Kisah Seorang Pendeta  Yang Dibunuh Setelah Membagikan Injil Kepada 1000 Orang Korea Utara

Internasional / 9 October 2019

Kalangan Sendiri

Kisah Seorang Pendeta Yang Dibunuh Setelah Membagikan Injil Kepada 1000 Orang Korea Utara

Naomii Simbolon Official Writer
3792

Seorang pendeta di perbatasan Cina-Korea Utara berbagi harapan melalui injil Tuhan kepada lebih dari 1.000 warga Korea Utara sebelum akhirnya dibunuh karena pelayanannya sebagai misionaris pada tahun 2016.

Voice of the Martyrs mengatakan bahwa Pendeta Han Chung-Ryeol, seorang pendeta Cina keturunan Korea berada dalam daftar orang yang paling di cari di Pyongyang pada awal 2003 karena semangatnya dalam menginjil  ke bangsa-bangsa.

Han, yang melayani di kota perbatasan Changbai sejak awal 1990-an, melayani ribuan warga Korea Utara selama bertahun-tahun, bahkan banyak dari mereka yang memutuskan lari dari negara yang dilanda kelaparan tersebut untuk mencari makanan dan pekerjaan.

Kemudian pendeta memberikan bantuan praktis, seperti makanan dan pakaian dan memperkenalkan kepada mereka Injil sebelum akhirnya mengirim mereka kembali ke Korea Utara untuk membagikan injil Kristus dan membantu keluarga mereka.

Setelah mendirikan Three-Self Church di dekat perbatasan Korea Utara pada tahun 1993, Han juga membantu anak yatim, wanita-wanita yang diperbudak di pelacuran, tentara, dan mereka yang kelaparan serta banyak lainnya.

Kemudian, ada seorang pria yang dibantu oleh Han, Sang-Chul, dan dia membagikan kesaksiannya dalam sebuah dokumenter pendek yang dirilis oleh The Voice of the Martys,

"Di sekolah dasar, kami diajari bahwa semua misionaris adalah teroris. Mereka memberi tahu kami bahwa pada awalnya seorang misionaris akan bersikap baik kepada kami, tetapi ketika mereka membawa kami ke rumah mereka, maka mereka akan membunuh dan memakan hati kamu, "kata Sang-Chul dalam video tersebut.

Selanjutnya, Korea Utara mengatakan bahwa Pendeta tersebut tidak memiliki pekerjaan atau makanan di desanya, akhirnya dia menyelinap melintasi perbatasan gunung ke China. Di sepanjang jalan, dia memetik jamur dengan harapan bisa menjualnya ke pasar.

"Aku sama sekali tidak bisa berbahasa Cina, tapi di pegunungan aku bertemu seorang pria. Dia berkata, 'Aku bisa menjualnya untukmu.' Dan dia tidak menipu saya. Dia memberi sama semua uang dari hasil penjualan dan pada waktu itu, saya tidak tahu bahwa dia adalah pendeta Han," kenang Sang-Chul.

"Setelah dua tahun berikutnya, saya kembali beberapa kali. Setiap kali, pendeta Han membantu saya. Suatu hari, saya bertanya kenapa dia melakukan ini, karena dia sendiri dalam bahaya besar karena membantu orang Korea Utara. Tapi dia menjawab karena dia adalah seorang Kristen."

Dan kemudian suatu hari Han mengatakan kepadanya, "Tuhan itu nyata. Ada harapan untuk setiap orang," Tapi Sang-Chul bertanya-tanya, mengatapa ada orang yang mengatakan Hananim (kata untuk Tuhan).

"Aku tidak percaya dia akan mengatakan kata itu," Tuhan." Tidak ada yang berani mengatakan kata itu. Kita tahu bahwa itu adalah tindakan penghianatan. Berbicara nama Tuhan bisa menyebabkan para tentara datang di malam hari," kata Sang-chul.

Sang-chul begitu yakin dengan Han, karena tidak ada orang jahat berani mengatakan Tuhan.

Segera, Sang-chul  menjadi percaya bahwa Kekristenan itu benar dan akhirnya dia meminta pendeta untuk memberinya Alkitab dan menjelaskannya.

Awalnya Han ragu karena tidak ingin membahayakan Sang-chul. Tapi karena Sang-chul membujuk, akhirnya Han menunjukkan Alkitab tersebut dan Sang-chul memberikan kepada istrinya.

"Awalnya dia menolak untuk melihatnya... dia tahu bahwa jika ada yang melaporkannya karena melirik Alkitab, maka akan ditangkap dan nggak cuma itu doang. Semua kerabat dan keluarga akan dikirim ke penjara konsentrasi selama bertahun-tahun," kata Sang-chul.

Seiring waktu, akhirnya istri Sang-chul memeluk agama Kristen. Hingga suatu hari, pada musim panas yakni tahun 2016, Sang-chul mendengar bahwa warga Korea Utara mendapatkan sebuah penghormatan lantaran membunuh seorang misionaris teroris Kristen.

"Kami tahu itu adalah pastor Han. Siapa lagi yang bisa melakukannya? Kami ketakuan. Apakah mereka tahu bahwa Han adalah temanku? Apakah mereka tahu bahwa aku bertemu dia berkali-kali?"

Voice of the Martyrs melaporkan pada tahun 2016 bahwa Han dibunuh secara mengerikan di Changbai, Cina. Han meninggal dengan usianya 49 tahun, dan tubuhnya ditemukan hancur beberapa saat sebelum dia meninggalkan gedung gerejanya yang di Changbai.

BACA JUGA  : Viral! Pemuda Ini Menawarkan Diri Untuk Mendoakan Polisi Di Sebuah Restoran

"Pastor Han memberikan nyawanya, tapi dia juga memberikan harapan kepada saya dan orang Korea Utara lainnya. Dan meskipun bahaya itu selalu ada, banyak dari kita akan terus berbagi pesan bahwa Tuhan itu benar-benar nyata."

VOM akhirnya mengajak orang-orang berdoa agar orang Kristen yang berani mempertaruhkan hidupnya terus dipenuhi oleh kekuatan dari Allah.

Selama 18 tahun terakhir ini, Korea Utara tergolong sebagai negara yang sangat buruk dalam menganiaya orang Kristen. Dikutip dari Christianpost, setidaknya 400 ribu hingga jutaan orang meninggal di Kamp politik Korea Utara karena percaya Yesus.


Sumber : berbagai sumber
Halaman :
1

Ikuti Kami