Pihak Gereja
Katolik dari keuskupan Agats di Kabupaten Asmat, Papua tak mau tinggal diam di
tengah penderitaan masyarakat Asmat akibat wabah campak dan gizi buruk yang mulai
terjadi sejak September 2017 lalu. Dengan bantuan beberapa lembaga sosial seperti
LSM Wahana Visi Indonesia dan para dokter dari ibu kota dan juga daerah
setempat, keuskupan Agats bersedia bolak balik ke kampung-kampung yang terjangkit.
Tak hanya memantau
perkembangan masyarakat ke kampung-kampung, keuskupan juga menggalang bantuan berupa
dana solidaritas, bahan makanan dan obat-obatan dan menyalurkannya kepada masyarakat di kampung Asmat.
Uskup Agung
Agats Mgr. Aloysius Murwito mengaku senang karena ada banyak orang yang tergerak
menolong saudara-saudara mereka di kampung-kampung Asmat yang sampai saat ini masih berjuang melawan wabah campak dan gizi buruk.
“Kami menyampaikan
terima kasih kepada saudara-saudari baik per orangan maupun kelompok dan
perusahaan yang berbela rasa untuk kemanusiaan di Asmat. Bantuan saudara-saudari
kami gunakan untuk penanganan keadaan darurat maupun program jangka menengah dan panjang peningkatan kesehatan masyarakat,” ucapnya.
Sebagai mana disampaikan Uskup Aloysius, Gereja Katolik juga berencana untuk membuat Program Kampung Sehat di beberapa kampung di Asmat. “Secara khusus, dalam koordinasi dengan Pemkab Asmat, Gereja Katolik akan menggulirkan Program Kampung Sehat yang difokuskan di beberapa kampung yang diharapkan menjadi contoh untuk kampung lain,” ucapnya.
Baca Juga :
Mgr Aloysius Murwito: Tidak Benar Kepala Suku Asmat Pindah Keyakinan
61 Anak Meninggal, Masalah Gizi Buruk dan Campak di Asmat Jadi Bencana Kesehatan Darurat
Sampai saat
ini, perkembangan kondisi di Asmat memang menunjukkan tanda-tanda positif. Masa
darurat KLB sudah ditutup sejak 5 Februari 2018 melalui SK Bupati Asmat, Elisa Jambu
S.Sos. Hal ini tidak terlepas dari peran Gereja Katolik yang ikut ambil bagian dalam
membantu proses pemulihan kesehatan di sejumlah kampung hingga saat ini.