Menikah adalah keputusan. Ada orang yang dalam hidupnya
memutuskan untuk single seumur hidup, tetapi ada juga yang menggebu-gebu ingin menikah.
Sebelum menikah, tentu saja ada perjumpaan, pertemanan,
persahabatan hingga pernikahan bukan? Kebanyakan orang yang menikah mengawali
semuanya dengan perjumpaan dan pertemanan dulu.
Sama seperti kisah yang dialami oleh Akwila dan Priscilla yang bertemu dan akhirnya menikah.
"Di
Korintus ia berjumpa dengan seorang Yahudi bernama Akwila, yang berasal dari
Pontus. Ia baru datang dari Italia dengan Priskila, isterinya, karena kaisar
Klaudius telah memerintahkan, supaya semua orang Yahudi meninggalkan Roma. Paulus singgah ke rumah mereka." (Kis 18:2)
Kalau dipikir-pikir, sebagai isteri yang tidak tinggal di
tanah kelahirannya sendiri, aku bisa membayangkan bahwa Priscilla dan suaminya harus berbaur dan beradaptasi dengan adat budaya yang berbeda dari mereka.
Mereka mau nggak mau harus hati-hati dalam lingkungan tersebut
dan membangun hubungan yang baik dengan tetangganya, pemerintah dan rekan-rekan kerja.
Tetapi bagaimana lagi? Tiba-tiba Kaisar Klaudius yang berkuasa di Roma memberikan perintah untuk segera mengusir orang Yahudi dari Roma.
Kalau kamu di posisi Awkila dan Priscilla, pasti kuatir banget
nggak sih? Terus bingung juga iya, takut karena pengusiran tersebut sangat dadakan.
Tapi akhirnya Priscilla dan suaminya memutuskan untuk pergi ke Korintus kemudian memulai hidup yang baru disana.
Sekarang, berapa banyak diantara kamu yang mengeluh dan
memberontak ketika tiba-tiba pemerintah mengusir kamu dari rumahmu sendiri atau dari kota yang sudah bertahun-tahun kamu tempati?
Dalam kehidupan ini, kita tidak bisa menebak apa yang terjadi, tapi seperti Priscilla, mungkin kita bisa belajar beberapa hal dibawah ini :
1. Tetap tangguh dalam pernikahannya meskipun banyak cobaan
Setelah mereka di usir dari Italia, Priscilla nggak
memberontak loh tapi dia menghadapi kenyataan bahwa mereka harus memulai hidup baru dan pergi ke Korintus.
Kalau dipikir-pikir lagi, memulai sesuatu dari nol lagi
sangatlah tidak mudah, apalagi urusan mencari tempat tinggal, rumah, pekerjaan dan harus berbaur dengan orang baru lagi. Sangatlah tidak mudah.
Berapa diantara kamu rela LDR dengan suami karena malas
memulai hal yang baru bersama-sama di kota lain tempat dia ditempatkan? Berapa
banyak dari kita yang mengharapkan suami menyediakan semuanya kemudian kita hanya akan datang menyusulnya?
Jika hari ini kamu masih demikian, marilah seperti Priscilla
yang tangguh dan tidak membiarkan suaminya sendirian. Yang selalu bersama-sama mendampingi suaminya melewati hidup.
2. Ketangguhan mental dan mau diajar untuk taat kepada otoritas
Paulus adalah kakak rohani dari Priscilla dan suaminya. Untuk
mereka semakin mengenal Tuhan, mereka belajar banyak dari Paulus bagaimana membaca Firman dan mempraktikkannya dalam pelayanan.
Itu sebabnya, mereka sangat taat kepada Paulus tidak peduli apapun resikonya. Mereka juga mengikuti Paulus ke Siria dan berbagai kota lainnya untuk menemani dan mempraktikkan langsung bagaimana memberitakan Injil. Bahkan Paulus sendiri saja memuji Priscilla dan suaminya sebagai orang yang rela mempertaruhkan nyawanya untuk Paulus loh (Roma 16:3). Keren nggak sih?
BACA JUGA : Belajar Tentang Pengaruh Seorang Isteri Dari Kisah Ananias dan Safira di Alkitab!
3. Tangguh dan terus ingin melayani
Seperti yang sudah saya beritahu bahwa Priscilla dibentuk
dengan luar biasa dalam pelayanan karena ia harus menemani Paulus ke tempat-tempat lain dalam menyebarkan injil.
Bayangin deh betapa lelahnya Priscilla waktu itu. Kalau
dipikir-pikir, mendingan nggak usah ikutan dan tinggal dirumah saja. Namun, dia
tetap tangguh dan mau terus melayani. Dia dengan semangat mau melayani
keluarga, membantu pekerjaan suaminya, taat kepada tugas pelayanan yang diberikan Paulus kepada mereka.
Saya percaya bahwa Priscilla melakukannya untuk Tuhan . (Kis 18:18)
Teruslah setia kepada Tuhan dan suamimu ya. Miliki hati yang tangguh, nggak lemah, apalagi memberontak.
Teruntuk isteri, jika kita ingin memenuhi panggilan hidup
kita, maka kita memerlukan ketangguhan hati. Dan ketangguhan itu hanya
diperoleh melalui sebuah proses.
Saya berdoa, semua dari pada kita bisa terus tangguh dalam
mengerjakan panggilan hidup kita masing-masing. Amin.