Dalam
Alkitab kita menemukan satu ayat yang menggambarkan kedudukan yang sama antara laki-laki
dan perempuan. “Dalam hal ini tidak ada
orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada
laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.”
(Galatia 3: 28). Tapi kenapa pada akhirnya kita sering kali mendengar bahwa
seorang suami ditugaskan sebagai pemimpin rohani dalam keluarga atau dengan istilah ‘imam dalam keluarga’?
Kita juga bisa mendapati ayat yang menyampaikan bahwa istri haruslah tunduk kepada suaminya dan suami harus mengasihi istri (Kolose 3: 18-19). Bukankah ayat ini terdengar seakan kurang tepat dengan sebutan suami sebagai imam dalam keluarga? Mungkin beberapa suami pun akan mulai bingung dengan posisinya dan bertanya, “Apakah sebutan ini dimaksudkan supaya aku harus menjadi pengkhotbah bagi keluargaku?” Sementara beberapa istri juga mengaku bingung dan bertanya, “Kenapa hanya suami yang jadi imam dalam keluarga? Kenapa istri tidak?”
Baca Juga: 4 Ayat Alkitab yang Bisa Pandu Suami Istri Berkelimpahan dalam Keuangan
Semua pertanyaan-pertanyaan ini sebenarnya bermuara pada satu kebenaran yang sederhana dan mendasar bahwa ‘keluarga membutuhkan pemimpin’.
Suami istri setara dimata Tuhan, hanya saja perannya yang berbeda
Penting untuk
diingat bahwa perbedaan peran tidak selalu berarti ‘tidak setara’. Tuhan tidak menganggap
istri lemah, tidak punya kapasitas atau kurang penting dan kurang bertanggung
jawab daripada suami. Tapi istri juga diberi peran yang sangat penting dalam keluarga
dimana dia bisa sebagai penolong bagi pasangannya. Tuhan bahkan menciptakan istri dengan gambaran yang sepadan dengan suaminya.
Secara umum,
sebuah keluarga akan berjalan dengan baik kalau suami istri memiliki hubungan yang
sehat. Suami istri bisa membuat keputusan bersama dan melibatkan Tuhan sebagai pemimpin
tertinggi. Mereka juga bisa sama-sama berbagi tugas rumah maupun tanggung jawab.
Tapi tetap saja, keluarga butuh sosok pemimpin yang bisa memutuskan dan membuat kebijakan untuk beberapa kasus.
Sebagai imam dalam keluarga, suami harus jadi teladan kasih bagi keluarganya.
Kalau gereja dipimpin oleh seorang pendeta yang jadi sosok panutan para jemaatnya, maka dalam sebuah keluarga suami lah yang mengambil peran ini. Dia sudah sepatutnya menjadi teladan secara karakter maupun rohani bagi keluarganya. Sebagai imam, dia bekerja untuk membantu anggota keluarganya tumbuh dalam hubungan mereka dengan Tuhan. Dia memberikan dukungan fisik dan dorongan kepada istri maupun anak-anaknya.
Baca Juga : Pernikahan Itu Harus Dibangun di Atas Doa, 25 Ayat Alkitab Ini Bisa Jadi Doa Untuk Suamimu
Sebagai imam,
seorang suami juga berperan sebagai pelindung, pembela dan penolong baik di
masa-masa sulit ataupun indah, dia siap menyerahkan nyawanya demi orang-orang yang dikasihinya.
Untuk memenuhi kedua peran besar ini, seorang suami harus:
Hanya ada satu
kunci yang bisa membuat seorang suami menjalankan perannya sebagai imam dalam
keluarga yaitu hidup sebagaimana teladan Kristus. Karena Yesus sudah lebih dulu
menjadi role model kepemimpinan dan Dia mau supaya kita pun bisa hidup serupa seperti
Dia.
"Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah
bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar
menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara
kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi
pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia
menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani,
melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi
banyak orang." (Matius 20: 25-28)