Nasihat Bijak dari Mazmur 127 Bagi Para Workaholic, Kamu Mungkin Butuh Ini?
Sumber: Spirituality & Health

Finance / 11 October 2018

Kalangan Sendiri

Nasihat Bijak dari Mazmur 127 Bagi Para Workaholic, Kamu Mungkin Butuh Ini?

Lori Official Writer
3685

Semakin ke arah sini semakin kita menyadari betapa meningkatnya ambisi seseorang dalam bekerja. Ada begitu banyak orang-orang yang dalam istilah kerennya ‘workaholic’ yang harus mengorbankan orang-orang terkasih atau keluarga hanya demi mengejar karir. Pekerjaan semakin menyedot waktu dan membuatnya lupa dengan prioritas hidup.

Minirth dan Meier, dua psikiater Kristen menggambarkan kondisi workaholic ini dengan keegoisan perfeksionis. Mereka menyebut orang-orang workaholic seringkali mengabaikan anak dan istri mereka. Dia juga akan lebih senang bekerja seperti robot hanya demi alasan-alasan duniawi yang merugikannya secara pribadi.

Tentu saja orang-orang percaya tak dianjurkan untuk menjadi salah satu dari mereka yang workaholic. Karena Alkitab sendiri secara terang menyampaikan bahwa segala seauatu yang dikejar di dunia hanyalah kesia-siaan belaka.

Mari merenungkan ayat Mazmur 127: 2  yang berkata, “Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah--sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur.”

Ayat ini mengingatkan kita bahwa bekerja bukanlah prioritas utama manusia selama hidup di dunia ini. Meskipun Raja Salomo, penulis ayat ini, memperingatkan tentang hal ini, bukan berarti dia setuju kalau manusia bermalas-malasan (Amsal 26: 13). Baik malas maupun workaholic, dua-duanya tetap salah.

Baca Juga :

Saat Hidupmu Tampak Gagal, Hadapilah Dengan 4 Sikap Bijaksana Ini

Duit Habis Buat Belanja Doang? Anak Muda Mending Coba Saran Menteri Keuangan Ini…

Bagi para workaholic, Salomo menegaskan bahwa biasanya mereka sangat menggilai pekerjaan mereka, sampai akhirnya bisa merugikan hal-hal yang lebih penting. Tak ada salahnya memang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Tapi kalau pekerjaan kita malah membuat kita jauh dari orang-orang yang kita kasihi dan bahkan jauh dari Tuhan sendiri, maka hal itu hanyalah usaha yang sia-sia.

Salomo mengingatkan bahwa kalau Tuhan sendiri tidak dilibatkan dalam membangun hidup kita, maka upaya kita untuk membangunnya akan sia-sia. Kita harus paham betul kalau Tuhan peduli dengan seberapa tinggi prioritas yang kita tempatkan dalam hidup kita. Bagi sebagian orang, memenuhi kebutuhan pribadi atau keluarga adalah tujuan yang sangat mulia. Suami istri bisa bekerja untuk memperoleh uang. Tapi tanpa sadar pekerjaan itu malah bisa jadi penyebab pernikahan mereka terabaikan.

Sementara Matius 6: 31-33 berkata, “Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.”

Tuhan tahu persis kebutuhan kita. Karena saat Dia mengijinkan kita membangun rumah tangga, Tuhan sendiri (dan bahkan kita) menginginkan kita memiliki pernikahan dan keluarga yang hidup bahagia. Tapi saat kita tetap khawatir dan mengubah prioritas hidup kita untuk mengejar materi saja dengan bekerja sepanjang waktu, maka harapan untuk bahagia dalam rumah tangga pasti akan sirna.

Mazmur 127: 2 lah yang jadi alasan kenapa workaholic itu salah. Pertama-tama, karena seseorang yang gila kerja gagal menghargai keseimbangan antara kebutuhan bekerja dan kebutuhan beristirahat. Meskipun bekerja adalah risiko dari dosa Adam, tapi sejak awal Tuhan sendiri sudah menetapkan prinsip istirahat kepada manusia. Tuhan menciptakan langit dan bumi dalam enam hari dan di hari ketujuh Dia beristirahat (Kejadian 2: 1-3).

Kedua, menjadi workaholic berarti melanggar aturan istirahat dari Tuhan sendiri. Enam hari adalah waktu yang cukup bagi manusia untuk bekerja (Ulangan 5: 12). Ketiga adalah bahwa workaholic hanya menjadikan bekerja sebagai kutukan dan bukan berkat. Orang yang gila kerja menjadi kehilangan pandangan akan kebaikan bekerja. Dengan bekerja sepanjang waktu, mereka juga tak lagi bisa memberikan perhatian yang besar pada hal-hal yang lebih penting sepetri belajar dan merenungkan firman Tuhan, tak lagi punya waktu untuk menyembah Tuhan, dan bahkan memberikan waktu bagi keluarganya.

Apakah kamu sedang dalam posisi sulit melepaskan kecanduan kerjamu? Apakah kamu mulai menyadari bahwa hidupmu rasanya sia-sia karena waktumu terlalu banyak tersita untuk bekerja? Datanglah kepada Tuhan, renungkan firmanNya dan mintalah supaya Dia memulihkan hidupmu.

Sumber : Jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami