Pada umumnya hal ini banyak terjadi, dimana si periang yang suka
bicara keras, yang senang bergaul, dan bersikap ekstrovert atau terbuka kepada orang lain, mendapati dirinya malu dengan
tindakannya. Karena itu dia menilai seseorang yang bersikap tenang cukup
menarik. Hal serupa juga terjadi kepada si tenang yang merasa butuh seseorang
yang bisa membuatnya lebih terbuka dan berpikir kalau menjadi sosok periang adalah hal yang menyenangkan.
Pandangan inilah yang membuat kedua tipe ini bisa saling
tertarik, Si pria periang bisa sangat menyukai si wanita tenang dan begitu sebaliknya.
Prinsip inilah yang secara gak sadar dilakukan hampir setiap kali seseorang hendak memilih pasangan. Si periang akhirnya bersanding dengan si tenang.
Saling melengkapi adalah prinsip yang sangat sempurna dalam pernikahan.
Tapi untuk menerima pasangan baik dalam kekurangan maupun
kelebihannya tetaplah sulit. Pernikahan adalah rumah untuk mengenal pasangan dengan
lebih dekat. Kalau sebelum menikah, baik pria maupun wanita hanya fokus pada kekuatan-kekuatan kekasihnya, maka dalam pernikahan setiap kelemahan bahkan terekspos dengan nyata.
Memang dibutuhkan proses untuk menerima kelemahan-kelemahan itu.
Dimana suami istri harus belajar menyesuaikan diri. Tapi tetap saja keduanya pasti
akan melewati konflik-konflik lebih dulu. Seperti konflik kepribadian, temperamen atau watak yang saling bertentangan.
Seperti contoh, ketidaktelitian seorang suami yang berwatak periang
dan proyek-proyek yang belum diselesaikannya, bagi istri yang tenang dianggap sebagai persoalan besar. Karena wataknya yang setia dan selalu ingin kesempurnaan.
Waktu suami pulang terlambat dari rapat kerja, istri akan
merasa berat untuk mengampuni dan melupakan peristiwa itu. Setelah beberapa
tahun kemudian dia mulai bosan dengan cerita-cerita si suami yang
dilebih-lebihkan dan ketidaktelitiannya dalam mengungkapkan kebenaran. Cara
bercerita si istri sama sekali gak menarik hati seperti halnya cara bercerita suaminya, tapi setidaknya istri menyampaikan kebenaran.
Sementara seorang istri yang bertemperamen tenang akan
cenderung melankolik, dimana dia mudah sekali jatuh dalam suasana hati yang muram.
Sebelum menikah dia punya pengalaman yang penuh ketegangan dankegairahan sealam
mengatur persiapan pernikahan. Tapi setelah pernikahan, dia dengan cepat merasa biasa-biasa saja, mudah kecewa dan gampang jatuh dalam depresi.
Kalau suaminya gak sabaran atausedang frustrasi, istri yang
tenang akan memilih diam atau malah menangis. Sikapnya yang sempurna membuatnya
gak kompromi dengan tindakan suami. Dia akan marah waktu suaminya menaruh kaos kaki di sembarang tempat atau menaruh barang-barang gak pada tempatnya.
Meskipun dalam beberapa hal pasangan periang dan tenang ini bisa
akur dan kompak. Tapi perbedaan watak atau kepribadian dalam hidup berumah tangga jadi persoalan terbesar mereka.
Tapi bukan berarti perbedaan ini harus merusak atau menghancurkan pernikahan ya. Karena sebenarnya perbedaan dalam pernikahan itu indah loh. Cara meresponi perbedaan dalam pernikahanlah yang harus dipelajari. Responyang salahlah yang bisa merusak pernikahan.
Baca Juga:
Ternyata Ini Keuntungan dan Kerugian Punya Satu Akun Bank Bareng Pasangan
Hidup Bareng Pasangan yang Acuh Gak Acuh Sama Tuhan, Jalanilah Dengan 5 Cara Ini...
Jadi, supaya perbedaan antara si periang dan si tenang gak
menyebabkan keretakan rumah tangga, ada baiknya belajar bagaimana menyesuaikan diri di tengah perbedaan.
Beberapa cara bisa dilakukan seperti berikut:
1. Waktu merasa frustrasi, marah atau dikuasai rasa benci, berhentilah lebih dulu dan lihatlah secara objektif penyebab masalah.
2. Berdoalah. Pertama, akui dosa yang kamu lakukan setelah bertengkar
dengan pasangan atau marah dengan dia (Efesus 4: 30-32). Kedamaian pikiran dan
hati gak tergantung pada kelakuan pasangan kita. Setelah mengakui kalau rasa benci dan kemarahan adalah dosa, minta ampunlah pada Tuhan.
3. Sampaikan kesalahan pasangan secara langsung. Untuk menghindari
konflik yang lebih besar, sampaikanlah secara langsung tentang kesalahan yang dilakukan
pasangan. Pilihlah waktu yang tepat untuk membicarakannya empat mata. Sebelum berbicara,
mintalah Roh Kudus memimpinmu, menarik napas, lalu menyampaikan dengan nada
yang lembut. Dengan cara ini, pasanganmu pasti juga akan meresponi dengan sikap yang tepat.
4. Mintalah Tuhan supaya memenuhimu dengan kasihNya, supaya kamu
bisa mengasihinya dengan sungguh-sungguh. Fokus pada kelebihan pasangan juga jadi cara yang tepat untuk tidak mengeluh pada pasangan.
5. Lupakan kesalahan pasangan. Hal ini memang gak mudah. Tapi
pasti bisa kalau kamu menyadari kamu juga bukan pribadi yang sempurna. Kamu sama
berdosanya dengan pasanganmu. Jadi, sama seperti Tuhan mengampunimu ampunilah pasanganmu atas kesalahannya.
Dengan melakukan beberapa langkah ini, yakinlah kalau perbedaan
dalam rumah tanggamu bukanlah ancaman bagi pernikahanmu. Jadi, apapun tipe
pasangan yang kamu dapatkan, mengucap syukurlah atas dia. Karena dia adalah
anugerah terbaik yang Tuhan sediakan
“Mengucap
syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam
Kristus Yesus bagi kamu.” (1 Tesalonika 5: 18)