Budaya kita sekarang ini, sering sekali menuntut kita untuk
menimbun kekayaan sebanyak-banyaknya. Bahkan masih banyak yang berpikir bahwa
sukses itu berarti punya mobil mewah, rumah besar dimana-mana, gadget seabreg,
serta pakaian yang bermerk. Dan beberapa orang bahkan memaksakan diri untuk
memiliki gaya hidup konsumtif seperti di atas, meski sebenarnya penghasilan mereka nggak mencukupi.
Apakah kamu pun demikian? Ok, mari kita bicarakan dari
barang-barang kamu dulu. Mulai dari mobil, perabotanmu dirumah, pakaian hingga gadget kamu.
Apakah kamu membelinya karena mereka membawa sebuah kesenangan
dalam dirimu atau karena bisa melayani kamu dengan praktis? Atau apakah kamu
membeli semuanya itu dengan dorongan hati dan kemudian kamu nggak pernah menggunakannya lagi?
Apakah kamu benar-benar mampu membayar dan melunasinya? Apakah semua yang kamu beli itu membantumu atau justru mengganggu panggilan Tuhan dalam hidupmu?
BACA JUGA :
Gagal Dalam Usaha dan Terhimpit Hutang? Inilah 3 Hal Yang Tuhan Mau Sampaikan Kepadamu!
Dan yang paling penting, apakah kamu sadari bahwa semua itu
hanyalah barang alias benda mati? Atau kamu malah menempatkan identitas diri
kamu di dalamnya dan menghargainya di atas hal lain yang lebih besar dalam hidup kamu?
Dalam kotbah Yesus di bukit, Dia menjelaskan bagaimana kita harus hidup diantara harta dan benda kita. Mari kita baca ayatnya :
"Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada." (Matius 6:19-21)
Ini adalah pengingat yang sangat penting dalam masalah
keuangan dan harta bendamu. Kita dipanggil untuk menaruh iman kita bukan kepada
hal-hal yang mengisi lemari kita atau rekening bank kita, tapi kepada Pencipta kita.
Jadi, Kristus ingin kita hidup sepenuhnya di dalam Dia dan
untuk melakukan ini, maka kamu harus menyadari bahwa setiap kepemilikan (harta,
benda kamu) adalah berkat dari-Nya. Dia ingin kita bersyukur dan merasa puas dengan semuanya, terutama puas denganNya.
Menimbun kekayaan sebanyak-banyaknya terjadi karena kita merasa nggak puas.
Tuhan ingin kita merasa cukup, tidak terlalu berlebihan bahkan melebih-lebihkan.
Dan seperti yang tertulis di atas, bahwa rasa puas dan rasa
cukup itu hanya di dapat di dalam Tuhan. Dan dalam hidup ini, rasa puas itu sangat penting sekali.
Dalam surat Timotius, Paulus bicara tentang pentingnya sebuah
kepuasan, "Memang ibadah itu kalau
disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar.Sebab kita tidak membawa sesuatu
apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah." (Matius 6:6-8)
Kepuasan adalah ide besar di balik gerakan minimalis.
Minimalis akan mendorong kita untuk mendeklarasikan hidup kita
enggan menyingkirkan hal-hal yang tidak kita gunakan. Selain itu, kepuasan juga
membuat kita fokus kepada hal yang paling penting, seperti Kristus, hubungan kita dan pengalaman yang bernilai.
Menyingkirkan yang tidak penting adalah satu upaya dimana kamu
tidak lagi stres soal mempertahankan kekayaan, membayar, atau menyimpan semua
barang-barang dan kekayaanmu. Semuanya itu tidak menumbuhkan kepuasan atau menciptakan ruang bagi Yesus.
Dengan kata lain kepuasan yang kita cari tidak berasal dari
tas belanja kamu, atau dompet kamu yang tebal. Kamu juga nggak akan menemukan
kepuasan hanya dengan mencoba mengikuti teman, kerabat atau tetangga kamu yang
kaya raya. Kepuasan hanya ada dalam Yesus dan Dialah satu-satunya yang bisa
memuaskan jiwa kita.
Jadi, sekarang cobalah untuk mempertimbangkan hubungan kamu
dengan barang-barang yang kamu sudah miliki. Pastikan kamu membeli barang
untuk alasan yang tepat. Sekarang, mulailah hidup minimalis dan semakin
mengejar Allah.