Pernah gak
sih kamu berhadapan dengan orang-orang yang mencoba menguji imanmu? Misalnya,
dengan mempertanyakan keyakinan yang kamu anut, siapa Tuhan yang kamu sembah dan banyak pertanyaan menjebak yang membuatmu harus berpikir harus menjawab apa.
Saat kamu ada dalam situasi itu, jangan langsung panikan. Mari belajar meresponi setiap serangan itu dengan cara yang tepat. Salah satu cara yang bisa kita teladani adalah cara Tuhan Yesus saat menghadapi pertanyaan-pertanyaan jebakan dari orang-orang Saduki.
Baca Juga :
Saat Orang-orang yang Kamu Kasihi Belum Kenal Yesus, Lakukanlah Hal Ini…
3 Pelajaran Iman yang Bisa Dipetik dari Seekor Burung Elang
Di Matius 22,
kita bisa membaca bagaimana mereka ingin menjebak Yesus dengan mengajukan pertanyaan tentang isi hukum Taurat dan Hukum bangsa Israel kepada-Nya.
Tapi di ayat
22 dan 33 disebutkan tentang reaksi dari orang-orang Saduki itu setelah menyaksikan dan mendengar ucapan Yesus.
“Pada hari itu datanglah kepada Yesus beberapa orang
Saduki, yang berpendapat, bahwa tidak ada kebangkitan. Mereka bertanya kepada-Nya.” (Matius 22: 23)
Saat
membaca perikop ini dengan lengkap, bisa disimpulkan bahwa orang-orang Saduki itu sebenarnya punya niat terselubung di balik pertanyaan yang mereka ajukan.
Pertama, orang
Saduki dengan sengaja datang kepada Yesus dan mengajukan pertanyaan yang
sebenarnya mereka sudah tahu jawabannya. Mereka juga datang karena melihat pengikut
Yesus yang semakin bertambah. Karena itu mereka mencoba untuk mempermalukan Dia dihadapan para pengikutNya dengan pertanyaan menjebak itu.
Kedua, sebenarnya
orang-orang ini sama sekali tak percaya dengan kebangkitan. Tapi mereka terus mendesak Yesus untuk menjawab pertanyaan mereka.
Saat kita membaca
kisah ini, kita bisa membayangkan bagaimaan ekspresi wajah dari orang-orang
Saduki saat mereka mengajuka pertanyaan itu kepada Yesus. Mereka tentu saja berharap
bisa membuktikan kalau keyakinan dan sistem kepercayaan yang mereka anutlah
yang paling benar dan Yesus, yang disebut mesias itu sama sekali salah. Sehingga
saat Yesus menjawab dengan jawaban yang salah, mereka bisa menyerang Dia. Sayangnya,
alih-alih bisa mempermalukan Yesus di hadapan semua pengikut-Nya justru merekalah yang merasa malu sendiri dengan jawaban Yesus yang sangat bijaksana.
Kisah
inilah yang paling relevan dengan situasi yang kerap kita hadapi di masa ini. Dimana
kita juga kerap diajukan pertanyaan menjebak dari orang-orang yang tidak percaya untuk tujuan yang sama seperti orang-orang Saduki lakukan itu.
Iman kita kerap
diuji dengan pertanyaan seputar kekristenan, trinitas, dan bahkan tentang kematian
dan kebangkitan Yesus itu sendiri. Mereka mencoba menipu kita supaya kita mengatakan
sesuatu yang akan mengurangi kuasa dan janji-janji Tuhan atas hidup kita. Mereka
benar-benar menunggu jawaban kita akan salah sehingga kita akan mengakui bahwa keyakinan mereka lah yang benar.
Jujur saja,
kadang-kadang kita memang bingung dengan pertanyaan-pertanyaan yang mereka
ajukan. Karena kita tidak seperti Yesus yang begitu bijaksana dalam saat
menjawab setiap pertanyaan yang diajukan kepadaNya. Kadang kala kita pun malah jatuh dalam perangkap dan membuat kita dipermalukan.
Tapi
bagaimanapun kita harus berani menanggapi setiap pertanyaan itu seperti cara Yesus
meresponinya. Dia tidak membantah atau mencoba mendebatkan pertanyaan mereka atau
bahakna menanggapi jebakan itu. Yesus justru membiarkan orang Saduki merasa menang sendiri.
Yesus hanya
menanggapi dengan pernyataan ini: “Kamu
sesat, sebab kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah!” (Matius 22: 29)
Pertanyaan-pertanyaan
yang mereka sampaikan harusnya jangan dijawab dengan mengandalkan asumsi kita
sendiri. Karena asumsi kita akan bertolak belakang dari kebenaran yang disampaikan lewat Alkitab.
Saat kita diperhadapankan
dengan orang-orang menyebalkan seperti orang Saduki, mulailah bertanya apakah
benar iman atau keyakinan kita sedang diuji? Karena bisa saja pertanyaan itu bukan
untuk menguji iman kita. Tantangannya adalah tentang keyakinan atau pemahaman
yang salah tentang iman kita, dan tidak peduli bagaimana kamu menjawab pertanyaan
yang salah, kamu akan selalu memberikan jawaban yang salah juga. Dan alasan iman
kita diuji adalah karena mereka sebenarnya tak tahu tentang isi Kitab Suci dan tak
mengenal Allah dengan baik.
Karena kalau
mereka adalah orang percaya, mereka tak akan mempertanyakan kebenaran yang
sudah jelas disampaikan Allah lewat firmanNya. Karena mereka sudah tahu dalam
Matius 19: 26 dikatakan, “Bagi manusia
hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin.”