Setelah pemerintah Korea Selatan mencabut aturan lockdown baru-baru ini, salah satu
gereja besar Korea Selatan dibuka kembali. Meski begitu, gereja ini rencananya tetap akan memberlakukan pembatasan sosial.
Hal ini mungkin terdengar berbeda dengan negara-negara lain
di Asia, dimana hampir seluruh negara masih menerapkan pembatasan sosial termasuk
larangan berkumpul di gereja, tapi pemerintah Korea Selatan tampak sudah mengizinkan lembaga keagamaan dan kegiatan olahraga dibuka kembali.
Dalam waktu dekat ini, Gereja Onnuri di Seoul yang bisa menampung
sebanyak 3000 orang akan mulai beraktivitas. Namun gereja ini akan membatasi jemaat
yang hadir hanya sampai 700 orang saja. Dan mereka yang hadir harus lebih dulu mendaftar secara online.
Terkait pembukaan gereja ini, jemaat gereja mengaku tidak
terlalu kuatir dan takut. Karena mereka meyakini jika pihak gereja pasti sudah mempertimbangkan keamanan yang tepat di masa-masa wabah ini.
"Saya tidak takut. Saya percaya bahwa gereja akan mematuhi
prinsip-prinsip yang aman ," kata Kang Hye-mi, salah satu jemaat gereja berusia 29 tahun.
Seperti diketahui, penutupan gereja di Korea Selatan dimulai
sejak Gereja Shincheonji terbukti jadi sumber penyebaran wabah virus corona di negara tersebut.
Baca Juga: Ini Fakta Tentang Gereja Shincheonji Yang Dianggap Penyebar Virus Corona di Korea Selatan
Wabah virus corona ditularkan oleh salah satu jemaat yang
terbukti hadir di ibadah minggu. Hal itu menyebabkan wabah virus corona terus
menyebar. Sehingga pemerintah harus memberlakukan aturan lockdown untuk sementara waktu. Namun setelah pembatasan sosial ini,
selama satu bulan terakhir pemerintah Korea Selatan berhasil menangani penyebaran virus.
Sementara di negara-negara lain, sejumlah besar gereja masih tetap ditutup dan mereka memilih beralih ke layanan ibadah online.
Di Amerika Serikat sendiri, beberapa negara bagian berencana
untuk melonggarkan pembatasan pertemuan massal dimana beberapa gereja bisa kembali melakukan aktivitas ibadah bersama.
Di Missouri, Summit Church of Bozeman rencananya akan kembali dibuka meskipun mereka akan tetap memberlakukan social distancing.
“Mengatur kursi pada jarak 6 kaki di mana orang-orang merasa
aman secara jarak, pembersih tangan yang tersedia,” kata Pendeta Summit Lance
Steeves.
Dia juga berencana akan memperpendek durasi ibadah. Sehingga
jemaat tidak akan lalu lalang ke toilet selama ibadah.