta
biaya terapi psikiater ke sekolah. Kalau saya masih dibikin susah, saya nggak
mau urusin semua tugas-tugas sekolah. Yang sekolah anak saya, kok yang repot saya," tulis sang ibu.
Keluhan serupa juga ternyata bukan hanya berasal dari pihak orangtua. Tapi dari murid sendiri juga mengaku kesulitan selama belajar online.
Hal ini didapatkan dari hasil survey Komisi Perlindungan Anak
Indonesia (KPAI) yang melibatkan sebanyak 1700 siswa. Hasilnya menunjukkan
bahwa kebanyakan murid mengeluh tidak bisa belajar dengan maksimal karena tidak
punya jaringan internet, kurangnya interaksi guru-murid dan banyaknya tugas yang diberikan.
Berdasarkan data survey ditemukan bahwa 53,6% siswa
menyatakan tidak punya wifi di rumahnya dan 46,4% lainnya punya wifi. Sebanyak
79,9% responden menyatakan bahwa proses belajar tidak melibatkan interaksi
guru-siswa, dimana guru hanya kebanyakan memberikan dan menagih tugas. Para
murid juga mengaku kalau tugas-tugas mereka menumpuk karena waktu yang diberikan untuk mengerjakannya sangat sedikit.
Baca Juga: Jadikan Rumah Ramah Anak Selama Stay Home, Begini Caranya Menurut Alkitab
KPAI pun menyimpulkan bahwa rata-rata anak tidak senang
belajar dari rumah. Karena selain harus menghabiskan berjam-jam di depan computer,
mereka juga mengeluhkan tugas yang sangat banyak dan sulit karena tidak
diterakan penjelasan yang rinci. Karena itulah KPAI akhirnya memberikan beberapa
solusi untuk mengatasi masalah ini diantaranya pemerintah diminta untuk
menerapkan kurikulum khusus di tengah masa wabah Covid-19. Kondisi anak dan
orangtua juga turut menjadi pertimbangan penerapan belajar online ini. Karena kondisi setiap anak ditemukan berbeda-beda.
Selain itu, KPAI juga meminta guru tidak hanya fokus dalam nilai kognitif anak tetapi juga memberikan pembelajaran karakter dan kreativitas.
Menanggapi keluhan para orangtua dan anak, Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mengaku sudah menerima banyak keluhan
dari orangtua dan mahasiswa soal banyaknya tugas yang diberikan oleh guru. Guru dinilai hanya memberikan tugas tanpa diberikan bimbingan.
Karena itu, dia meminta guru aktif berinteraksi dan berkomunikasi dalam proses belajar dan membantu murid mengerjakan tugasnya.
“Dan kami ingin menekankan walau banyak sekolah melakukan
belajar dari rumah bukan berarti hanya guru kasih PR ke muridnya tapi juga ikut
berinteraksi dan berkomunikasi membantu murid dalam mengerjakan tugasnya,” kata
Nadiem.
Nah, buat orangtua yang rasanya mulai stress selama
mendampingi anak selama proses belajar di rumah. Yuk tetap semangat dan kuat. Kamu
juga bisa belajar dari orangtua yang terbukti sukses bisa membimbing anak-anak
mereka. Mintalah bantuan dan bimbingan dari mereka dan cobalah menerapkannya.