Dua minggu
lalu Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengundang kontroversi atas ucapannya bahwa
‘Tuhan itu bodoh’. Hal inipun mengundang komentar dari pihak Gereja Katolik yang menilai Duterte tidak punya sikap hormat terhadap Tuhan.
Setelah
kejadian itu, Duterte kembali berbicara soal masalah lain yang berkaitan dengan
peran gereja. Masalah yang dimaksudkan adalah soal program keluarga berencana yang tidak mendapat persetujuan dari Gereja Katolik.
Seperti diketahui, pemerintah pendahulunya Benigno Aquino III, yang sempat merancangkan program keluarga berencana dalam bentuk Undang-undang, ditolak mentah-mentah oleh Gereja Katolik. Undang-undang itu lalu dibawa ke Mahkamah Agung untuk menjalani proses panjang yang pada akhirnya disahkan juga secara konstitusional.
Baca Juga : Niat Perbaiki Hubungan, Presiden Duterte Bakal Gelar Dialog Bersama Gereja Katolik
Di masa kepemimpinannya,
Duterte kembali menyinggung tentang hal tersebut. Dia membandingkan dengan keberhasilan
program keluarga berencana yang dilakukannya saat menjabat sebagai Walikota Davao
City di Mindanao. Meskipun saat itu program ini tak mendapat dukungan, tapi dia tetap menerapkannya dan mendapati hasil yang memuaskan.
“Kita telah
mencapai angka 100 juta, ke mana semua orang ini akan pergi? Aku tidak ingin
berkelahi. Ini ada hubungannya dengan keberatan agama, tidak semua. Aku tidak menyebut agama karena lagi-lagi aku tidak ingin berkelahi dengan mereka,” katanya.
Para pemimpin
agama, termasuk beberapa Uskup Katolik, sebelumnya menyampaikan keberatan mereka
terhadap ucapan Duterte. Namun melalui juru bicaranya, Harry Roque, Duterte berniat
membentuk sebuah komite yang bertugas untuk menggelar dialog bersama para pemimpin Gereja Katolik.
Sebagai salah satu negara Katolik terbesar di Asia Tenggara, sistem pemerintahannya lebih kurang sangat dipengaruhi oleh pendapat dari pemimpin Gereja Katolik. Namun, sejak Duterte menjabat ada banyak benturan yang terjadi antara dirinya dan Gereja Katolik. Meskipun dia mengaku percaya Tuhan dan seorang penganut agama Kristen, namun ucapan Duterte hampir selalu mengandung sentimen keras terhadap Gereja Katolik, begitu pula sebaliknya. Hal inilah membuat pemerintah dan gereja di Filipina belum bisa menjadi mitra kerja yang baik satu sama lain.
Sumber : Cbn.com/Philstar.com