Anak-anak muda
kuliahan masa kini jauh lebih rentan hidup tanpa beragama atau atheis dibanding dengan orang dewasa di jaman sebelumnya.
Secara data
ditemukan kalau kebanyakan anak-anak muda di berbagai belahan negara kebanyakan
tak lagi percaya ataupun menganut agama tertentu. Satu dari empat diantaranya sama sekali tak memilih agama apapun.
Menyedihkannya,
lebih dari 60 persen anak muda menilai kalau agama Kristen itu cenderung suka ‘menghakimi’
dan 64 persen lainnya menyebut kalau gereja saat ini menunjukkan sikap yang kurang manusiawi soal kelompok LGBT.
Sementara tiga
perempat dari jumlah anak-anak yang terlahir di keluarga Kristen ditemukan akan
berpaling dari keyakinannya seiring mereka dewasa. Tapi kurang lebih separuh
dari jumlah ini akan kembali terlibat dalam pelayanan gereja saat sudah beranjak 20-30-an tahun.
Pertanyaannya
adalah, “kenapa anak muda atau generasi muda saat ini cenderung tak lagi percaya dengan adanya Tuhan?”
Hasil survei
yang dilakukan kepada anak-anak muda berusia 20-an tahun yang mengaku atheis pun menjawab pertanyaan ini.
Ada 10 alasan utama anak muda tak lagi percaya dengan agama dan juga Tuhan.
1. Kehadiran ilmu pengetahuan membuat anak muda berpikir lebih rasional dengan mengandalkan logika
Dengan ilmu
pengetahuan anak muda berpikir bahwa apa yang mereka miliki adalah hasil kerja dan
usaha mereka sendiri. Mereka sama sekali tak percaya dengan mujizat atau bahkan
keberadaan Tuhan yang tak terlibat. Mereka juga menilai kalau agama hanyalah sebuah pembodohan.
2. Keluarga broken home sehingga anak tak pernah mendapat sumber kasih dari ayah maupun ibu secara lengkap
Hal ini
membuat anak tak percaya adanya kasih sejati seperti yang ditunjukkan oleh Allah
sebagai Bapa kepada umatNya sebagai anak. Dalam bukunya yang berjudul ‘How the
West Really Lost God’ sosiolog Mary Eberstadt menulis bahwa ‘kondisi keluarga menentukan kuat tidaknya keyakinan anggota keluarga’.
3. Hadirnya sistem pendidikan sekuler militan yang membuat anak percaya akan kewajiban moral sebagai manusia
Sistem-sistem
pendidikan sekuler biasanya akan diperlengkapi dengan penggunaan media dan pendekatan
dari lensa ‘naturalisme metodologis’ yang menilai kalau iman itu selalu bersifat
subjektif. Satu-satunya kebenaran yang ‘benar’ adalah dengan melakukan kewajiban moral sebagai manusia.
4. Orang dewasa tidak memberikan contoh yang baik
Banyak anak-anak
muda mengaku tak lagi percaya dengan takhayul soal Tuhan dan agama karena mereka
tidak mendapat teladan hidup yang baik dari orang-orang dewasa, khususnya orangtua.
5. Gereja tak menjawab kebutuhan anak muda
Bagaimanapun,
waktu terus berputar dan budaya manusia pun berubah. Kebiasaan dan kebutuhan generasi
saat ini tentu saja berbeda jauh dengan kebutuhan generasi sebelumnya. Tapi ada
banyak gereja yang dinilai tak memberikan jawaban atas kebutuhan anak muda saat
ini. Inilah salah satu alasan anak muda cenderung meninggalkan gereja dan tak lagi percaya Tuhan.
6. Budaya dan tradisi keagamaan dianggap melanggar moral
Anak muda menilai
kalau norma-norma budaya dan tradisi keagamaan dianggap mengikat dan melanggar moral.
Itu sebabnya mereka menentang dan mencoba menegakkan kembali kebenaran yang mereka pandang dari sisi moralitas yang objektif.
7. Berpikir lebih skeptis dan kritis
Banyak anak
muda merasa kecewa karena setiap pertanyaan yang mereka ajukan seringnya
dijawab dengan jawaban yang tak memuaskan. Itu sebabnya mereka tak lagi percaya
dengan jawaban yang terlalu mengawang dan hanya didasarkan dengan ayat-ayat dari
kitab suci yang tidak diuji kebenarannya. Dengan pola pikir skeptis, anak muda terus mencari kebenaran dengan pemikiran-pemikiran mereka yang mendalam.
8. Ateis menjadi tren yang banyak membawa anak muda lupa akan Tuhan
Christopher
Hitchens adalah salah satu sosok yang menjadikan ateisme sebagai tren di
kalangan anak muda. Mereka yang menganut paham ini biasanya lebih banyak terpengaruh karena buku-buku atau tulisan-tulisan filsafat yang dibacanya.
9. Percaya bahwa toleransi adalah kunci untuk hidup damai
Ada pemikiran
yang berkata ‘agamamu adalah agamamu dan agamaku adalah agamaku’. Pemikiran inilah
yang dinilai sebagai kunci mewujudkan kehidupan yang damai. Karena itulah, anak
muda saat ini dianggap jauh lebih terbuka dengan perbedaan yang ada sekalipun diantaranya menganut paham yang keliru, termasuk mereka yang terlibat dalam LGBT.
10. Pencarian jati diri anak-anak muda yang seringnya membawa mereka semakin jauh dari Tuhan
Peralihan dari
anak-anak kepada masa remaja dan dewasa adalah masa-masa pertumbuhan yang penuh
dengan pergolakan batin. Banyak anak muda yang akan mulai memberontak terhadap kekangan
dan juga peraturan-peraturan yang diterapkan baik di rumah, di sekolah atau di
dalam lingkungan masyarakat. Mereka jauh lebih senang mendapatkan kebebasan mutlak
dan tak ingin hidupnya didikte. Akibatnya, tak sedikit dari anak muda jatuh ke
dalam pergaulan buruk dan tak lagi percaya dengan keberadaan Tuhan.
Beberapa alasan
ini harusnya membuat gereja berduka karena generasi penerusnya semakin jauh dari
Tuhan. Ada banyak gereja yang lebih fokus dengan berbagai program dan lupa untuk
memberikan jawaban atas kebutuhan generasi muda. Apakah kita hanya tinggal diam
dan membiarkan anak-anak muda kita tak lagi mengenal Tuhan?