Hasil riset
mengungkapkan bahwa 50 persen generasi milenial beragama Kristen di Indonesia meninggalkan
gereja, hal ini diungkapkan oleh Direktur Jenderal (Dirjen) Bimbingan
Masyarakat Kristen Kementerian Agama RI, Prof. Dr. Thomas Pentury, M.Si. Untuk
itu, gereja harus bertanggung jawab untuk menarik mereka kembali kepada gereja.
“Hasil riset generasi
milenial atau generasi muda yang pergi meninggalkan gereja itu tanggung jawab
gereja untuk kemudian mencari kembali, menarik kembali mereka,” demikian
pernyataan Thomas Pentury yang dirilis oleh Satuharapan.com, Sabtu (6/7/2019)
lalu.
Ia pun menegaskan bahwa hal itu bukan hanya tugas gereja tetapi
juga tugasnya selaku Bimas Kristen untuk menjangkau kembali generasi muda yang
terhilang dari gereja tersebut.
“Hasil riset itu harus
ditelaah, didiskusikan, apa akar persoalannya kemudian dicari solusinya. Jadi
tugas-tugas gereja dan tugas-tugas itu termasuk saya di Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Kristen Kementerian Agama RI,” demikian tambahnya.
Data riset hilangnya lebih dari 50 persen generasi muda Kristen milenial dari gereja tersebut didapat Thomas Pentury dari penelitian lembaga Bilangan Research Center tentang spiritualitas dan religiusitas generasi muda di Indonesia.
Dalam buku berjudul “Dinamika Spiritualitas Generasi Muda Kristen Indonesia” yang dirilis oleh Bilangan Research Center pada tahun 2018 lalu diungkapkan bahwa ada tiga alasan utama
generasi muda ini yang dulunya rajin ke gereja namun sekarang tidak lagi ke gereja, yaitu :
1. Kesibukan sekolah (21,4%)
2. Program ibadah kaum muda tidak menarik/tidak berguna/tidak relevan (13,9%)
3. Tidak
memiliki teman-teman sejati di gereja (11,2%)
Untuk kapan mereka
meninggalkan gereja, menurut data yang dirilis oleh Bilangan Research Center tersebut
80% di usia 19 tahun. Namun untuk di wilayah Jabodetabek, mereka sudah
meninggalkan gereja di usia 15 tahun, jauh lebih dini dari wilayah-wilayah lain
di Indonesia yang diriset oleh Bilangan.
Yang menarik adalah
komentar dari 50% responden, bahkan anak-anak muda yang masih rajin ke gereja,
mereka mengakui bahwa ibadah dan program kaum muda yang ditawarkan oleh gereja
tidak menarik, tidak efektif dan tidak relevan.
Faktor kedua yang
cukup besar menjadi penyebab mereka meninggalkan gereja adalah karena gereja
tidak melibatkan anak muda sesuai dengan kapasitas mereka (no engagement).
Sehingga anak-anak muda ini mengaku tidak mendapat kepercayaan dari pimpinan
gereja untuk ikut melayani.
Selain itu faktor ketiga
adalah bahwa cukup banyak generasi muda Kristen ini merasa disconnect dengan
pimpinan gereja, karena mereka merasa pemimpin gereja tidak memahami pola pikir
mereka sehingga sering salah komunikasi, beda cara komunikasi, mengalami
benturan persepsi, pola pikir dan lain-lain.
Melihat hasil riset di atas, gereja dan juga pelayanan Kristen perlu kembali melakukan evaluasi dalam cara melayani generasi milenial dan program anak muda yang ditawarkan.