Paus
Fransiskus mengajak pemimpin agama Korea Selatan untuk menyebarkan rekonsiliasi
dan menolak tindakan kekerasan dalam menghadapi perselisihan yang semakin menegang di semenanjung Peninsula.
Di pertemuan
yang digelar di Vatikan pada Sabtu, 2 September 2017 ini, Paus menyampaikan dalam pidatonya agar para pemimpin agama menjalankan perannya sebagai penengah.
“Pemimpin
agama…dipanggil untuk memulai, mempromosikan dan mendampingi proses perdamaian dan
rekonsiliasi bagi semua orang. Kita dipanggil untuk jadi pembawa damai, memproklamasikan
dan mewujudkan cara tanpa kekerasan, cara damai, dengan kata-kata yang benar-benar
berbeda dari narasi ketakutan, dan dengan gerak tubuh yang menentang retorika kebencian,” ucap Paus dihadapan 20 pemimpin agama yang hadir.
Adapun perselisihan
yang dimaksudkan Paus Fransiskus adalah konflik sengit yang dihadapi Korea Selatan
dengan tetangganya Korea Utara. Kedua negara ini memang sudah lama menghadapi berselisih.
Apalagi belakangan ini Korea Utara dengan terang mengancam akan menghancurkan Korea Selatan dan sekutu utamanya, Amerika Serikat.
Ancaman ini
semakin nyata setelah negara yang dipimpin oleh Kim Jong-un itu menembakkan rudal balistiknya melintasi pulau Hokkaido Jepang sebelum mendarat ke laut.
Menanggapi tindakan
negara tetangganya itu, Korea Selatan dan Amerika Serikat sepakat untuk merevisi
sebuah perjanjian yang membatasi pengembangan rudal balistik untuk meningkatkan
pertahanan.
Dengan ajakan
dari Paus ini, diharapkan akan terjadi pemulihan hubungan yang sudah lama terputus
di antara kedua negara.