Tragis! 4 Fakta Ini yang Ternyata Bikin Manokwari Rusuh Besar
Sumber: Detik.com

Nasional / 19 August 2019

Kalangan Sendiri

Tragis! 4 Fakta Ini yang Ternyata Bikin Manokwari Rusuh Besar

Lori Official Writer
3191

Indonesia dihebohkan dengan kerusuhan yang tiba-tiba pecah di Manokwari, Papua Barat pada Senin, 19 Agustus 2019 pagi atau sekitar pukul 08.00 WIT.

Seperti diberitakan, warga dan mahasiswa Papua yang marah berkumpul di jalan utama Yos Sudarso dan melakukan aksi pembakaran ban dan spanduk serta menebang pohon. Brutalnya, mereka nekad membakar gedung DPRD Papua Barat.

Aksi inipun sontak membuat warga yang hendak beraktivitas harus diam di rumah.

Usut punya usut, kemarahan massa dipicu oleh pengepungan asrama mahasiswa Papua di Jalan Kalasan, Surabaya pada Jumat (16/8) lalu.

Ada 4 fakta yang perlu diketahui dari buntut panjang rusuh Manokwari.

Fakta 1: Bermula dari pengepungan asrama mahasiswa Papua sampai dugaan rasis

Bagi yang belum tahu duduk persoalan rusuh Manokwari, perlu memahaminya dari awal. Kalau ternyata warga dan mahasiswa Papua Barat terpicu amarah setelah mendapat kabar bahwa sebanyak 43 mahasiswa Papua yang berkuliah di Jawa Timur mengalami tindakan rasis.

Dari kronologinya, asrama mahasiswa Papua di Surabaya dikepung oleh beberapa mahasiswa dan juga pihak kepolisian. Para pengepung ini menuduh mahasiswa Papua merusak bendera yang dipasang tepat di depan asrama.

Sayangnya, tuduhan tersebut dinilai tidak berdasar karena tak ada bukti ril dari tindakan para mahasiswa. Bersamaan dengan itulah, para pengepung meneriakkan ucapan-ucapan bernada rasis.

Aparat keamanan yang ikut dalam pengepungan memaksa masuk asrama dan melepaskan gas air mata terhadap mahasiswa yang ada di dalam. Akibatnya, empat mahasiswa terluka.

Fakta 2: Ada oknum yang menyebar informasi berisi ujaran aksi

Peristiwa yang dialami mahasiswa Papua di Surabaya tersebut rupanya direkam oleh oknum tertentu. Mereka lalu menyebarkan informasi di sosial media dan membakar kemarahan masyarakat Papua dengan kata-kata rasis yang dilontarkan kepada mahasiswa Papua.

Informasi inipun menyebar dengan cepat kepada masyarakat Papua di Manokwari.

Tak terima dengan tindakan kekerasan dan rasis yang dialami mahasiswa Papua di Surabaya, merekapun sepakat mengatur aksi besar-besaran.

Fakta 3: Aksi rusuh besar-besaran membuat pendatang di Papua ketakutan

“Tanpa kita bersatu, kita tidak akan menang,” tulis salah satu postingan yang tersebar di sosial media.

Massa akhirnya turun ke jalan utama di Manokwari dan menuntut keadilan dari pemerintah.

“Kami datang ke Jawa sini bukan untuk cari kerja, bukan untuk cari makan. Kami menumpang kuliah saja. Sementara orang-orang yang datang ke Papua mereka cari kerja dan cari makan di tanah kami, tapi kami tidak rasis seperti itu. Biasa-biasa saja,” kata Ambrosius, seorang aktivis dari Asosiasi Mahasiswa Pegunungan Tengah Papua se-Indonesia (AMPTPI), seperti dikutip dari Tirto.id.

Akibat aksi di Senin (19/8) pagi tadi, warga pendatang di Manokwari pun ketakutan sehingga tak berani keluar rumah.

Baca Juga:

Larangan Gereja Atas Pembangunan Masjid di Manokwari Cuma Isu Belaka!

Sambut HUT RI 74 Tahun, Ini Pesan Harapan PGI dan Semua Lembaga Kristen di Indonesia

Fakta 4: Solusi damai ditempuh dengan pernyataan maaf dari Gubernur Jawa Timur

Gubernur Khofifah Indar Parawansa akhirnya menyampaikan maaf secara langsung kepada Gubernur Papua Lukas Enembe.

Untuk menyelesaikan kasus ini, Gubernur Lukas berjanji akan datang ke Jatim untuk melakukan dialog dengan Gubernur Jatim dan juga mahasiswa Papua yang mengecap pendidikan di sana.

“Tadi saya telepon dengan Gubernur Papua. Kami mohon maaf karena sama sekali itu (ujaran rasis ke mahasiswa Papua) bukan mewakili suara masyarakat Jatim,” kata Khofifah.

Gubernur Papua sendiri juga sudah menyatakan sikap terkait kejadian ini. Melalui konferensi pers yang diadakan pada Minggu, 18 Agustus 2019, Gubernur Lukas Enembe menyampaikan bahwa:

1. Aparat keamanan tidak melakukan pembiaran atas tindakan persekusi ataupun main hakim sendiri yang dilakukan oleh kelompok atau individu manapun yang bisa melukai hati masyarakat Papua.

2. Sebagai wilayah Indonesia yang dikenal menjunjung kebhinekaan, seperti multi etnis, multi agama, multi budaya, yang hidup secara berdampingan. Masyarakat Papua diharapkan untuk memperlakukan masyarakat non-Papua secara terhormat dan sejajar. Begitu juga sebaliknya, tindakan masyarakat di wilayah Provinsi lain di Indonesia terhadap warga Papua.

3. Mengajak para Gubernur, Bupati dan Wali Kota di seluruh Indonesia untuk melakukan pembinaan terhadap pelajar atau mahasiswa Papua di wilayah masing-masing. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya peristiwa serupa di masa yang akan datang sekaligus sebagai upaya untuk merajut nasionalisme, persatuan dan kebersamaan sebagai anak bangsa.

Hingga saat ini, kondisi di Manokwari dinyatakan sudah kembali kondusif. Hal ini terjadi setelah menyampaikan dua tuntutan kepada Wakil Gubernur Papua Barat berjalan dengan baik. Diantaranya meinta supaya mahasiswa Papua di Jawa dijamin keamanannya serta menuntut permohonan maaf dari pejabat Jawa Timur.


Kesimpulan

Indonesia baru saja merayakan HUT-nya yang ke-74. Tentu saja kita tak mengharapkan munculnya masalah pelit semacam ini. Apalagi masalahnya dipicu oleh persoalan yang belum dipastikan kebenarannya.

Jika kita ingin mewujudkan harapan bangsa yang unggul, tentunya penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk bekerja sama dalam membangun pemahaman tentang nilai persaudaraan di tengah perbedaan. Jangan biarkan masalah perbedaan membuat kita tetap diam ditempat tanpa mengalami kemajuan.

Mari membangun bangsa ini bersama dengan lebih dulu menjadi sahabat dan teman kepada satu sama lain. Dengan itulah kita bisa bekerja bersama.

Sumber : Berbagai Sumber | Jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami