Setelah
menunggu lebih dari seabad, akhirnya Amerika Serikat (AS) mengembalikan lonceng
gereja paroki Katolik di pulau Samar yang dijarah di masa perang Filipina-Amerika.
Lonceng Balangiga
tersebut diserahkan kepada pemerintah setempat dan akan dipajang di museum nasional
sebelum membuat jalan mereka pulang ke Gereja San Lorenzo de Martir (Santa Lawrence
the Martyr), di mana lonceng itu awalnya tergantung di gereja tersebut. Namun pasukan AS menjarahnya di perang pembantaian tahun 1901.
Bagi gereja
Katolik Filipina, ketiga itu bahkan memiliki makna tersendiri yang begitu mendalam.
Lonceng berukuran 23 dan 30 inci itu merupakan simbol kebebasan dan perlawanan warga
Filipina dan Gereja Katolik yang telah mengajukan petisi kepada pemerintah untuk kepulangan mereka sejak tahun 1950-an.
Menurut ceritanya, para pejuang Filipina menyelinap ke San Lorenzo dan membaur dengan pasukan Amerika yang menduduki kota kecil itu. Mereka menyembunyikan lonceng gereja untuk memberi sinyal serangan terhadap pasukan Amerika. Pejuang Filipina pun berhasil membunuh sebanyak 48 pasukan Amerika.
Baca Juga :
Jelang Natal, Ratusan Orang Kristen Ditangkap Pemerintah Iran. Ini Sebabnya…
Sambut Natal, Dua Gereja di Dua Negara Ini Malah Alami Serangan Tragis Dalam Dua Hari
Hal ini pun
membuat pihak Amerika marah dan akhirnya melayangkan serangan balasan ke pihak pejuang
Filipina. Dalam peristiwa itu, tentara AS membunuh ribuan orang dan merampas lonceng dari reruntuhan gedung gereja.
Karena
dianggap sebagai senjata perang, pasukan AS pun menyita ketiga lonceng tersebut
dan menyimpannya di instalasi militer. Dua lonceng disimpan di pangkalan Angkatan
Udara AS di Cheyenne, Wyoming dan satu lainnya di pos Angkatan Darat AS di Korea Selatan.
Terkait pengembalian
lonceng ini, Konferensi Wali Gereja (KWI) Filipina mengucapkan terima kasih
kepada pemerintah karena telah berhasil mengembalikan lonceng bersejarah gereja
tersebut ke tanah Filipina. Mereka pun menganggap hal itu sebagai ‘hadiah pertama Natal’ tahun ini.
Seperti diketahui,
Presiden Filipina Rodrigo Duterte telah meminta pemerintah AS untuk
mengembalikan kembali lomceng Balangiga itu. Pembicaraan ini bahkan mendatangkan
Menteri Pertahanan AS James Mattis ke Filipina di tahun ini. Penyerahan lonceng
itu sudah dilakukan Duterte secara resmi kepada imam San Lorenzo pada Sabtu, 15 Desember 2018 lalu.
Uskup Crispin
Varquez dari Borongan, yang merupakan pemimpin keuskupan setempat, meminta seluruh
umat Katolik untuk memperingati peristiwa penjarahan lonceng itu untuk sejenak.
“Kita harus
mengungkapkan kesedihan dan pertobatan tulus untuk dosa-dosa yang dilakukan,
yang menyebabkan hilangnya nyawa dan penghancuran rumah dan properti. Tapi kita
juga harus memaafkan. Kita harus mencari rekonsiliasi bukan karena itu benar secara politik, tapi karena itu adalah tuntutan inkil,” kata Crispin.
Sementara Arbishop
Filipina Romulo Valles dari Davao mengatakan kembalinyaketiga lonceng gereja
itu memberi mereka kesempatan untuk memahami dan menghargai sejarah dengan
lebih baik dan dengan cara pandang yang lebih dewasa.
Sementara saat
ini, pulau Samar telah menjadi rumah bagi populasi Katolik terbesar ketiga di
dunia. Penyebarang injil di pulau ini dimulai sejak rezim Spayol masuk ke
Filipina pada abad ke-16.