Jadi ‘Imam Dalam Keluarga’, Kenapa Sih Para Suami Harus Disematkan Sebutan Ini?
Sumber: Marriage Missions

Marriage / 22 November 2017

Kalangan Sendiri

Jadi ‘Imam Dalam Keluarga’, Kenapa Sih Para Suami Harus Disematkan Sebutan Ini?

Lori Official Writer
20862

Dalam Alkitab kita menemukan satu ayat yang menggambarkan kedudukan yang sama antara laki-laki dan perempuan. “Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.” (Galatia 3: 28). Tapi kenapa pada akhirnya kita sering kali mendengar bahwa seorang suami ditugaskan sebagai pemimpin rohani dalam keluarga atau dengan istilah ‘imam dalam keluarga’?

Kita juga bisa mendapati ayat yang menyampaikan bahwa istri haruslah tunduk kepada suaminya dan suami harus mengasihi istri (Kolose 3: 18-19). Bukankah ayat ini terdengar seakan kurang tepat dengan sebutan suami sebagai imam dalam keluarga? Mungkin beberapa suami pun akan mulai bingung dengan posisinya dan bertanya, “Apakah sebutan ini dimaksudkan supaya aku harus menjadi pengkhotbah bagi keluargaku?” Sementara beberapa istri juga mengaku bingung dan bertanya, “Kenapa hanya suami yang jadi imam dalam keluarga? Kenapa istri tidak?”

Baca Juga: 4 Ayat Alkitab yang Bisa Pandu Suami Istri Berkelimpahan dalam Keuangan

Semua pertanyaan-pertanyaan ini sebenarnya bermuara pada satu kebenaran yang sederhana dan mendasar bahwa ‘keluarga membutuhkan pemimpin’.

Suami istri setara dimata Tuhan, hanya saja perannya yang berbeda


Penting untuk diingat bahwa perbedaan peran tidak selalu berarti ‘tidak setara’. Tuhan tidak menganggap istri lemah, tidak punya kapasitas atau kurang penting dan kurang bertanggung jawab daripada suami. Tapi istri juga diberi peran yang sangat penting dalam keluarga dimana dia bisa sebagai penolong bagi pasangannya. Tuhan bahkan menciptakan istri dengan gambaran yang sepadan dengan suaminya.

Secara umum, sebuah keluarga akan berjalan dengan baik kalau suami istri memiliki hubungan yang sehat. Suami istri bisa membuat keputusan bersama dan melibatkan Tuhan sebagai pemimpin tertinggi. Mereka juga bisa sama-sama berbagi tugas rumah maupun tanggung jawab. Tapi tetap saja, keluarga butuh sosok pemimpin yang bisa memutuskan dan membuat kebijakan untuk beberapa kasus.

Sebagai imam dalam keluarga, suami harus jadi teladan kasih bagi keluarganya.


Kalau gereja dipimpin oleh seorang pendeta yang jadi sosok panutan para jemaatnya, maka dalam sebuah keluarga suami lah yang mengambil peran ini. Dia sudah sepatutnya menjadi teladan secara karakter maupun rohani bagi keluarganya. Sebagai imam, dia bekerja untuk membantu anggota keluarganya tumbuh dalam hubungan mereka dengan Tuhan. Dia memberikan dukungan fisik dan dorongan kepada istri maupun anak-anaknya.

Baca Juga : Pernikahan Itu Harus Dibangun di Atas Doa, 25 Ayat Alkitab Ini Bisa Jadi Doa Untuk Suamimu

Sebagai imam, seorang suami juga berperan sebagai pelindung, pembela dan penolong baik di masa-masa sulit ataupun indah, dia siap menyerahkan nyawanya demi orang-orang yang dikasihinya.

Untuk memenuhi kedua peran besar ini, seorang suami harus:

  • Memiliki hubungan yang baik dan sehat dengan Allah.
  • Menemukan terlebih dulu kebahagiaan sejatinya di dalam Kristus.
  • Hubungan intim dengan Tuhan membuatnya menyadari bahwa dia bisa memimpin secara efektif dalam keluarganya.
  • Seorang suami harus memiliki komitmen dan karakter yang seimbang baik secara mental maupun emosional.
  • Suami harus bersikap proaktif dan berani menghadapi tantangan yang muncul dalam keluarganya dan yang mengancam kesejahteraan hidup mereka.
  • Seorang suami harus bisa mengambil solusi yang bijaksana saat sebuah masalah muncul, serta
  • Dia juga harus hidup dalam integritas, jujur, bijaksana dan menjadi pribadi pemimpin yang dihormati keluarganya.

Hanya ada satu kunci yang bisa membuat seorang suami menjalankan perannya sebagai imam dalam keluarga yaitu hidup sebagaimana teladan Kristus. Karena Yesus sudah lebih dulu menjadi role model kepemimpinan dan Dia mau supaya kita pun bisa hidup serupa seperti Dia.

"Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Matius 20: 25-28)

Sumber : Focusonthefamily.ca/Jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami