Seorang warga Korea Utara yang saat ini tinggal di Inggris setelah
berhasil melarikan diri dari negara komunis itu menyampaikan pengakuan mengejutkan soal kehidupan orang Kristen di negara asalnya itu.
Kepada Open Doors, sosok yang memiliki nama samaran John Choi
ini mengaku semasa kecilnya di Korea Utara, anak seusianya telah dibesarkan dengan
pemikiran bahwa orang Kristen itu jahat dan berbahaya. “Kami menyaksikan propaganda
pemerintah bersamaan dengan eksekusi di depan umum. Tindakan itulah yang membuat
anak-anak percaya kalau orang Kristen berniat menculik anak-anak dan (kami juga percaya) kalau salib itu jahat,” katanya, seperti dikutip dari Christiantoday.com.
Dia mengaku kali pertama menyaksikan eksekusi terhadap orang Kristen terjadi saat seorang pria dihukum karena mneyelundupkan barang-barang yang berkaitan dengan kekristenan ke Korut. “Dia telah menyelundupkan barang-barang Kristen ke dalam negeri dan membujuk orang-orang datang ke gereja. Semua desa diberitahu untuk datang dan menonton, anak-anak diijinkan menyaksikan pemandangan yang indah. Hal itu semakin meyakinkan kamu bahwa orang Kristen itu berbahaya,” terangnya.
Baca Juga :
4 Hal Ini Jadi Pertanda Baik dari Pertemuan Trump dan Kim, Salah Satunya Perdamaian Loh!
Kedapatan Punya Alkitab, Umat Kristen Korea Utara Bakal Dikenai Sanksi Berat Ini Loh…
Choi akhirnya menjadi orang percaya ssetelah dirinya melarikan diri.
“Saat saya melarikan sdiri dari Korea Utara, saya pergi ke tempat
yang aman yang dikelola oleh seorang pria Kristen. Dia menyelamatkan saya tapi karena
dia memakai kalung salib, saya melarikan diri dari sana. Saya ketakutan. Dia mengatakan
kepada saya untuk berdoa dan berkata ‘Amin’. Kemudian saat saya dalam masalah, saya berkata, “Tolong jaga saya tetap aman, Amin.”
Choi lalu ditangkap dan dipenjara di Tiongkok, China. Di sanalah dia mulai membaca Alkitab.
“Di penjara Tiongkok saya bertemu dengan mantan gangster asal
Korea Selatan. Dia punya Alkitab dan berkata skepada saya untuk membacanya.
Jadi ssaya melakukannya karena saya bosan dan sudah membaca banyak buku yang
lain. Saya tidak mengerti karena ditulis dengan tulisan lama. Amsal adalah satu-satunya bagian yang indah,” ucapnya.
Saat ini Choi menjadi seorang pengacara di Inggris. Dia juga fokus
untuk menyelamatkan warga Korea Utara dari penindasan dan membawa mereka menikmati
kehidupan yang bebas seperti yang dia dapatkan saat ini di Inggris. “Saya mau generasi
berikutnya mendapatkan kebebasan. Saat ada gereja di kota asal saya di Korea Utara
maka impian saya akan terwujud. Saat orang Korea Utara bisa pergi ke gereja dan
bebas berbicara soal iman mereka dan bebas mengeskpresikannya maka negara itu akan punya kesempatan jadi negara yang bebas,” katanya.
Harapan serupa juga disampaikan oleh orang-orang Kristen Korea
Selatan, tetangga dekat negara komunis itu. Sekalipun hubungan kedua negara ini
terus memanas, tapi orang-orang Kristen Korea Selatan tak henti berdoa bagi
terwujudnya ‘kebebasan, penginjilan dan transformasi’ di Korea Utara. Mereka berharap
Tuhan menaruh belas kasihan atas bangsa tersebut dan suatu saat kedua negara ini
akan bisa bersatu kembali.
Soal perjuangan ini, kita optimis bahwa pertemuan antara pemimpin
Korut Kim Jong-un dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Selasa, 12 Juni
2018 kemarin akan membuahkan hasil yang baik. Sehingga ke depan kita bisa melihat
kehidupan orang Kristen di negara itu semakin membaik.