Kondisi ini dialami oleh seorang rekan kerja aku. Jadi ceritanya,
dia suka udah jarang bisa ngajar di salah satu rumah belajar dimana kami jadi sukarelawan.
Ternyata ceritanya, managernya tiba-tiba resign tanpa
pemberitahuan jauh hari. Otomatis semua kerjaan dilimpahkan ke dia. Apalagi kerjaan
yang dia harus kerjakan terbilang cukup ribet. Mau gak mau, dia harus kerja lembur
tiap hari bahkan sampai Sabtu juga masuk. Sementara di sisi lain, dia juga harus mentoring anak baru yang akan bantuin dia.
Jadi, posisi dia terbilang kompleks. Atasan resign, kerjaan numpuk
dan dia juga harus mentoring anak baru. Kalau harus jujur, dia bilang memang capek banget sih. Tapi apa daya, dia harus tetap kerja bukan?
Nah, apa kamu atau seseorang yang kamu kenal lagi ngalamin kondisi yang sama seperti temanku ini? Mungkin kamu bingung apa yang harus dilakukan.
Untuk menolongmu keluar dari situasi dilematis ini, yuk coba ikuti 5 tips ini aja.
Tips 1: Jangan Panik
Waktu atasanmu ngumumin kalau dia bakal cabut, secara alami kamu pasti terguncang. Apalagi kondisinya gak diduga-duga.
Walaupun kepergian atasanmu akan membuat perubahan struktur di perusahaan, jangan langsung berasumsi kalau kamu sedang dalam masalah.
Jangan takut dan panik! Cobalah untuk tetap tenang supaya kamu
bisa lebih baik memproses situasi dan informasi yang disampaikan ke kamu oleh pihak perusahaan.
Tips 2: Tetap Profesional
Entah kamu suka atau gak suka sama atasanmu, adalah baik untuk memilih tenang waktu dia mengumumkan resign.
Mungkin akan banyak gosip yang beredar di kantor soal alasan kenapa
dia mengundurkan diri. Tapi cobalah untuk menghindari drama kantor dan tetap fokus dengan tanggung jawabmu di kantor.
Mencoba untuk berspekulasi soal alasannya keluar hanya akan membuatmu
jadi tukang gosip. Jadi, cobalah menganggap kepergian rekan kerja sebagai proses alami yang bisa dialami oleh siapapun.
Tips 3: Jangan Terlalu Emosional
Lain hal kalau kamu benar-benar dekat dan mengidolakan atasanmu. Pastinya, akan ada perasaan gak rela atau sedih yang muncul.
Walaupun kamu mungkin merasa kecewa. Tapi ingatlah kalau setiap keputusan untuk resign diambil dengan pertimbangan yang panjang, lama dan rumit.
Jadi, memberikan kesan positif terbaik akan membuat atasanmu senang dan tidak terbeban untuk keluar.
Baca Juga: Membuat Rencana Adalah Kunci Mencapai Tujuan, Sudahkah Kamu Menulisnya?
Tips 4: Tingkatkan Performamu
Walaupun kehilangan atasan bisa jadi tantangan baik dalam pekerjaan maupun pribadi, kamu harus memandangnya dari sisi lain.
Kalau memungkinkan, kamu bisa mengajak mantan atasanmu ketemu dan mintalah sarannya untuk meningkatkan kemampuanmu di pekerjaan.
Jangan takut untuk membagikan ide-ide dan menawarkan saran tentang
bagaimana kamu berkontribusi untuk perusahaan di masa depan. Tugasnya mungkin bisa dialihkan ke kamu dan itu bisa jadi kesempatan untuk meningkatkan performa kerjamu.
Tips 5: Ambil Langkah Selanjutnya
Sebagian karyawan bisa saja akan mengambil langkah ekstrim ketika
atasannya resign. Mereka akan mulai mempersiapkan resume kerja untuk melamar di tempat kerjaan lain.
Tapi sebelum melakukan hal itu, fokuslah untuk mencari tahu apa
yang akan terjadi selanjutnya pada posisimu. Apakah kehilangan atasan membuat posisimu
berubah atau kinerjamu menurun karena sistem restrukturisasi yang baru. Dan kalau
kamu mendapati ternyata perubahan ini membuatmu gak nyaman, mulailah memikirkan langkah selanjutnya.
Ingatlah kalau saat atasan memilih resign, bukan berarti kamu
juga harus resign. Sebaliknya, pakailah masa ini untuk benar-benar fokus mengerjakan
tanggung jawabmu. Dengan menangani tugas tambahan dan hasil kerja yang baik, kamu
bisa dilirik atasan lain dan dipromosikan posisi yang baru.
Lakukanlah hal ini dengan catatan, tetap mempertahankan profesionalitas
kerjamu dan mengerjakan setiap pekerjaan yang tekun.