Kasus rasisme yang dialami mahasiswa Papua di Surabaya, Jawa
Timur menjadi satu kejutan yang tak terduga pasca perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) RI ke-74.
Perlakuan tidak baik yang dialami puluhan mahasiswa Papua
inipun sampai ke telinga masyarakat di Papua. Bercampur emosi, masyarakat dan mahasiswa
sendiri kompak melakukan aksi demonstrasi di kota Manokwari , Papua Barat pada
Senin, 19 Agustus 2019 kemarin. Kerusuhan meledak disertai dengan aksi bakar-bakar di jalan.
Untungnya, kerusuhan di pagi itu mereda menjelang siang hari setelah dilakukannya pertemuan dengan pejabat setempat.
Meski sudah dalam kondisi kondusif, namun ingatan masyarakat akan
ucapan rasis tersebut tentu saja tak begitu saja hilang. Sampai hari ini, ada
saja masyarakat yang masih mengutuki bahkan terpancing emosi terhadap tindakan pelaku.
Untuk mengatasi lahirnya dendam dan perpecahan yang semakin mendalam
diantara anak bangsa, para pendeta dan tokoh agama Papua pun duduk bersama dan menyuarakan pesan pengampunan dan damai.
Para pendeta dan tokoh agama ini menyerukan untuk lebih
memilih hidup dalam persatuan sebagai satu bangsa dan menyadari kewajiban untuk mengampuni sebagai orang beriman.
Berikut pernyataan yang mereka sampaikan.
1. Perwakilan PPGJ
Ketua Persekutuan Gereja-Gereja Jayawijaya (PGGJ), Yoram
Yogobi, asal Jayawijaya, Papua meminta warga melepaskan pengampunan atas pelaku yang ucapkan kata-kata rasis terhadap warga Papua.
Dia menilai bahwa manusia memang rentan menyakiti dan melukai
sesamanya lewat kata-kata yang tak menyenangkan. Karena itulah penting untuk
mengampuni dan tidak menyimpan dendam, khususnya seperti yang diajarkan kepada orang-orang beriman.
“Sudah menjadi kewajiban kita sebagai orang berimanm wajib
melaksanakan hukum yang diajarkan oleh Kristus yaitu hukum kasih. Kita diajarkan untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan,” katanya.
Dia pun mengajak semua warga Papua untuk mendoakan supaya Tuhan memberikan keadilan kepada para pelaku.
Baca Juga:
Tragis! 4 Fakta Ini yang Ternyata Bikin Manokwari Rusuh Besar
Soal Kerusuhan Terjadi Di Papua, Sejumlah Tokoh Agama Kristen Ini Angkat Bicara
2. Ketua Badan Pekerja GKI Biak Selatan
Ketua Badan Pekerja Gereja Kristen Injili (GKI) di tanah
Papua Klasis Biak Selatan, Kabupaten Biak Numfor, Pendeta George Korwa menghimbau
jemaat Kristiani di berbagai gereja untuk menjaga kedamaian, keamanan dan ketertiban.
Dia menyampaikan supaya jemaat GKI bisa menyikapi kasus rasisme
warga Papua dengan bijak. Daripada memicu perpecahan, dia memilih supaya semua jemaat melepaskan doa perdamaian atas Papua.
“Saya harapkan warga jemaat di lingkungan Badan Pekerja GKI
Biak Selatan tetap menjaga hati dengan damai dan menyerahkan sepenuhnya penyelesaian
perlakuan rasisme terhadap mahasiswa Papua kepada Tuhan Kristus,” kata Pendeta George Korwa.
3. Tokoh Agama FKUB Papua
Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Papua Pendeta
Lipiyus Biniluk bersama dengan tokoh-tokoh lintas agama Papua menghimbau sepada
seluruh mahasiswa Papua untuk tidak terbawa emosi setelah menerima ucapan rasis
di Jawa Timur. Dia meminta supaya para mahasiswa tetap fokus belajar dan menjaga
persaudaraan sebagai sesama anak bangsa.
Dia juga meminta Presiden Jokowi untuk membuat kebijakan pembangunan
yang melibatkan orang asli Papua. Tak lupa dia juga meminta aparat keamanan tetap
menjalankan tugasnya dengan profesional.
Mari sepakat untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan.
Sebaliknya, melepaskan pengampunan bagi pelaku dan damai bagi Indonesia.