Salah satu temanku bercerita soal upaya bunuh diri dari
kakaknya yang sudah menikah lebih kurang 3 tahun. Dia mengisahkan bagaimana sang
kakak mengalami frustrasi dan stress yang parah karena mendapati kenyataan bahwa pernikahannya tak sesuai dengan ekspektasinya.
Dia kerap kesal dengan kebiasaan sang suami yang bisanya main games dan abai dengan hal-hal yang lebih penting dalam rumah tangga. Tapi sekalipun begitu, dia lebih memilih memendam kekesalan itu seorang diri tanpa harus mengungkapkannya secara langsung ke suami. Alhasil, setelah beberapa tahun mencoba memendam semua ketidaknyamanannya, sang kakak pun stress sendiri dan mencoba melukai dirinya sendiri.
Baca Juga :
Usut punya usut, sang kakak pun mulai
melanpiaskan semua kekesalannya ke salah satu anggota keluarganya. Dari
sanalah, dia didorong untuk mengkomunikasikan perasaan kecewa dan marah yang
sudah dipendamnya selama bertahun-tahun itu kepada sang suami. Pada akhirnya, sang
suami pun mulai menyadari bahwa istrinya ternyata menumpuk masalah di dalam
dirinya sendiri. Dan sejak saat itu, sang suami menyadari bahwa kediaman istrinya
bukan berarti semua hal baik-baik saja. Tapi sebaliknya, hal itu jadi ancaman besar bagi hubungan mereka.
Terkait masalah ini, Dave Ortis,
seorang konselor di Focus on the Family Canada menjelaskan soal bahaya jika pasangan
tampak cenderung diam dalam pernikahan. Menurutnya pasangan yang tampak diam bisa
jadi indikasi negatif yang ditimbulkan dari kecerdasan emosionalnya. Misalnya, ketika
dia harus berhadapan dengan orang lain atau dirinya sendiri. Bayangkan bagaimana
seorang istri tidak suka dengan cara bersisir sang suami. Meskipun hal itu
sangat menganggu tapi sang istri lebih memilih untuk diam tanpa mengkomunikasikannya
secara langsung. Seseorang yang mengalami hal ini akan mulai konflik dengan dirinya sendiri.
Ada beberapa kondisi yang bisa membuat pasangan atau seseorang memilih diam.
1. Diam tapi bertindak agresif pasif. Dalam kondisi ini seorang istri
atau suami yang tak menyukai pasangannya bisa melawan dalam diam. Biasanya dia
akan tampak seolah-olah bekerja sama atau setuju tapi secara diam-diam sebenarnya
dia melakukan perlawanan di dalam dirinya. Misalnya, suami setuju akan mengunjungi
mertua di akhir pekan, tapi kemudian saat kunjungan dia jelas sekali menunjukkan perasaan tak suka.
2. Diam untuk mendapatkan keamanan. Ada banyak pasangan yang memilih
diam saja ketika pasangannya melecehkan, mengasari dan bertindak seenaknya. Hal
ini dilakukan karena mereka berpikir akan lebih baik diam daripada melawan atau bahkan menyanggah tindakan pasangan terhadapnya.
3. Diam untuk menghindari masalah. Sikap ini mirip seperti tindakan agresif
pasif tapi bedanya pasangan tidak melakukan perlawanan di dalam diri mereka. Kalau
dalam hal ini, pasangan biasanya akan memilih untuk mencoba menghindar saat pasangannya
mulai membuka pembicaraan tentang masalah yang tak ingin dibicarakannya. Otis menegaskan,
jenis diam ini adalah salah satu hal yang berbahaya karena menghindari pertengkaran soal hal-hal kecil yang mungkin layak untuk dibicarakan bersama.
4. Memilih untuk terlihat baik-baik saja walaupun ada masalah. Ini adalah
jenis diam yang dihadapi kakak dari teman saya. Sekalipun ada banyak ketidaknyamanan
dan kekecewaan yang ditemukan dari pasangannya, tapi dia memilih untuk tetap
terlihat baik-baik saja. Padahal hal ini nggak akan berhasil membuat pasangannya mengerti tentang apa yang dia sedang alami.
5. Tak punya waktu untuk berkomunikasi secara bertatap muka. Ada banyak pasangan
yang memilih menghindar ketika pasangan meminta untuk berkomunikasi secara langsung.
Hal ini bisa jadi indikasi dia sedang tak nyaman berbicara dengan pasangannya dan yang pasti, sedang ada masalah di balik hal itu.
6. Memilih diam dan memusatkan semua masalah kepada diri sendiri. Jenis diam seperti ini juga amat berbahaya bagi kesehatan. Segala amarah dan kekecewaan ditumpukan kepada diri sendiri dan berakibat pada melemahnya gairah hidup. Akhirnya, daya tahan tubuh pun mulai diserang sehingga beragam penyakit mudah menyerang tubuh.
Baca Juga :
Sikap-sikap diam di atas tentu saja
sangat tidak sehat kalau diterapkan dalam pernikahan. Selain merugikan diri
sendiri, sikap diam semacam itu juga bisa merusak keharmonisan pernikahan. Karena
itu, Otis menyarankan kepada semua pasangan menikah untuk bisa mengubah sikap diamnya
menjadi bentuk komunikasi langsung.
Diam memang tak selamanya emas. Apalagi dalam pernikahan dibutuhkan
komunikasi langsung antara suami istri. Karena dengan mengkomunikasikan segala sesuatunyalah,
kedua pasangan bisa saling mengerti. Sekalipun kita familiar dengan ungkapan ‘wanita
harus dimengerti’, tapi ungkapan ini tentunya kurang tepat jika diterapkan
dalam pernikahan. Sebab, faktanya rata-rata pria adalah makhluk yang kurang peka.
Mereka lebih mengandalkan logika dibandingkan dengan perasaan. Jangan sampai pernikahanmu
hancur hanya karena kalian enggan untuk mengkomunikasikan masalah sekecil apapun
itu.