Pelajaran Dari Kisah Uzia, Raja Hebat yang Akhir Hidupnya Begitu Menyedihkan!
Kalangan Sendiri

Pelajaran Dari Kisah Uzia, Raja Hebat yang Akhir Hidupnya Begitu Menyedihkan!

Budhi Marpaung Official Writer
      20781

II Tawarikh 26:21

Raja Uzia sakit kusta sampai kepada hari matinya, dan sebagai orang yang sakit kusta ia tinggal dalam sebuah rumah pengasingan, karena ia dikucilkan dari rumah TUHAN. Dan Yotam, anaknya, mengepalai istana raja dan menjalankan pemerintahan atas rakyat negeri itu.”

Bacaan Alkitab Setahun: [kitab]amsal14[/kitab]; [kitab]galat3[/kitab]; [kitab]iraja9-10[/kitab]

Kami pernah mendengar pepatah lama: Sepatah kata kepada orang bijak sudah cukup. Itu berarti tidak perlu sampai batu bata dipukulkan di kepala baru kita memahami pelajaran. Kita harus bisa mendengar kelemahan orang lain dan menghindarinya dengan tidak menuruni jalan yang sama. Setrika itu panas; jangan menyentuhnya atau kamu bisa-bisa terbakar.

Kisah Raja Uzia adalah kisah nyata tentang bagaimana seseorang bisa menjadi bijaksana. II Tawarikh pasal 26 menjabarkan kebangkitannya yang begitu meroket sekaligus menyedihkan. Ia memperoleh tahta ketika ia baru berusia 16 tahun. Karena dia "melakukan apa yang benar di mata TUHAN" dan "mencari Tuhan pada zaman Zakharia, yang memiliki pemahaman dalam penglihatan Tuhan," kita diberitahu bahwa "selama dia mencari TUHAN, Tuhan membuatnya sejahtera” II Tawarikh 26:4-5. Dalam 52 tahun pemerintahannya, daftar prestasinya begitu mengesankan:

Ia berhasil memenangkan perang melawan orang Filistin.

Ia merobohkan tembok-tembok Gat, Yabneh, dan Asdod (orang-orang Filistin) dan membangun kota-kota untuk bangsanya sendiri.

Ia menyuruh orang Amon membawa upeti kepadanya.

Ia membangun menara.

Ia menggali banyak sumur untuk ternak miliknya yang jumlahnya begitu luar biasa.

Ia menyewa petani dan pengrajin karena dia mencintai segala hal yang berkaitan dengan tanah. (Ia mampu memanjakan hasrat dan kesenangannya sendiri.)

Ia memiliki pasukan yang terdiri dari orang-orang yang setia kepada kepadanya.

Dalam semuanya ini, “Allah menolongnya,” (ayat 7) dan “Nama raja itu termasyhur sampai ke negeri-negeri yang jauh, karena ia ditolong dengan ajaib sehingga menjadi kuat.”(ayat 15)

Kisah Uzia seharusnya sudah berakhir di sana, tetapi sayangnya, ayat 16 berbunyi,

“Setelah ia menjadi kuat, ia menjadi tinggi hati sehingga ia melakukan hal yang merusak. Ia berubah setia kepada TUHAN, Allahnya, dan memasuki bait TUHAN untuk membakar ukupan di atas mezbah pembakaran ukupan.”

Setelah semua pencapaian itu, pujian dan ketenaran yang diterimanya, bantuan langsung dari Allah, Uzia merasa perlu untuk melampaui batas-batasnya. Ketika para imam mencoba untuk memperingatkan dia tentang kesalahannya, dia menjadi marah dengan mereka (ayat 19). Seketika juga, Allah melindungi markas para imamat dan kehormatan nama-Nya, dan menghukum Uzia.

Baca Juga: Karena Kebaikan Orang Asing, Tunawisma ini Berhasil Wujudkan Mimpinya

“Raja Uzia sakit kusta sampai kepada hari matinya, dan sebagai orang yang sakit kusta ia tinggal dalam sebuah rumah pengasingan, karena ia dikucilkan dari rumah TUHAN. Dan Yotam, anaknya, mengepalai istana raja dan menjalankan pemerintahan atas rakyat negeri itu.”(ayat 21).

Tidak peduli siapa kita atau seberapa banyak ketenaran yang kita miliki, Tuhan tidak akan membiarkan kita untuk mencemarkan jalan-Nya.


Kita harus bertempur untuk berperang, meruntuhkan tembok, menerima upeti, membangun menara, menggali sumur, menikmati hiburan, dan mendapatkan orang-orang setia yang mau berjuang bersama-sama kita. Selama kita mencari Tuhan, Ia akan membantu, memakmurkan, dan membuat nama kita semakin tenar. Adalah anugerah-Nya yang membantu kita menjadi kuat. Pertimbangkan ayat-ayat ini:

Janganlah takut, hai kamu kawanan kecil! Karena Bapamu telah berkenan memberikan kamu Kerajaan itu. Lukas 12:32

Karena itu kami senantiasa berdoa juga untuk kamu, supaya Allah kita menganggap kamu layak bagi panggilan-Nya dan dengan kekuatan-Nya menyempurnakan kehendakmu untuk berbuat baik dan menyempurnakan segala pekerjaan imanmu, sehingga nama Yesus, Tuhan kita, dimuliakan di dalam kamu dan kamu di dalam Dia, menurut kasih karunia Allah kita dan Tuhan Yesus Kristus. II Tesalonika 1:11-12

Jadi sepatah kata adalah bagi yang bijak dan diberkati. Tuhan tidak berkeberatan memberkati dan menolong kita. Namun, jangan sampai kita membiarkan kesuksesan dan ketenaran yang dibawa kepada kita oleh Tuhan sampai ke kepala kita. Jika satu saat pikiran tidak benar itu muncul, ingatlah kisah Uzia yang mengalami kemunduran dan tidak pernah bisa ia pulihkan.  Kita harus terus maju dalam berkat-berkat Allah yang luar biasa, tetapi tetaplah berjalan dalam kehendak-Nya dan terutama jagalah kehormatan-Nya.

Hak Cipta © Sharon Elliott. Digunakan atas izin.

Ingatlah Selalu bahwa Semua Berkat yang Kita Terima Sampai Hari Ini adalah Karena Tuhan.

Ikuti Kami