Hidup Henrieta
Suzanna mulai hancur-hancuran sejak keluarganya berantakan. Dia mulai membenci papanya karena tega menyelingkuhi mamanya sendiri.
Dia dan mamanya pun memutuskan kembali ke Jakarta dan hidup berdua saja.
Sayangnya,
kondisi kesehatan sang mama terus menurun. Dari hasil diagnosa dokter, dia dinyatakan mengidap kanker stadium empat.
Hati Henrieta
semakin hancur. Apalagi waktu itu dia sama sekali gak bisa berbuat apa-apa karena uang pun dia sama sekali tak punya.
“Jadi ya shock banget waktu dengar itu. Kanget,” ucap Hendrieta.
Sebagai manusia,
dia mengaku bahwa harapan sang mama untuk sembuh dari penyakit tersebut sepertinya
mustahil. Kenyataan itulah yang mendorong Hendrieta untuk bisa menerima kepergian sang mama dengan ikhlas.
“Lagi-lagi saya melihat mama saya yang kesakitan itu, rasanya udah kayak ngak tega. Kayak lebih baik ya udahlah Tuhan kalau mau ambil ya ambil. Walaupun waktu itu saya gak tahu bagaimana hidup saya (ke depan),” terangnya.
Baca Juga :
Monty Montezuma, Suami yang Menyesal Setelah Pukuli Sang Istri
Axl Manopo, Pecandu Narkoba yang Dikejar-kejar Ketakutan Akan Kematian
Pada
akhirnya sang mama meninggal dunia. Dengan ikhlas, dia pun melepaskan sang mama
dengan tenang. Meskipun dia tak memungkiri jika kepergian mamanya terasa seperti separuh darinya hilang.
Diputuskan sang pacar sampai hidup makin berantakan
Sepeninggalan sang mama, hidup Henrieta semakin hancur. Dia mengalami depresi yang begitu berat dengan hanya bisa melamun dan merokok sepanjang hari tanpa makan.
Kebiasaan ini
akhirnya membuat tubuhnya semakin kurus. Dan hal inilah yang jadi alasan kekasihnya untuk memintanya putus.
“Waktu
akhirnya dia memutuskan (hubungan kami) itu bisa dibilang titik yang paling rendah
setelah mama saya gak ada. Karena saya kayak gak punya siapa-siapa lagi. Nah dari situlah jadi mulai tambah hancur-hancuran,”katanya.
Henrieta merasa
hidupnya gak berarti dan gak ada satu orangpun yang akan mencintai dan menghargainya.
Di tengah rasa putus asa itulah pikiran untuk bunuh diri sempat terbersit dalam benaknya.
Bangkit dari keterpurukan
Pikiran untuk
bunuh diri sama sekali tak terjadi. Di tengah kegamangannya, dia pun mencari pertolongan dari kakak rohaninya.
Dengan penuh uraian air mata, Henrieta mengungkapkan semua beban hidupnya.
“Dengan cepat
waktu itu saya tahu bahwa kondisinya sedang tidak baik. Saya langsung berangkat
menjemput Susan di kos-kosannya. Kemudian saya bawa dia ke rumah saya dan
malamnya saya baru betul-betul mengajak Susan untuk berbicara dan menanyakan apa yang terjadi sebenarnya,” kata Lia, kakak rohaninya.
Lia melihat
Henrieta sedang dalam ketakutan di tengah kesendiriannya. Dan berkat bimbingannya dan dukungan keluarganya, gambar diri Henrieta perlahan-lahan pulih.
“Yang aku
rasain waktu aku berdoa, waktu aku nangis, aku ngak ngerasain yang namanya dihakimin,
aku ngak ngerasain ditolak. Karena kalau bisa dibilang, Dia Tuhan aku udah ngak
pantas lagi bicara sama Dia. Tapi saat itu saya bisa ngerasain Dia peluk aku
dan Dia kayak, kalau aku bayangin waktu itu aku ngerasain yang namanya Tuhan itu senyum kayak welcome back,” terangnya.
Dia tahu bahwa
Tuhan sendiri senang ketika dia mau kembali ke jalanNya. Dan itu adalah momen yang
begitu spesial karena lewat hal itu Henrieta perlahan-lahan bangkit dari keterpurukannya.
Bahkan yang
paling membahagiakan, hubungannya dengan papanya dipulihkan oleh Tuhan. Dengan rendah
hati dia pun mengampuni papanya.
Bagaimana dengan
kamu? Apakah kamu pernah merasa kehilangan, dikecewakan, hidup berantakan dan merasa
sangat berdosa? Jangan biarkan dirimu terus terpuruk dalam kondisi itu, segera temukan
pertolongan lewat konseling Sahabat24 kami di SMS/WA 081703005566 atau telp di
1-500-224 dan 0811 9914 240 bisa juga email ke [email protected] atau
lewat Live Chat dengan KLIK DI SINI.